Laskar Penyanyi
Rahman Pradana 16 Januari 2011
30 Desember 2010, Indong
“Allahuakbar Allaaaahuakbar..”
Adzan subuh membangunkanku dari tidurku. “Wah, sudah jam 5,” pikirku. Aku terbangun di kasur berkelambuku, di antara tumpukan 38 buku raport merah milik para siswa kelas 4, emergency lamp, dan laptop. Spidol hitam dan merah masih berada di genggamanku. Semalaman aku bergadang sampai jam 2 pagi untuk mengisi laporan pendidikan seluruh siswa kelas 4 SDN Indong.
Setelah selesai mengisi semua raport, aku segera berangkat ke sekolah. Aku bisa mendengar pengumuman dari TOA masjid. “Bapak Ibu Wali Murid SDN Indong yang tercinta, hari ini akan dibagian laporan pendidikan untuk seluruh siswa kelas 1 – 6. Untuk itu diharapkan kehadirannya di sekolah pada pukul 8. Pengumuman ini bersifat undangan. Terima kasih atas perhatiannya.”
Sesampainya di gedung baru SDN Indong, aku melihat kelas 5 dan 6 sudah disulap menjadi tempat pertemuan orang tua murid. Puluhan meja dan kursi sudah tersusun rapih. Di depan kelas sudah disiapkan 4 meja memanjang untuk tempat duduk guru. Aku kemudian masuk ke ruang guru, di mana semua guru kelas sudah hadir. Pak Anwar, guru kelas 1, Pak Ramli, guru kelas 5, dan Pak Hajuan, guru kelas 6 sedang mendiskusikan susunan acara nanti.
Entah dari mana ide itu datang. Aku segera mengajukan satu acara tambahan. “Pak, bagaimana kalau kelas 4 memberikan persembahan kepada orang tua siswa?” Kebetulan mereka pernah aku ajari lagu Terima Kasih Guruku yang dipopulerkan oleh AFI Junior. Serentak, para guru setuju.
Aku segera mulai bekerja. Aku keluar untuk memanggil beberapa siswa kelas 4, dan meminta mereka memanggil teman-temannya untuk berkumpul. 5 menit kemudian, belasan siswa sudah berkumpul di lapangan. “Anak-anak sayang, ngoni (kalian) masih ingat toh lagu dan gerakan Terima Kasih Guru? Ayo siap-siap, sebentar lagi ngoni menyanyikan lagu itu untuk para guru dan orang tua murid. Kitorang (kita) latihan dulu ya.” Serentak mereka bersorak kompak.
Akhirnya acara pertemuan orang tua murid dimulai. Pak Anwar bertindak sebagai moderator, membuka pertemuan. Berikutnya Pak Ramli memberikan sambutan menggantikan Ibu Kepala Sekolah yang pagi itu dipanggil ke ibu kota kabupaten oleh Dinas Pendidikan. Aku bisa melihat Pak Ramli memberikan pengarahan dengan berapi-api mengenai kondisi sekolah dan siswa secara umum yang masih kesulitan dalam pelajaran. Setelah itu Pak Hajuan melanjutkan memberikan sambutan dari perwakilan komite sekolah.
Kemudian Pak Anwar mempersilahkanku untuk memberikan sambutan. Itulah kali pertama aku berkenalan secara resmi dengan warga SDN Indong. Berpuluh pasang mata menyelidik, menunggu seperti apakah guru baru dari Jawa ini. Aku memulai sambutan dengan meminta para orang tua murid mengikuti yel-yel. “Kalau torang (saya) bilang ‘Halo’, ngoni jawab ‘Hai’, kalau torang bilang ‘Hai’, ngoni jawab ‘Halo’, bisa kan bapak ibu? Mari kitorang coba!” Ruangan itu menjadi riuh oleh yel-yel Halo dan Hai. Sinyal itu biasa aku berikan pada anak-anak di kelas. Aku minta mereka melakukannya untuk mencairkan suasana serius setelah pemaparan dari Pak Ramli dan Pak Hajuan.
Setelah itu aku memperkenalkan diri. Siapakah aku, untuk apa aku di desa Indong, apa yang akan dilakukan di sini dan apa harapanku selama satu tahun mendatang. Pemaparan singkat itu berhasil membangun ketertarikan dan antusiasme para orang tua. Aku bisa melihat mereka mengangguk-angguk setuju ketika aku menjelaskan sedikit mengenai konsep pendidikan yang aku pelajari dari Pak Munif Chatib.
“Tidak ada anak pambodo. Semua anak pintar. Hanya saja, tiap anak beda pintarnya. Ada anak yang setelah baca buku langsung hafal. Ada anak yang pintar matematika, baru dijelaskan perkalian langsung bisa. Tapi ada anak yang pintarnya main bola, atau betobo di jembatan (berenang di dermaga). Itu namanya pintar dalam bidang olahraga, gerak atau kinestetis.” Mereka sepertinya senang karena anak mereka dibilang pintar. Sebuah kata yang jarang diungkapkan pada para anak-anak, bahkan oleh orang tuanya sendiri.
Setelah sambutan dariku, kemudian Pak Anwar mempersilahkan paduan suara kelas 4 untuk memulai persembahan. Aku segera memanggil anak-anak untuk masuk ke ruangan, dan mempersiapkan laptop dan speaker untuk suara latar.
Sebelum dimulai, aku memanggil mereka keras-keras “Penjaga Kelas.!?” Serentak mereka menjawab “Siap..!!” Penjaga kelas adalah sebutan yang kuberikan pada mereka supaya semua anak bersemangat untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di kelas.
“Pagiku cerahku, matahari bersinar
Kugendong tas merahku, di pundak...”
Ketika lagu dimulai, anak-anak sudah bergerak kanan kiri, mengangkat tangan, dan memutarkan badan seraya menyanyikan lagu Terima Kasih Guru dengan khidmat.
Selain senyum yang dilontarkan anak-anak, baik yang bernyanyi atau menonton, aku bisa melihat senyum sumringah para orang tua. Mereka seperti jarang sekali melihat anak-anaknya menyanyikan lagu dengan gerakan sederhana itu. Beberapa orang tua siswa bahkan menepuk-nepukkan tangannya mengikuti irama lagu. Seluruh ruangan bersorak sorai bertepuk tangan ketika anak-anak selesai menyanyikan lagu. Oh, sungguh bahagianya momen itu.
Setelah pertunjukkan, mereka keluar ruangan, dan acara pembagian rapor dilanjutkan. Setelah pemaparan guru kelas 3, aku menyelinap keluar kelas untuk menemui paduan suara. Di luar, aku bisa melihat binar mata bangga atas keberhasilan mereka tampil di depan guru dan orang tua murid. “Selamat anak-anak, luar biasa! Superman Woosh untuk kalian semua!”
Superman Woosh adalah bentuk apresiasi yang biasa kuberikan dalam kelas. Bentuknya teput tangan 3 kali, diikuti gerakan superman terbang dengan suara “Tetereteteeet! Woosh!” Dalam tasku, aku sudah menyiapkan sebungkus permen untuk para Laskar Penyanyi itu, mereka terima dengan senang hati.
Pertunjukkan itu adalah highlight dari acara pembagian rapor. Di dalam rapor, tiap siswa bisa melihat nilai yang beraneka ragam, hitam dan merah, tapi nilai tersebut tidak bisa benar-benar memperlihatkan perkembangan apa yang siswa alami dalam 1 semester. Tetapi dengan kekompakkan Laskar Penyanyi menyanyikan dan menarikan lagu, para orang tua murid dapat melihat anak-anaknya berhasil belajar kekompakan dan kepercayaan diri. Sebelumnya anak-anak tidak pernah menampilkan pertunjukkan seperti ini. Semoga pertunjukkan ini bisa memberikan suntikan semangat untuk para orang tua murid dalam memberikan apresiasi dan bimbingan pada anak-anaknya di rumah. Amin.
*salam hangat dari desa Indong*
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda