info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Ibu, Tuhan ada dimana?

Rahayu Pratiwi 10 April 2014

Sore hari itu suasana gaduh sekali di masjid. Aku yang paling tidak menyukai kebisingan, terlebih  di dalam masjid, akhirnya marah dan kelepasan mencontohkan yang tidak baik kepada mereka. Ahhh.. Kenapa juga harus keluar kata-kata itu. Menyesal dan setelah marah energi terkuras habis. Kepala pusing dan tubuh pun rasanya lemas. Terharu ketika keesokan harinya anak-anak bilang: “ibu kitorang mengaji bentar sore?” Padahal kemarin baru saja mereka berulah dan membuat gurunya naik darah di masjid. Hmmm. Ternyata semangat mereka masih menyala. Pendidikan agama yang kurang mereka dapat di rumah dan sekolah sedikit mendapat kesejukan saat di masjid.

Mereka yang sedang belajar mengenal Tuhan seringkali bertanya, “Ibu, Tuhan ada dimana? Kenapa Tuhan bisa ada? Siapa yang menciptakan Tuhan?” Aku jelaskan sebisanya menggambarkan senyata apa Tuhan itu dengan menunjukkan ciptaan-ciptaan serta bukti adanya Tuhan. Ku ajak mereka setiap malam selepas isya melihat ke atas langit,

“Lihat nak, itu bulan dan bintang. Bintang ada banyak dan bulan bentuknya pun beranekaragam. Coba lihat, itu bulan apa?” tanyaku.

“Purnama bu.” Jawab salah satu diantara mereka.

“ Yupss betul sekali..” Jawabku demikian.

“Nah, siapa yaa yang kira-kira menciptakan bulan dan bintang?” Tanyaku lagi

“Tuhan bu..” Jawab mereka berbarengan.

“Pintar.. Lalu tuhan ada dimana nak?” Tanyaku kembali, sengaja membuat mereka terus menerus mencari

“Langit bu, benar itu?” Kata mereka dengan lugu dan malu.

Haha.. Ya benar. Sambil berpikir bagaimana menjealskan teori akan adanya Tuhan. Setidaknya mereka sedikit demi sedikit ada gambaran.

Saat-saat mengaji dan berdiskusi di masjid selepas magrib adalah salah satu kegiatan yang aku suka ketika berinteraksi dengan mereka. Kepolosan anak-anak ini ketika bertanya dan menjawab pertanyaan mengingatkan aku pada kisah Nabi Ibrahim yang mencari kebenaran dimana Tuhan berada dan siapakah Tuhan sebenarnya. Minimnya pembelajaran agama di sekolah dan di rumah menjadikan mereka tidak mengenal siapa Tuhan yang Maha Menciptakan, sehingga tak ayal banyak diantara mereka yang masih tidak bisa sembahyang dan mengaji. Miris sekali

Ada yang mengatakan bahwa agama adalah suatu kepercayaan yang diperoleh dari hasil pencarian. Ketika pencarianmu benar, maka kamu akan menemukan Tuhan, tapi apabila kamu keliru mengenal Keesaan Tuhan, maka lihatlah apa yang terjadi padamu. Entah kata-kata siapa itu tidaklah menjadi soal. Yang aku harap, anak-anak ini dapat mengenal Tuhan yangg menciptakan mereka secara benar. Memang mereka masih kecil, tapi bibit-bibit ini di masa depan akan menjadi orangtua yang kemudian akan mengajarkan anak-anaknya kembali untuk mengenal Tuhannya.

Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad ‘Arafa Rabbahu

Yang artinya : ‘Barangsiapa mengenal diri (sejati)nya, akan mengenal Tuhannya’


Cerita Lainnya

Lihat Semua