info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

PS. Jangan lupa beli kue ya pak

Rahman Pradana 14 Januari 2011
Setelah musim ujian berakhir, aku dan sembilan teman pengajar muda lainnya telah bersepakat untuk berkumpul di Labuha, ibu kota kabupaten Halmahera Selatan. Kami berencana untuk mengadakan roadshow keliling 10 SMA di Labuha. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi dan motivasi bagi siswa kelas 3 SMA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Dikarenakan jumlah SMA yang cukup banyak dan berjauhan, kami menjadwalkan roadshow ini selama 3 hari. Hari Jumat, sehari sebelum keberangkatan, aku bersama siswa kelas 4 membahas soal-soal ujian akhir semester yang telah selesai dilaksanakan minggu itu, lalu membagikan tugas menggambar. Aku membagi mereka menjadi 8 kelompok dan meminta mereka untuk menggambar di atas kertas Manila yang cukup besar. Maklum, hasil prakarya mereka ini juga akan menjadi penghias kelas sekaligus penutup dinding kelas yang sudah bolong. Di akhir kelas, aku mengumumkan rencana kepergianku itu. “Anak-anak, ngoni su tau toh (kalian sudah tahu kan) kalau minggu depan ada ekskul (semacam class meeting)? Bapak pu (punya) rencana pergi ke Labuha 1 minggu. Selama itu, bapak minta ngoni tetap kerjakan tugas menggambar dengan baik, dan belajar untuk ulangan susulan minggu depan. Nanti Bu Fadlia (Guru kelas 3) akan bapak minta tolong mengawasi. Bisa semua?” Tak biasanya, pertanyaanku itu tidak disambar dengan teriakan “Bisa pak!”, tapi malah disambut dengan saling tatap-menatap dan berbisik-bisik. Ahirnya salah satu murid bertanya, “kapan bapak pulang?” “Hari Kamis atau Sabtu,” jawabku. Kembali mereka berbisik-bisik lagi. Saat itu aku tak tahu apa maksud dari tingkah mereka. .... Sorenya seperti biasa aku sedang beristirahat sejenak di kamar dan beberapa anak-anak ada di ruang tengah membaca buku. Tiba-tiba aku merasa mendengar namaku dipanggil-panggil. Aku bertanya dari dalam, “ada apa sayang?” Tapi yang terdengar hanya cekikikan tawa. “Pak Adi,” namaku dipanggil lagi. Aku beranjak keluar kamar untuk melihat ada apa gerangan. Hanya ada Awin, anak kelas 4 yang ada di ruang tamu. “Ama dan Anna yang panggil tadi pak, dorang (mereka) su lari,” jelas Awin sambil menunjuk ke luar. Hal seperti ini sudah sering terjadi, biasanya mereka malu untuk bertanya atau meminta sesuatu. Aku kemudian ke luar pintu rumah dan melihat kanan kiri, “Ama, Anna, kemari sayang.” Malu-malu akhirnya mereka kembali ke rumah. Ternyata tidak hanya mereka berdua, ada juga Alma, Indri, Eda, Tika, Wati dan beberapa siswi kelas 4 lainnya. Satu persatu mereka memberikan sepucuk amplop putih. “Apa ini sayang?” tanyaku. Mereka diam saja sambil tersipu malu, saling bersembunyi di balik pundak temannya. “Untuk bapak?” tanyaku lagi. “Iya pak,” jawab mereka kompak. Aku melihat tulisan di atas amplop. Untuk Pak Adi Yang buat Anna Aku tersenyum. Aku bersiap untuk membukanya ketika Alma tiba-tiba berseru, “jangan dibuka sekarang Pak, nanti saja di Labuha!” Anak-anak lain pun ikut-ikutan mengiyakan. Aku melihat mereka tersipu malu. Oh Tuhan, lucu sekali tingkah mereka. Demi menghargai niat mereka, aku berjanji tidak akan membuka surat mereka sampai tiba di Labuha. “Ya sudah, Bapak tara (tidak) buka sampai di Labuha, sekarang kalian masuk rumah, baca buku ya,” kataku. “Iya pak!” Jawab mereka kompak. Seperti hari biasanya, mereka kemudian membaca buku di ruang tengah, sedangkan aku masuk ke dalam kamar. Aku letakkan semua surat di atas meja. Lalu aku perhatikan ada yang berbeda di tumpukan kardus di pojok dekat pintu. Ada robekan kertas buku tulis dengan tulisan warna warni. “Sejak kapan kertas-kertas itu ada di sana?” pikirku. Aku ambil kertas-kertas tersebut. Tulisan di atas kertas agak sulit dibaca, semuanya ditulis dengan crayon. Pak Adi mau ke labuha jangan lama-lama nanti kita sedih Kira-kira itu isi dari kertas-kertas tersebut. Aku terduduk di kasur. Aku tersenyum. “Kapan mereka membuatnya ya? Kapan mereka meletakkannya di kamar?” Guratan crayon mereka benar-benar mencuri hatiku. .... Esoknya, di rumah Ummi Poni di Labuha, aku membuka surat-surat yang dibuat oleh anak-anak kelas 4. Untuk Pak Adi. Besok pak adi mau ke labuha Jangan lama-lama nanti kita jadi sedih Kalau pak adi pulang jangan lupa bawa kue Kalau tidak nanti kita cubit Dari Anna Segera kumasukkan 38 kue dalam daftar belanjaanku untuk anak-anakku tercinta. :)

Cerita Lainnya

Lihat Semua