info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Surat dari Rote (Bag. 2)

Rady Raziman Dypatra 23 November 2012

Untuk para Pengajar Muda,

Surat ini ditulis tepat di malam saat menjelang pergantian tahun baru hijriah. Saat itu ketika duduk merefleksikan apa yang sudah dilakukan selama lima bulan. Ingin berteriak rasanya meratapi perasaan setengah putus asa karena merasa capaiaan selama ini belum optimal.

Tepat lima bulan berada di daerah penugasan. Hampir separuh perjalanan telah dilewati. Perjalanan ini terasa begitu mengesankan sekaligus “mengenaskan” karena bukan jalan lurus dan baik-baik saja yang dihadapi tapi jalan terjal berkelok-kelok bagaikan menaiki sebuah bukit abadi.

Gelombang semangat ini kadang naik dan kadang turun. Semuanya mungkin pernah merasakan saat-saat ketika serotonin dan dopamin berada pada titik kritis. Itulaah saat-saat ketika kejenuhan, kegalauan dan keputusasaan berhasil mengalahkan kesabaran, kegigihan dan harapan. Tapi saya sadar bahwa keberhasilan yang sebenarnya adalah ketika kita berhasil melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat (Winston Chuchill).

Oleh karena itu, izinkan saya membuat sebuah perenungan pribadi di awal tahun baru ini. Untuk teman-teman yang “sehati” dengan keadaan ini semoga surat ini bisa jadi “tai ayam di tengah kelaparan”.

Hidup adalah sebuah pilihan

Between B and D, there is C

We were Born,

We have Choices, and

We will be Dead. 

Setiap makhluk yang lahir (Born) akan mati (Dead). Manusia mempunyai sebuah privilige yang membedakan antara makhluk satu dan yang lainnya. Keistimewaan itu adalah hak memilih (The right to Choose).

Itulah keistimewaan yang membuat manusia pantas menyandang makhluk yang paling sempurna di muka bumi.

Antara hidup dan mati terdapat pilihan-pilihan hidup yang mau tidak mau harus dipilih. Apakah mau mengisi kehidupan dengan segala keburukan atau kebaikan? Kejenuhan atau kegigihan? Kegalauan atau kesabaran? Pesimisme atau optimisme? Kapanpun, dimanapun dan dalam kedaaan bagaimanapun, manusia selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Karena hidup adalah tentang memilih pilihan hidup, menjalani pilihan hidup dan mempertanggung jawabkan segala pilihan hidup kepada manusia lain dan Tuhan Yang Maha Pemberi keistimewaan untuk MEMILIH.

Menjadi Pengajar Muda adalah pilihan hidup. Kita mempunyai pilihan untuk memilih hidup senang, penuh kebahagiaan dan hidup jauh dari kata keprihatinan. Karena kita mampu. 

Tapi kita memilih berani turun sampai ke pelosok negeri. Kita memilih mengesampingkan rasa jijik untuk mengurus ingus anak-anak kelas satu, rasa ngilu membelai rambut anak-anak yang penuh kutu atau rasa capek bercucuran peluh karena sibuk menjadi badut di lapangan yang penuh debu.

Kita memilih merasa bertanggungjawab karena kita tahu bahwa merekalah yang  kelak akan meneruskan sejarah republik ini. Kita memilih datang  untuk menghadirkan senyum dan tawa bagi mutiara-mutiara penerus bangsa. Dan kita memilih hadir agar  anak-anak kita berani bermimpi. Karena kita memilih yakin bahwa langkah kecil ini akan membawa perubahan.

Is that your choice?

Beruntunglah kita memilih pilihan ini, karena diperjalanan ini kita bisa menikmati eksotika kekayaan budaya nusantara bernama pemandangan tentang Indonesia Raya. 

Menciptakan kebahagiaan sendiri

Bagi yang merasa masih ‘pesimis’ dengan  pilihan ini,  lebih baik segera menciptakan kebahagiaan sendiri atau memilih hidup sengsara atau kembali sekarang juga!. Pengajar Muda bukanlah malaikat yang tak pernah pesimis. Tetapi kita masih punya alasan untuk memilih menularkan optimisme daripada pesimisme.

Hati-hati!

Bukan hanya optimisme tapi pemisimisme juga bisa menular. Suatu saat pesimisme itu akan tumbuh menjadi apatisme. Dan itu sangat berbahaya.

Mari ciptakan kebahagiaan sendiri, setidaknya untuk diri sendiri. Karena menciptakan kebahagiaan itu mudah. Menciptakan kebahagiaan adalah tentang bagaimana cara kepala memandang masalah,  bibir menyunggingkan senyuman dan bagaimana cara meyakinkan hati untuk memercainya.

Lebih baik lagi kalau pancaran kebahagiaan itu bisa ditularkan sehingga orang lain merasa bahagia dengan keberadaaan kita. Membuat orang lain bahagia itu ibadah. Lalu, apakah selama ini kita sudah membuat orang lain cukup berbahagia dengan keberadaan kita atau justru membebani masyarakat di sekitar kita?

Kehadiran Pengajar Muda di pelosok negeri adalah untuk memberikan nilai tambah bukan menjadi biang masalah. Cukup berhentilah menambah keprihatinan  negeri ini. Optimisme, kebermanfaatan, pengabdian, kepeloporan, kepemimpinan dan pembelajaran adalah nilai-nilai luhur Pengajar Muda yang harus ditularkan. Dengan nilai-nilai luhur yang kita yakini mari kita ciptakan kebahagiaan.

Ternyata hanya dibutuhkan sedikit keberanian untuk menciptakan kebahagian.  Mengutip perkataan Nabi Syuaib yang terdapat pada Alquran surat Huud ayat 88: “Aku hanya mengehendaki perbaikan semampuku. Tiada keberhasilanku, kecuali pertolongan Allah. Kepada-Nya aku berserah diri dan kepada-Nya aku akan kembali”. 

Epilog

Di tahun baru hijriah ini, mari kita teguhkan kembali pilihan-pilihan kita, tata kembali resolusi-resolusi kita dan lunasi janji-janji kita.  Menjadi Pengajar Muda adalah pilihan terbaik. Ribuan anak-anak muda berbondong-bondong untuk menjadi bagian dari angin perubahan ini. Oleh karena itu, jangan kecewakan orang lain di luar sana yang belum berkesempatan mendapatkan kehormatan ini.

Setahun tidaklah lama. Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya, turun tangan untuk berbuat sesuatu dan melihat pemandangan Indonesia Raya dengan sudut pandang yang berbeda. Gunakan waktu yang tersisa untuk memperjuangkan cita-citamu, idealismemu dan harapanmu. Hanya setahun menjadi Pengajar Muda, jadikan ini berarti. Kita yakin bahwa pengalaman setahun ini merupakan episode hidup yang tidak akan pernah terlupakan.

Don’t be yourself but be the best of yourself!

Sekarang,  kita hanya perlu menggandakan semangat lebih besar dari biasanya,  berlari lebih kencang dari biasanya, bekerja lebih keras dari biasanya dan berfikir lebih cerdas dari biasanya.

Mulai hari ini...

menit ini...

detik ini...

mari kita langkahkan kaki bersama-sama untuk melunasi janji.  

 

 

 

Salam hangat dari

Pak Guru dan anak-anak kelas satu


Cerita Lainnya

Lihat Semua