Maulid, Parfume, dan Sebatang Rokok

Raden Roro Cahya Wulandari 22 Februari 2012

Di kampung ku, perayaan Maulid Nabi Muhammad merupakan perayaan besar-besaran yang melibatkan tidak hanya satu kampung, namun juga beberapa kampung. Tahun ini kampungku menjadi kampung kunci (baca: penutup) rangkaian perayaan Maulid di Kecamatan Fak-Fak Timur. Ada sekitar 5 kampung yang turut ikut perayaan Maulid ini. Bagi ku, hari ini berlimpah makanan. Tak ada pekerjaan lain selain masak, makan, minum teh, makan kue, dan bubur kacang hijau.

Hari dimulai pukul enam pagi dimana saya dan mama angkat baru selesai masak sekitar jam 5 pagi. Alhasil dari tidur hanya 1 jam, rasanya terbayar dengan suasana yang begitu meriah di kampung. Jam enam perahu-perahu dari kampung-kampung sebelah sudah mulai berdatagan. Riuh keluarga memenuhi rumah. Hangat sekali. Aku sangat menyukainya.

Pukul 10 Maulid keluarga di mulai di rumah Mama Tua Muna. Maulid keluarga adalah dimana satu keluarga besar berkumpul dan membakar kemenyan. Berhubung saya tinggal dengan marga Wou, maka kami semua merayakan Maulid Wou. Ketika segala sesuatu beres, kami bersama-sama berjalan seperti pawai kecil ke masjid. DI dalam masjid rupanya sudah menunggu beberapa keluarga lain yang sudah lebih dulu tiba. Selanjutnya datanglah keluarga Tunggin, Karau, Samai, dan lain-lain. Masjid kecil itu pun penuh sesak dengan masyarakat yang sudah berdandan rapi bak lebaran. Seusai membaca doa, kami keluar untuk istirahat MAKAN. Ikan saus, acar, bihun, kue lontar, roti gulung, pisang goreng, apapun ... sudah masuk ke dalam perut.

Sore, dilanjutkan dengan Maulid Berdiri di mana semua orang memberikan infaq, kemudian membaca nyanyian-nyanyian dalam bahasa Arab. Nyanyian ini dilakukan bersahut-sahutan. Di tengah mimbar, ada seorang Imam yang menggendong bantal dan kain. Kata nya, itu perumpaman Nabi Muhammad yang baru lahir. Memang, Maulid adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adapun nyanyi-nyanyian yang dilakukan adalah lagu nina bobok, supaya nabi tidak menangis. Uniknya, saat semua sudah selesai, orang-0rang menyemprotkan parfum aneka rupa di dalam masjid. Alhasil, Masjid penuh sesak dengan aroma parfum yang menyengat. Bernafas jadi agak susah dan aku bisa merasakan pahit di batang tenggorokan. Akhirnya aku putuskan untuk keluar masjid.

Acara berlanjut lagi dengan makan bubur dan kue-kue kecil. Yang unik lagi, setelah itu mereka menawarkan rokok. Baik perempuan maupun laki-laki boleh menghisap rokok. Bahkan disarankan. Saya jadi merasa kikuk karena tidak biasa merokok. Untung saja seorang ibu berkata pada saya “tidak usah hisap juga tidak apa-apa kalau belum biasa”.

Hahaha ... sangat melegakan, maka rokok itu aku berikan ke seorang bapak di sampingku.

Ini unik tidak hanya bagiku, tetapi bagi seorang Ibu yang berasal dari Banda. Dia duduk di sebelahku, dan juga kebingungan bagaimana mau menolak rokok itu. Ternyata kami hanya cukup menerima rokok itu saja, tidak perlu menghisap. Rokok nanti bisa kita berikan kepada siapa saja yang kita mau.

Nah, hingga subuh ritual makan .. eh, maulid, terus berjalan. Sebuah perayaan besar yang menyatukan banyak keluarga. Sungguh senang. Sungguh hangat.


Cerita Lainnya

Lihat Semua