Kami Berani Bermimpi!

Raden Ajeng Annisa Nirbito 13 Agustus 2014

“Aku ingin menjadi dokter, Bu” - Putri, kelas 6.

“Kalau sudah besar nanti saya ingin menjadi chef” - Erika, kelas 6.

“Saya ingin menjadi guru seperti Ibu!” - Acia, kelas 6.

“Aku ingin menjadi teknisi speedboat” - Fudin, kelas 5.

 

Itulah ungkapan dari beberapa anak SDN 6 Sungai Cingam, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, pada sebuah sesi Kelas Inspirasi yang kami selenggarakan. Pada Sabtu itu, sekolah semakin ramai dengan kehadiran 14 orang mahasiswa berjaket almamater berwarna biru muda yang sibuk berlalu lalang dan berpindah-pindah dari satu kelas ke kelas lainnya. Sesekali, terdengar gemuruh tepuk tangan ataupun nyanyian anak-anak dari dalam kelas. Juga terdengar teriakan riang anak-anak yang berkata, “Aku bisa!”

 

Itulah jargon dari kelas inspirasi kami. Kalimat sederhana namun sarat makna. Bahwa anak-anak ini, yang berasal dari pulau terluar Indonesia, di garis terdepan nusantara, juga bisa bermimpi. Bisa memiliki cita-cita. Bisa memutuskan hendak kemana setelah mereka tamat dari SD nanti. Bisa berusaha sebaik mungkin untuk meraih cita-cita dan mewujudkan mimpi mereka.

 

Adalah Pak Jumari, seorang guru kreatif yang merupakan wali kelas 1, yang mencetuskan gagasan untuk mengadakan kelas inspirasi di sekolah kami. Ide ini kemudian kami wujudkan dengan mengajak para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) dari Universitas Riau yang sedang bertugas di desa kami untuk menjadi narasumber dalam kelas inspirasi. Keempatbelas mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan itu meluangkan waktu mereka selama satu hari untuk bercerita tentang bidang yang mereka tekuni kepada anak-anak, untuk memperluas cakrawala mereka tentang beragam profesi yang dapat mereka geluti saat dewasa nanti.

 

Penyelenggaraan kelas inspirasi di desa kami dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada anak-anak bahwa terdapat banyak sekali profesi di dunia ini. Selama ini, pengetahuan anak tentang profesi masih terbatas pada profesi yang sering mereka temui dan lihat sehari-hari, yaitu petani karet sebagai mata pencaharian utama warga desa kami, guru, dan nelayan. Selain itu, ada juga profesional yang pernah  mereka temui di pos kesehatan desa, seperti dokter, perawat, dan bidan. Namun, selain profesi yang telah disebutkan, mereka belum tahu bahwa masih ada banyak sekali profesi lain yang bisa mereka pilih sesuai dengan minat dan bakat mereka. Untuk itulah, kami mengajak serta para mahasiswa untuk menjadi narasumber –setidaknya  dapat mewakili keberagaman bidang profesi yang ada.

 

Tidak hanya pengenalan profesi, namun kelas inspirasi juga dimaksudkan untuk memotivasi anak-anak. Pesan penting yang disampaikan dalam kelas inspirasi kami adalah siapapun boleh bermimpi. Meskipun mereka tinggal di desa, bukan berarti mereka tidak boleh memiliki cita-cita tinggi. Bukan berarti harus membatasi diri dalam bermimpi. Mereka bisa mewujudkan mimpi tersebut melalui usaha dan kerja keras.

 

Di penghujung sesi, kami mengajak anak-anak untuk membuat pesawat terbang dari kertas origami dan menuliskan cita-cita mereka. Anak-anak dengan penuh semangat menuliskan cita-cita mereka. Beragam jenis profesi tertulis di pesawat cita-cita. Ada yang ingin menjadi guru, dokter, chef, bahkan juga ada yang ingin menjadi teknisi speedboat (maklum, untuk mencapai kota terdekat – Kota Dumai – perlu naik speedboat, sehingga speedboat menjadi alat transportasi yang umum bagi kami).

 

Anak-anak ini berani bermimpi. Berani menuliskan cita-citanya pada pesawat kertas dan mengatakannya dengan lantang di depan kelas. Berkeinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan tentunya bertekad untuk memulai langkah-langkah kecil menuju cita-citanya.

 

“Saya mau jadi dokter, jadi saya harus rajin belajar supaya nantinya bisa jadi dokter!” ungkap Putri, seorang anak yang duduk di kelas 6.

 

Ya, kami yakin, Putri dan anak-anak lainnya bisa mencapai cita-cita mereka kelak.

 

Aku bisa, kamu bisa, kita bisa!


Cerita Lainnya

Lihat Semua