Form Over Substance

Raisa Annisa 2 Desember 2011

 

 

Sudah 3 minggu ternyata saya berada disini. Di desa Margo Mulyo, Lampung. Desa yang jauh dari peradaban kota, juga desa yang tak membuat saya berada di lampung. Semua penduduk disini adalah pendatang. Mereka adalah para peserta Translok ataupun generasi penerus yang datang ke desa ini mulai tahun 1983. Saat dimana desa ini masih sangat sepi dan gajah lampung masih berkeliaran dan membuat resah masyarakat.

 

Di desa ini saya masih terus beradaptasi dengan masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti kegiatan masyarakat. Memang saya tinggal cukup jauh dari sekolah, sehingga jangkauan ke anak-anak ketika sore hari sudah sulit, namun saya berkeinginan untuk membantu pengajian anak-anak di musholla dekat rumah.

 

Pada hari senin malam saya pergi ke musholla untuk sholat maghrib berjamaah. Bersama dengan Kiki, adik saya di rumah, kami memprediksi hari itu ada pengajian anak. Ternyata ketika sampai di musholla hari itu adalah hari tahlilan. Tahlilan yang dimaksud ialah mengirimkan doa kepada arwah yang telah meninggal. Ritual khas warisan leluhur. Kami membaca Surat Al Fatihah berkali-kali untuk almarhum. Inilah yang saya pertanyakan, sering kali tradisi masyarakat bagi saya form over substance(bentuk lebih penting daripada isi) Padahal berdoa itu bisa kapan saja, mengirimkan al fatihah pun tidak harus menunggu snin malam, dan beramai-ramai. Seusai sholat fardhu 5 waktu sebenarnya bisa. Tapi itulah uniknya masyarakat adat jawa. dan lagi-lagi saya masih meyakinkan diri bahwa saya di lampung.

 

Apa yang saya alami bukan tanpa hikmah. Tradisi mendoakan arwah ini juga akhirnya menyadarkan saya, apakah saya akan sebaik itu dalam hidup?sehingga ketika saya meninggal masih akan ada sanak saudara yang akan mengirimkan doa untuk saya. Dan tentunya saya diingatkan untuk terus bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup. Saya juga diingatkan untuk mengirimkan doa untuk keluarga saya yang telah meninggal. Ya, doa yang terus menerus, yang tentunya bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Yang terpenting (bagi saya) tetap substansi (substance) doanya daripada (over) bentuk kegiatannya (form) seperti apa.


Cerita Lainnya

Lihat Semua