SMP Negeri Marau
Ramadhani 7 Februari 2018Mungkin mendengar judul dari cerita ini tidak ada yang terlalu spesial. Namun ketika berada di Kampung Marau dan mendengar judul cerita ini mungkin akan berbeda rasanya. Hal ini yang dirasakan sendiri oleh penulis yang sedang bertugas di Kampung Marau, Distrik Yapen Barat, Kab. Kep. Yapen. Kebanyakan sekolah dibuka atas inisiatif pemerintah namun sekolah ini diusulkan oleh masyarakat Kampung Marau. Yang lebih spesial lagi, ide pembentukan sekolah ini telah dicetuskan sejak 20 tahun yang lalu. Bisa dibayangkan 20 tahun yang lalu bagaimana kondisi kampung ini dari berbagai aspek penunjang kehidupan pasti sungguh tertinggal. Namun ketertinggalan ini tidak membuat sebuah ide yang bisa dibilang spesial bahkan radikal ini tercetuskan.
Setelah 20 tahun penantian akhirnya sekolah ini dapat dibuka. Gedung sekolah ini masih berada di area yang cukup jauh dari kampung. Mungkin sekitar satu kilometer ke arah darat dari kampung yang terletak di pinggir pantai. Sekolah ini berdiri di atas tanah hibah oleh marga Wombaibabo yang berukuran sekitar 100 m x 100 m. Bisa dibayangkan betapa spesialnya pembangunan sekolah ini bagi masyarakat Kampung Marau. Tanah dengan luas seperti itu dengan mudahnya dihibahkan untuk pembangunan sekolah.
Kebiasaan di kampung-kampung di kabupaten ini adalah kontraktor membeli material seperti pasir, kerikil, dan batu kali dari masyarakat kampung. Hal inipun berlaku untuk sekolah ini, namun ada hal yang cukup spesial untuk sekolah ini. Karena terjadi sedikit perbedaan desain dengan kondisi di lapangan maka material yang dibutuhkan melunjak. Masyarakat dengan sukarela menutupi kebutuhan tersebut tanpa dibayar. Mereka dengan sukarela mengangkat material tersebut sejauh satukilometer dengan kondisi jalan yang dapat dibilang cukup sulit untuk dilalui. Masyarakat kampung baik dari yang tua hingga yang kecil bergotong royong untuk mengangkat material hingga ke lokasi pembangunan.
Inilah salah satu pemandangan yang sudah cukup sulit ditemukan di kota-kota besar. Bagaiamana gotong royong dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Hal inipun membuat penulis terharu melihat kerja keras masyarakat hingga hampir “step-step” untuk menyelesaikan sekolah ini. Satu kalimat untuk sekolah ini “ide gila yang diwujudkan dengan cara yang gila”.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda