info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Belajar Indonesia

Raisa Annisa 17 Agustus 2012

Jumat 3 Agustus 2012, Pelajaran PKN Kelas 5.

“Anak-anak coba lihat ke depan, Ibu acha menggambar apa?”

“Peta Indonesia bu..”

“Bagus..kalo gitu sekarang siapa yang bisa menunjukkan dimana letak kalian sekarang berada?”

“Di Lampung bu”

“Betul, sekarang siapa yang tahu Lampung itu dimana?”

Hening.

 

Lalu satu orang menyeletuk “ di Jawa bu”. Ya, seperti yang dialami semua pengajar muda tulang bawang barat yang lain. Secara de jure, anak-anak tahu bahwa mereka berada di Lampung, tapi secara de facto mereka tidak tahu lampung itu dimana. Yang mereka tahu karena didominasi suku jawa, mereka merasa berada di pulau Jawa. Dan seterusnya mereka tidak tahu nama-nama pulau besar yang ada di Indonesia.

 

Saya langsung mengeluarkan peta Indonesia dan menempelkannya ke papan tulis. Anak-anak sontak antusias dan ingin maju ke depan. Akhirnya saya berikan mereka kesempatan untuk mengamati peta, dan kemudian mengerjakan tugas memberikan nama pulau-pulau besar yang tadi sudah saya gambar di papan tulis. Lama mereka mengagumi peta tersebut. Ada perasaan miris dalam diri saya. Ini di Lampung, yang hanya 25 menit dari jakarta lewat jalan udara. Bukan sejauh kepulauan miangas, pulau seram atau pulau rote. Ternyata wawasan Indonesia mereka masih jauh dibawah rata-rata. Mereka belum kenal bangsanya, mereka belum kenal banyak tentang Indonesia.

 

15 menit setelah pengamatan, kini giliran saya memeriksa tugas mereka. 50% anak-anak masih salah menamakan pulau-pulau besar. Mereka juga masih belum fasih membaca peta, yang ditahun lalu sudah sempat saya ajarkan. Sungguh sebenarnya bukan soal kemampuan mereka yang rendah dalam memahami pelajaran, tapi frekuensi mereka memegang arit untuk bekerja di ladang jauh lebih banyak daripada memegang buku untuk di baca. Ada yang tertukar menempatkan jawa di pulau kalimantan, ada yang menulis nama lautan di pulau dan sebagainya. Sesi evaluasi jawaban dimulai. Saya meminta anak-anak yang jawabannya betul untuk maju dan menuliskan nama pulau di peta yang saya gambar. Lalu diiringi “ooooo” bulat dari anak-anak. Akhirnya mereka tahu di mana sumatera, jawa, kalimantan, sulawesi dan papua.

 

Sesi selanjutnya saya meminta anak-anak membaca artikel di buku paket tentang “Indonesia negara yang Kaya”. Saya memberikan mereka waktu lima menit untuk membaca dan kemudian saya berikan pertanyaan, “mengapa Indonesia Kaya?”, mereka menjawab dengan semangat “karena banyak pulau, kebudayaan, suku” dan lain-lain. Ah senang hati saya, mereka mulai mengenal bangsanya. Saya gali terus jawaban mereka. Mereka mulai menyebut sabang sampai merauke, saya lengkapi dengan miangas dan pulau rote. Mereka bicara tentang pakaian adat, saya tambahkan dengan istilah “baju bodo”, “kebaya”, dan lain-lain. Alhamdulillah buku yang dipakai 1 untuk satu meja, memadai dengan adanya contoh visual pakaian adat. Setelah tanya jawab soal kekayaan budaya, saya iseng bertanya tentang pulau. “Anak-anak ada yang tahu di Indonesia ini ada berapa pulau?”, suasana riuh menjadi hening. Saya menuliskan angka 13.000, dan mereka tercengang.

 

Agung sang ketua kelas menyeletuk “ tenanan tho bu?kok yo akeh men?” (beneran bu?kok banyak sekali?). Iya agung, jumlah pulau di Indonesia memang sangat banyak. 13.000 ini adalah yang sudah terhitung, mungkin masih ada pulau kecil yang belum terhitung. Anak-anak masih berdecak dan mulai berbisik-bisik karena baru hari itu mereka tahu bangsanya sangat kaya. Untuk mengambil perhatian mereka saya lemparkan pertanyaan kembali

“Jadi kalau sudah tahu pulau di Indonesia banyak kita harus bagaimana?”

“dijaga bu”, tukas Midin

“Bagaimana caranya?”

“mmmmm..”, kemudian mereka berpikir sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. “Jangan ditebang sembarangan bu”, “jangan dibakar”, dan masih banyak yang lainnya.

Lalu sekilas saya ceritakan secara sederhana tentang pulau sipadan dan ligitan. Mereka geram, tidak terima begitu tahu ada pulau yang ingin diakui negara lain.

“Jadi apakah anak-anak rela kalau pulau milik negara kita diambil?”

“Tidak buuu”

“Memangnya kenapa, kan pulau kita sudah banyak..?”, kata saya memancing.

“Soalnya semua punya Indonesia bu, Indonesia harus bersatu”.

 

Dan kelas hari itu ditutup dengan nyanyian lagu “Dari Sabang sampai Merauke”.

 

Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu

Menjunjung tanah airku

Tanah airku Indonesia....


Cerita Lainnya

Lihat Semua