info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Masa Kecil (Kurang?) Bahagia

Raisa Annisa 31 Desember 2011

Pagi keempat di hari liburan sekolah. Saya masih bingung harus mengawali hari ini dengan kegiatan apa. Jadilah saya membuka laptop dan mencoba mencari apa yang bisa Saya kerjakan. Ditengah-tengah pekerjaan, Kiki (adik di keluarga angkatSaya) memanggil. “Mba Acha, itu dicari anak-anak katanya mau pada baca buku”. Sontak Saya melompat dari tempat tidur. Begitu bersemangat menyiapkan buku dan alat gambar yang biasa dipakai oleh mereka. Diana, Nita dan Ana. Tiga Siswa MI (Madrasah Ibtidaiyah/setingkat SD) adalah murid-murid pengajian saya yang tinggal di sekitar rumah. Hari itu mereka datang pagi ke rumah, ada yang membaca buku, main bekel atau sekedar mewarnai.

Siang hari pun tiba, mereka mulai bosan dengan buku. Mereka menutup buku dan membereskannya. Diana pun berkata “Buk, mau rambutan gak?kita panjat yuk.” Ah menyenangkan sekali. Kami bersemangat bergegas menuju pohon rambutan di depan rumah. Pohonnya cukup tinggi. Mereka gesit sekali memanjat pohon yang buahnya begitu mengundang untuk dipanjat. Beberapa kali saya ingatkan mereka untuk berhati-hati ketika sudah berada di atas. Mereka begitu menikmati. Saya hanya bisa melihatnya dari bawah, memastikan mereka dalam kondisi aman, dan tentu saja siap menengadahkan tangan menerima lemparan rambutan dari atas.hehe

Rambutan terkumpul cukup banyak. Dengan tiga tenaga anak perempuan, hampir 30-40 buah yang kami dapat siang itu. Kami mengantonginya dalam baju, membawanya ke teras rumah. Lalu satu persatu rambutan itu kami makan. Tak lupa saya ingatkan mereka untuk mengumpulkan sampahnya dan membuang pada tempatnya. Siang sudah pada puncaknya. Waktunya shalat zuhur, anak-anak pulang untuk makan siang dan sholat.

Sore hari menjelang, mereka kembali datang ke rumah. Kali ini mereka bertekad bulat bermain kasti. Sore itu tak seperti biasanya. Orang rumah serta beberapa tetangga sedang ada di teras. Mereka larut dalam keriuhan permainan kasti sore itu. Saya dan anak-anak berlarian kesana kemari menghindari timpukan bola. Langkah kami diiringi tawa, juga riuh suara “supporter” yang menyaksikan pertandingan ala kadarnya itu. Tak lama kemudian, saya merasa lelah. Namun anak-anak masih tetap bersemangat, mereka masih melangkahkan kaki secepat mungkin untuk berlari. Masih mengguratkan senyum di wajah mereka. Ah, masa kanak-kanak. Tentunya bahagia. Mereka tak ingat lagi kalau mungkin siang tadi mereka habis dimarahi. Mereka juga mungkin lupa kalau nilai-nilai mereka ada yang merah di raport.

Lelah bermain kasti, kami duduk sejenak. Namun itulah anak-anak, tak bisa diam walau sebentar. Bergegas mereka saling rebutan meminjam sepedSaya. Supaya adil, tetap Saya yang mengemudikan sepeda. Nita bersamSaya dibonceng. Ana dan diana menunggu giliran. Nikmatnya sore itu berkeliling desa dengan sepeda.

Orang bilang, mungkin ini yang dinamakan “Masa Kecil Kurang Bahagia”, tapi bagi saya bukan begitu. Masa Kecil saya sudah sangat bahagia, tapi rasanya masih kurang. Disinilah saya akan mengisi kekurangan itu. Saya berhenti dan duduk termenung sambil mengistirahatkan badan. Saya baru merasakan sore yang sehangat itu. Mungkin memang butuh satu bulan untuk saya menyadari, Saya sudah benar-benar bisa menyukai tempat ini. Belum terlambat sedikitpun. Saya sudah bisa menikmati dan larut dalam hari-hari saya disini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua