Menuju Rumah Baru

Putri Rizki Dian Lestari 1 Juli 2011
Dilepas tangis 67 sahabatku Pengajar Muda angkatan 2, aku dan Bala Bawean, begitu kami menyebut diri, berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta. Rombongan Pengajar Muda Bawean alias Bala Bawean diantar oleh Mas Wily Sakareza, tak berapa lama setelah kami datang, Mbak Evi, Mas Susilo dan Abah Eko tiba juga. Membantu kami chek-in dengan tumpukan koper dan carrier. Sebelum kami naik ke Pesawat Garuda Indonesia yang akan membawa kami ke Surabaya, Tim Indonesia Mengajar dan Para Bala Bawean berdoa bersama. Setengah jam lagi kami harus Boarding, kami pun berlarian menuju pintu 2F dengan menggenggam sekotak Paket Panas KFC. Perjalanan 1 jam ke Surabaya dilewatkan dengan tidur nyenyak di Pesawat. Kami tiba jam 1.00 wib, dua Kijang lama mengantar kami menuju Gresik. Kami menginap di Hotel andalan kota Gresik, konon aku menempati kamar yang sama yang ditempati oleh Mbak Ami dan Bu Yundri ketika survey dulu. Sungguh keramat bukan? Jam 07.00 wib kami diterima oleh Bupati dan Kepala Dinas Kab. Gresik. Pagi yang cerah, kota Gresik terasa begitu damai. Di ruang kerja Bupati sudah hadir beberapa Pejabat Dinas pendidikan Dasar dan Kepala Dinas, tak lama Bupati datang dan acara pun dimulai. Pagi itu, Bapak Bupati membangun optimisme kami, para pengajar muda, untuk melangkah setahun kedepan. Pimpinan tertinggi Kab. Gresik dan semua komponennya menerima kami dengan hangat, beliau memastikan kesehatan, keselamatan dan segala hal bagi kami diperhatikan oleh aparatur negara setempat dan juga Dinas setempat. Beberapa wejangan pun diberikan agar kami lebih mudah diterima masyarakat. Sebelum berlari mengejar waktu menuju Pelabuhan Gresik, sebungkus nasi berdaun pisang nan harum kami santap dengan lahap. Nasi Krawuh namanya. Nasi dengan suwir daging, sambal dan serundeng. Ini adalah makanan khas kab. Gresik, sungguh makan pagi yang mantab. Tak satu pun dari kami menyisakan bulir nasi. Tiba di pelabuhan Gresik, sudah tidak banyak hilir mudik penumpang, semua sudah naik ke Kapal, begitu semua barang kami turun dari mobil, para kuli dengan sigap mengangkut ke atas Kapal, kami pun naik, dan sesegera mungkin kapal berangkat. Hari itu laut cukup tenang bersahabat, kami duduk di kelas ekskutive dengan tiket seharga Rp.125.000 rupiah.di depan kami ada suguhan video klip Bang Haji Oma lengkap bersama Soneta Group mereka bernyanyi “Hei... Kawula Muda.... Kau punya semangat... Hei..., kawula muda... kau punya potensi...., hei Kawula Muda... Kau punya kreasi....” sungguh, soundtrack yang pas buat para Pengajar Muda. Bersama lagu-lagu semangat nan inspiratif dari Bang Haji, kami berlayar ke Bawean. Tiba di pelabuhan Bawean, kami di jemput oleh Bapak-Bapak dari UPT Sangkapura dan Tambak, beserta beberapa Kepala Sekolah Kami, hanya 10 menit dari pelabuhan kami tiba di sebuah bangunan kuno khas zaman penjajahan Belanda bertuliskan PesanggarahanRupanya itu adalah Rumah pembantu Bupati, rumah singgah Bupati saat Dinas ke Bawean. Kami langsung di Suguhi makan siang Tongkol asap dan bakar, bakwan Jagung serta sayur sop. Sederhana tapi disulap begitu enak oleh orang Bawean. Pukul 3 tepat, kami mennghadiri penyambutan Pengajar Muda, di sana sudah lengkap mulai dari camat sampai kepala sekolah SD yang akan kami tempati mengajar. Momen itu menjawab teka-teki mengapa Bu Yundrie selalu berbinar dan berapi-api tiap kali cerita soal Bawean dan Keramahannya. Dulu sempat aku bertanya-tanya seberapa ramah dan baik kah orang Bawean? Atau Bu Yundri hanya ingain memberi semangat para Pengajar Muda saja sehingga bercerita sebegitunya. Tapi tidak, setiap detil yang diceritakan Bu Yundri tentang keramahan orang Bawean adalah benar, beberapa jam saja aku di Pulau kecil itu, aku langsung merasakan hangat yang sama yang dirasakan bu Yundri selama sepuluh hari. Di depan rumah Belanda nan Megah itu kami berpisah. Wintang menuju Gili, Icha dan Lasti berada di Satu mobil sedangkan aku, Tidar dan Hety berada di Mobil lainnya. Sepanjang Jalan kami bertiga tidak henti-hentinya ternganga karena kecantikan Bawean. Bayangkan saja sepanjang jalan kami melihat kolaborasi, ladang, sawah, hutan gunung dan laut. Dengan alam yang sebegini cantik dan masyarakat nan sebegitu ramah, Bawean sungguh berpotensi menjadi aset utama wisata Indonesia. Aku dan tidar melepas Hety, ia dan barang-barangnya harus naik ojek sejauh 3 kilo menuju rumah Hostfam. Aku dan tidar melesat terus ke Dusun Tanah Rata. Sekali lagi aku tercengang dengan masyarakat Bawean, begitu tas, cariel dan kardus duduk di tanah, seorang ibu dan beberapa ank-anak datang dan langsung membawakan tas ku, aku dan sang Ibu jadi berebutan Tas, karena aku tidak mau sampai Ibu tersebut yang membawakan tasku. Karena memaksa akhirnya ku berikan tas yang paling ringan untuk dibawa. Aku mandi di rumah belakang, itu adalah rumah adik ibu hostfam ku. Setelah mandi dan solat, ku lihat tamu sudah duduk melingkar, aku dan Tidar berada di tengah-tengah mereka. Inilah penyambutan babak selanjutnya. Aku tinggal di rumah komite sekolah, seorang tokoh agama namun beliau kurang fasih berbahasa Indonesia, untunglah istrinya lancar, namun agak sedikit pemalu. Yang datang malam itu mulai dari Lurah dan kepala desa, tokoh masyarakat, kepala sekolah aku dan Tidar sampai beberapa Guru dari sekolahku dan Tidar. Rupanya sekolah ku dan tidar tidak terlalu jauh, bahkan kepala Sekolah Tidar adalah tetanggaku. Desa Kepuh Teluk 3 adalah Desa paling ujung di kecamatan Tambak dan berbatasan langsung dengan Desa Serambah, kecamatan Sangkapura tempat Tidar mengajar. Setelah acara usai aku menyapa seorang anak kelas dua SD, rupanya kursi yang akan ku duduki sedikit kotor menurut sang empunya rumah, secara spontan ibu hostfam ku menarikku untuk berdiri dan membersihkan pantatku. “jangan duduk situ ibu, nanti gatel-gatel, kasihan” kata beliau. Kawan itulah hari pertama aku tiba di Pulau Putri, Pulau Bawean. Aku optimis dengan segala keberkahan yang ku dapati di Pulau ini, Pengabdianku setahun ini akan menyenangkan.

Cerita Lainnya

Lihat Semua