A New World...

Rangga Septiyadi 13 November 2010
Hari-hari belakangan boleh jadi adalah hari yang sulit untukku. Beradaptasi dengan dunia baru dan kehidupan baru sambil berusaha tidak hanya survive atau difensif, tapi juga ofensif, ekspansif, atau berkarya dalam segala keterbatasan., dalam setahun ke depan. Aku mencatat, laptopku hari ini memberitahuku bahwa hari ini adalah tanggal 13 November 2010. Masih ada 360 hari lebih tanggung jawabku untuk berada di sini. Hmmpp... how long it is... Saat ini, aku sedang ‘terdampar’ di satu pulau. Bengkalis namanya. Panjang memang kisah hingga bisa sampai ke sini. Apa pun, kini aku ada di sini, bersama dengan  lima teman lain yang posisinya berjauhan dari desa tempat ku tinggal sekarang. Teman paling dekat adalah seorang yang tinggal di desa sebelah. Aku sendiri tinggal di desa Pematang Duku, kecamatan Bengkalis, kabupaten Bengkalis. Di kecamatan ini, ada seorang lagi teman yang sudah kusebut tinggal di desa sebelah. Desa Ketam Putih namanya, sebuah desa dekat pantai nelayan. Empat orang sisanya berada di kecamatan Bantan. Sedang empat orang lagi, sehiingga total berjumlah 10 orang, berada di kecamatan Pinggir, sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam kabupaten Bengkalis tetapi berada di daratan Sumatra. Di sini aku tinggal dengan seorang nenek yang hidup bersama cucunya. Suaminya sendiri sedang berada di Malaysia untuk bekerja dan direncanakan tidak lama lagi akan pulang. Cucunya sudah kelas 1 SMP. Sekolahnya tidak jauh dari rumah, masih masuk hitungan satu desa dengan tempat tinggal kami. Bambang, nama cucu si nenek di rumah ini, nampaknya adalah seorang yang cerdas. Tampak ia memiliki potensi kepemimpinan yang baik. Ia aktif dalam kegiatan Pramuka. Walau kata si nenek, untuk urusan belajar dia memang kurang. Tak apa saya pikir. Toh tiap orang memiliki kecerdasan masing-masing. Lagi pula, saya yakin masa SD-SMP bukanlah waktu yang tepat untuk menyebut seorang itu pintar atau tidak. Semua hanya masalah ketertarikan. Tidak banyak anak Indonesia yang tidak terlalu tertarik, atau belum tertarik untuk belajar mata pelajaran intrakurikuler, mendapat cap bodoh terlalu dini. Cap bodoh dan sebagainya ini yang seringkali mematikan potensi si anak yang sesungguhnya. Tapi si Bambang, aku yakin, dia memiliki potensi yang besar. Amat besar. Kalau anda bertemu dan berbincang dengan dia, anda akan membenarkan apa yang aku katakan. :)

Cerita Lainnya

Lihat Semua