Kemarin, Hari Ini dan Esok
Rahayu Pratiwi 23 Maret 2014Tidak ada yang tau kenyataan kamu dihari ini, karena hari ini bagian dari hari kemarin. Mimpimu dihari ini adalah hasil kerjamu dihari kemarin. Dan kenyataan yang akan kamu hadapi besok adalah hasil kerjamu hari ini.
Melihat foto-foto itu. Rekaman jejak kehidupan yang sudah dijalani kemarin, baru benar-benar terasa bahwa hidup yang aku jalani hari ini adalah hasil mimpi hari kemarin. Allah Maha Baik. Dia mengabulkan doa ketika makhluk ciptaanNya sudah siap menerimanya. Jalan ini adalah salah satunya. Adanya aku didesa ini masih seperti mimpi. Setiap hari aku merasa seperti orang yang baru bangun tidur, menyadari bahwa diri ini bukan lagi ada dirumah. Tidak lagi bersama keluarga tercinta. Dan aku menikmati pendewasaan diri yang Dia berikan.
Ketika teman dan kerabat bertanya, bagaimana kehidupanmu di desa? Terlihat di foto kamu sangat bahagia. Aku pun menjawab, alhamdulillah jika terlihat bahagia, karena bahagia itu adalah ketika kita bisa menikmati sesuatu pada setiap prosesnya.
Bersama anak-anak ini, yang setiap hari selalu menuliskan aku jurnal “Aku sayang Ibu Tiwi dan Ibu Ika. Aku bersyukur Ibu Tiwi dan Ibu Ika mengajar di SDN 2 Sinorang” menjadi motivasi sendiri bahwa anak-anak ini membutuhkan sosok guru yang bersahabat, yang dapat menjadi teman sekaligus contoh bagi mereka. Melihat kepolosan dan rasa ingin tau anak-anak rasanya tidak adil jika hari-hari mereka diisi dengan ancaman dan teriakan. Hari-hari anak-anak yang senang bermain membutuhkan kemasan pelajaran sambil bermain, suasana yang menyenangkan, mewarnai, bernyanyi, bergerak, yang masing-masing disesuaikan dengan kesukaan dan karakteristik anak.
Disini aku menemukan anak-anak dengan tipe yang sangat menyukai menggambar, bernyanyi dan bergerak, sehingga pelajaran yang seringkali ingin disampaikan harus menggabungkan dengan ketertarikan mereka. Pernah suatu hari salah satu dari mereka bertanya, “Ibu, kenapa sih kalau mengingat lagu gampang mudah, tapi kalau menghapal pelajaran itu susahnya minta ampun?” Aku pun bertanya balik, “Iya ya, menurut kamu kenapa bisa begitu?” Dengan senyum malu-malu mereka menganggukkan kepala sambil tersenyum "Tau..." jawabnya.
Ahh.. Anak-anak. Kesederhanaan dan kepolosan mereka membuat guru abal-abal ini banyak belajar. Dari sini dapat dilihat bahwa mereka sangat membutuhkan situasi yang menyenangkan, santai, dan rileks untuk menyerap sesuatu hal. Mereka tidak bisa dipaksa, atau dicecoki pelajaran-pelajaran abstrak yang tak tertangkap dengan daya pikir mereka yang terlalu sederhana. Mereka juga tidak bisa dibiarkan terlalu lama melakukan satu aktivitas. Bergerak dan terus bergerak. Sangat atraktif dan selalu ingin menjadi juara.
Kenyataan ini yang kadang masih tak disadari. Adanya kami hari ini mungkin tidak bisa merubah mereka 100% atau mungkin tidak akan berdampak apa-apa. Tapi hati mereka yang berbicara. Aku masih percaya, apa yang disampaikan dari hati pasti akan sampai pula ke hati. Semoga kata-kata yang banyak keluar hari ini untuk mereka, akan mereka ingat suatu hari nanti. Ini bukan untuk kami. Tapi untuk senyum mereka di masa yang akan datang.
Ibu sayang kalian nak... :*
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda