info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Disambut dengan Tangisan

Adhiti Larasati 23 Februari 2012

Empat bulan lagi ! begitulah judul notes yang ditulis salah seorang teman *colek Marintha Eky. Galau? Ayoo yang galau silakan mengacungkan tangan ! Saya termasuk salah satu yang mengacungkan tangan dan saya yakin saya tidak sendirian. Kalau 8 bulan lalu suasana galau terasa kental seiring dengan akan segera datangnya masa – masa deployment ke daerah penempatan, maka triwulan terakhir ini susana galau sering menghampiri tatkala mengingat tinggal sebentar saja kami, Pengajar Muda angkatan II akan kembali menjalani hari di kehidupan urban kota – kota metropolitan.

Hari itu saya baru saja kembali ke kampung setelah melakukan rapat koordinasi dengan para Pengajar Muda mengenai kegiatan OSK (Olimpiade Sains Kuark). Lain daripada biasanya, kali ini mama menyambut kedatangan saya di luar pintu rumah. Ia bilang, sudah mendengar suara taksi (sebutan untuk angkutan umum di Fakfak) dari jauh dan berharap bahwa taksi itu akan membawa saya pulang. Saya sedikit terharu mendengar pernyataan mama. Agaknya, dia sudah sangat merindukan saya, padahal hanya 3 hari saja saya pergi ke kota.

Begitu tiba, saya langsung diajak ke dapur. Mama sudah menyiapkan makan siang untuk saya. Hal yang selalu dilakukannya setiap hari. Hal yang akan sangat saya rindukan di kemudian hari nanti. Tanpa bermaksud membandingkan, Ibu saja belum tentu menyediakan saya makan siang dengan tangannya sendiri setiap hari. Kami lalu saling bertukar cerita seperti biasanya. Mama menceritakan tentang kegiatannya dan perkembangan kampung selama saya  pergi. Mama bercerita kemarin beliau baru saja melakukan kegiatan pameri (membersihkan rumput di kebun).

Saya menceritakan tentang kegiatan di kota. Kebanyakan tentang persiapan OSK.  Sampai akhirnya dia bercerita tentang Bapak. Bagi yang belum tahu, Bapak angkat saya adalah seorang Kepala Desa. Mama bercerita bahwa minggu – minggu ini Bapak sedang sibuk berkegiatan di kota mengurusi dana Respek kampung yang akan segera turun. Lalu mama bercerita bahwa Bapak banyak dipuji oleh Pemerintahan Distrik mengenai Rencana Anggaran Pendapatan & Belanja Dana Respek yang ia buat. Kebetulan, saya membantu pemerintahan desa mengenai pengalokasian dana Respek tersebut dan program yang sebaiknya dijalankan.

Tiba – tiba mama berkata “Kemarin itu, Bapak cerita pada Mama sampai air mata ini turun, sukur alhamdulillah beta pu anak ini bisa bantu Bapak sampe dong bilang Kepala Kampung Offie ini mantap”. Aku hanya terdiam, merasa tidak begitu banyak membantu. Rencana Anggaran yang kubantu membuatnya itu, sangat jauh dari kata profesional layaknya sebuah Rencana Anggaran Belanja Pemerintah. Sederhana saja. Sampai akhirnya ... menderaslah kucuran air dari pelupuk  mata Mama yang menyembulkan gurat – gurat kematangan usia. “Beta ini ingat, aduh ee beta pu anak ini sebentar lagi pulang, su tara lama lagi ...”

Tanpa dapat menahan lebih lama lagi, air yang sedari tadi sudah akan menetes di bola mata ini akhirnya turun juga. “Mama ee..jangan mama menangis, beta lagi tara tahan lihat mama menangis..beta lagi rasa sedih..4 bulan lagi saja..”


Cerita Lainnya

Lihat Semua