Mari Menabung

Raden Roro Cahya Wulandari 8 Maret 2012

Satu kebiasaan masyarakat yang cukup menonjol di kampung ku adalah konsumtif. Uang hasil penjualan pala musim ini pasti habis di musim itu juga, dan ketika dipikir ulang, mereka akan kebingungan kemana uang sebanyak puluhan juta itu dibelanjakan.

Sebuah kebingungan yang tentunya dapat mudah dijawab apabila melihat sekeliling: baju, gadget, perabot rumah. Itu masih contoh yang baik. Contoh yang tidak baik? Iya lari ke minuman keras dan permainan bilyard.

Menuju Perubahan Budaya konsumtif jelas tidak bagus, tidak hanya bagi kondisi kantong tapi juga kondisi keluarga. Di kampung saya, apabila tidak ada uang mereka tidak akan makan. Jika masih ada sagu atau nasi, mereka makan ‘kosong’ (tanpa lauk pauk). Maka anak-anak kecil berbadan buncit, berambut merah kusam, dan bermata tidak cerah itu banyak sekali di kampung ku. Itu adalah tanda kekurangan gizi.

Mau merubah dari orang dewasa, rasanya hampir mustahil. Maka berjalan lah mundur, rubah dari anak-anak. Biasakan mereka menabung. Media nya bisa apa saja; kaleng susu, toples, celengan, atau Bank. Yang nama nya perubahan tentunya tidak mudah. Mengenalkan cara menabung di bank bukan persoalan yang bisa dilakukan satu atau dua hari. Ini perlu pembiasaan yang memakan waktu lama.

Tapi paling tidak sekarang kita sudah mulai menyicilnya. Bagaimana? Tertarik mengajari anak-anak kita menabung?

Yuk Mari ...


Cerita Lainnya

Lihat Semua