Sahabat Kecilku (Inspired by Ijah)

Marintha Eky Wulansari 23 Februari 2012

          “Selamat jalan Pengajar Muda, Selamat Menginspirasi.” Kalimat itu masih kuingat jelas, diucapakan oleh tim Galuh saat melepaskan kepergian kami menuju tempat tugas masing-masing. Menginspirasi adalah salah satu tugas utama kami sebagai seorang Pengajar Muda. Tidak perlu bingung bagaimana cara kita menginspirasi orang lain, karena untuk menginspirasi tidak perlu kita niatkan dan rencanakan. Hanya lakukan saja hal-hal yang baik-baik maka kita tidak pernah tahu bahwa hal kecil yang kita lakukan, ternyata sangat berarti untuk oranglain, dan bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat hal yang serupa.     

           Seperti yang kualami bersama seorang muridku yang luarbiasa. Namanya Hadijah, ia biasa dipanggil Ijah. Dia siswiku yang duduk di kelas 6 SD, yang memiliki semangat yang luarbiasa. Meskipun kondisi fisiknya tidak sesempurna teman-temannya yang lain. Ijah terlahir dengan cacat kaki, telapak kaki sebelah kirinya tertekuk ke belakang, sehingga ia harus berjalan menggunakan punggung telapak kakinya. Tentu saja rasanya tidak nyaman, karena jalanan di kokas (daerah penempatanku) jarang ada yang datar. Sebagian besar memiliki kontur naik turun dan berbatu-batu. Iapun berjalan lebih lambat dibanding temannya yang lain, sehingga sering terlihat berjalan sendiri, karena teman-temannya tak sabar untuk tidak mendahuluinya. Namun yang aku acungi jempol, adalah semangatnya. Dia termasuk siswa yang rajin ke sekolah, juga tidak pernah absen untuk datang les yang kuadakan setiap sore dirumahku. Padahal jarak rumahnya dan rumahku tergolong cukup jauh. Setiap ia sampai dirumahku, bajunya selalu basah karena keringat dan wajahnya pun kusut karena peluh. Tapi ia tetap bersemangat mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir.       

             Pernah suatu ketika ia kutunjuk menjadi salah satu petugas upacara, bagian pembaca do’a. Di tengah-tengah ia membaca do’a, suaranya bergetar, dan air matanya mulai jatuh membasahi wajahnya. Hampir semua peserta upacara terperangah melihatnya. Selesai upacara berlangsung, aku menghampirinya untuk menanyakan mengapa ia menangis saat membaca do`a.  Aku menduga ia terharu karena isi do`a yang ia baca. Ternyata jawabannya sangat berbeda, ia merasa terharu karena baru pertama kalinya ia ditunjuk sebagai petugas upacara. Karena sebelumnya yang biasa ditunjuk menjadi petugas upacara adalah anak-anak yang memiliki fisik yang sempurna sehingga bisa mempraktekaan PBB dengan sempurna. Ia mengucapkan terimakasih karena diberikan kesempatan.

          Anehnya sejak kejadian itu Ijah, jadi tampak lebih ceria. Iapun sangat aktif di dalam kelas, sering bertanya dan mencoba menjawab pertanyaan. Aku baru tau dia ternyata salah satu siswa yang cukup cerdas. Aku pernah beberapa kali memutarkan video tentang orang-orang yang memiliki kekurangan fisik, namun masih tetap dapat berbuat banyak. Dari tayangan video itu aku menunjukkan pada Ijah, bahwa ia juga bisa melakukan hal-hal yang luarbiasa asal dia mau dan selalu bersemangat. Alhamdulillah apa yang kucoba tanamkan pada diri Ijah, dapat ia pahami dengan baik. Aku baru tahu setelah membaca isi surat sahabat pena yang ia tulis untuk sahabatnya di Jawa. Isi surat itu adalah sebagai berikut:

        

“ Assalamu`alaikum....teman-teman bagaimana kabarmu. Saya senang sekali mendapat surat darimu. Perkenalkan namaku Ijah, aku tinggal di kampung baru Kokas, di Papua Barat. Saya sekarang duduk di kelas 6 SD. Oh iya Ibu Guru saya juga dari Jawa, namanya Ibu Eky. Aku dulu hampir putus asa, tapi Ibu Eky terus memberi semangat. Jadi sekarang saya bersemangat lagi. Nanti kalau sudah besar saya ingin jadi pegawai. Kalau kamu ingin jadi apa? Gurumu baik jugakah? Balas suratku ya....Terimakasih...

                                                                                                                       Ijah

            Ada pelajaran yang bisa kupetik dari kejadian ini, bahwa setiap anak harus diberikan kesempatan yang sama tidak peduli dengan kekurangan yang ia miliki. Karena dengan memberikan mereka sebuah kesempatan, mereka akan merasa diri mereka sama berharganya dengan orang-orang yang lain. Hanya karena ditunjuk sebagai petugas upacara, Ijah perlahan-lahan berubah menjadi pribadi yang lebih ceria, percaya diri dan penuh semangat.  Menjadi Guru adalah sekaligus menjadi Ibu, yang mengenali begitu baik anak-anaknya. Mendidik dengan hati dan terus mendorong mereka untuk maju. Maka, tetaplah bersemangat Ijahku, dan Ijah-Ijah lain diseluruh Nusantara. Ada sebuah lagu yang Ibu tulis dan Ibu persembahkan pada kalian. Lagu yang kutulis jauh sebelum bertemu kalian, karena Ibu tahu diseluruh Nusantara ada anak-anak yang memiliki semangat yang tinggi dalam meraih mimpi, meski banyak rintangan yang menghalangi.

    

Sahabat Kecil

Sinar mentari menghangatkan tubuhku

Binar matamu menghangatkan jiwaku

Perjalanan hidup membawaku padamu

Sahabat kecilku yang mengisi hatiku

             Setiap pagi kau ayunkan langkahmu

             Tiada rasa keluh meski kau banjir peluh

             Semangatmu kalahkan rintangan dihadapmu

             Cita-cita tinggimu membebaskan jiwamu

Reff: Kamu pasti bisa

          Aku yakin kau bisa

          Jadi apa yang kau cita

          Kamu pasti bisa

          Aku yakin kau bisa

          Kukan slalu mendukungmu

          Sahabat kecilku.  

 

                     


Cerita Lainnya

Lihat Semua