Lobying

Putri Rizki Dian Lestari 22 April 2012

Perjalanan di Pulau Bawean ini hampir berakhir, tugas inti ku sebagai wali kelas 6 hampir selesai, bulan depan siswa-siswi ku akan menghadapi Unjian Nasional. Saat ini kami sedang sibuk-sibuknya Ujian Praktek dan mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Sekolah. Topik pembicaraan seputar kepulanganku pun tak dapat dihindarkan.

Kalau dulu, sekitar 7-8 bulan yang lalu Icha dan kawan-kawannya pernah bilang “Ibu, pasti kalau ibu pulang kita semua nangis, pasti ibu, pasti.”  Aku masih bisa menjawab “yah, jangan dipikirin sekarang, kan masih lama!” dan topik itu menguap seketika. Kalau sekarang tak mungkin lagi ku jawab yang sama. Terlebih saat di sekolah topik obrolan seputar perpisahan dan topik di masyarakat seputar mencari tempat tinggal PM pengganti.

Setiap kali ada waktu senggang, sepulang sekolah atau sebelum masuk, anak-anak mulai rajin melakukan lobbyingseputar kepulangan ku. Silahkan simak percakapan berikut yang dituturkan dengan logat khas anak dusun Tanah Rata.

Setting 1 : Di ruang guru saat istirahat

Mencari Kambing Hitam

Nain       : “Kapan ibu pulang?”

Aku        : “Bulan juni, In”

Icha        : “Tak usah pulang saja bu, memangnya kenapa Ibu harus pulang?”

Aku        : “Ya...harus pulang Cha, kan tugas Ibu cuma satu tahun, lagian sebelum ibu pulang kan

   ada yang baru”

Sila         : “Bagaimana kalau yang baru tidak seperti ibu?”

Aku        : “lho, ya pasti beda Sila, kan ibu tidak punya saudara kembar” aku bermaksud melucu,

    ternyata tidak berhasil mukanya tetap serius

 Icha       : “Benih ibu, maksudnya galak, suka pukul kita” (Benih=bukan)

Aku        : “ih, gak boleh berprasangka buruk dulu, siapa tahu justru lebih baik, ibu kan suka ngomel”

Sila         : “Enggak ibu, walau ngomel ibu tetap baik” (Aku tertawa)

Aku        : “Guru barunya, pasti baik. Ibu jamin. Kan masih teman ibu juga”

Nain       : “Biar baik, tetap saja bukan ibu, gak asyik bu” (cari alasan lain)

Aku        : “hm... sok tahu ini namanya, coba dulu deeeh baru bilang gak asyik”

Anak-anak diam saling pandang dan bersungut-sungut, aku tertawa “coba pada ngaca deh kalau lagi cemberut begitu, Chuba ongkhu (jelek sekali)” anak-anak saling lirik wajah temannya dan tertawa semua.

 

Setting 2 :  Lapangan sepak bola

PERSUASIF

 

Laila mendekatiku menyandarkan kepalanya di bahu ku.

Aku        : “kenapa La?”

Laila       : “setahun lagi saja bu, jangan pulang juni”

Aku        : “Yaaah... kasihan donk ibunya ibu, gak ketemu ibu terus”

Laila       : “Suruh tinggal disini saja bu sekalian”

Aku        : “Yah, dirumahnya siapa?”

Laila       : “Nanti biar semua orang bantu bikin rumah buat ibu dan ibunya ibu”

Aku speechless

Setting 3 : Dhurung

PEMAKSAAN

 

Nenek  : “Ibunya sebentar lagi ya pulangnya, berapa bulan lagi Nak?”

Aku        : “Sekitar 3 bulan lagi Nek”

Atim      : “Salah ibu, tiga tahun lagi”

Aku        : “3 bulan lagi, Tim”

Atim      : “Enggak, pokoknya 3 tahun lagi”

Aku        : “Lha, tugas ibu aja cuma 1 tahun Tim”

Atim      : “Dhina...” (Biar...). Kata Atim sambil senyum-senyum

Aku...bingung.

 

Setting 4 : Depan sekolah

GIGIH

 

Ica          : “Ibu jangan pulang Bu...., kalau ibu pulang aku mau ikut Ibu aja”

 Aku       : “yah... Ica kan sudah besar, gak muat kalau ibu masukin ke tas ibu, kalau gak punya tiket

   kapal kan ditangkap ca”

Ica          : “Biar bu, aku berenang saja ngikutin kapal”

Aku        : “Emang Ica bisa berenang?”  

Ica          : “gak bisa ibu... bagaimana ya... aku gak bisa berenang”

Aku        : “tuh kan...”

Ica          : “Oh begini aja bu, aku nanti cari daun aren yang banyak biar bisa ditukar dengan tiket kapal

   bahari” (kapal bahari adalah nama kapal satu-satunya yang berlayar tujuan Bawean-Gresik)

Aku        : “Emangnya laku, Ca?”

Ica          : “Insya Allah laku bu, yang punya kapal bahari pasti punya sapi” (Di dusunku orang banyak

   menjadikan daun aren untuk pakan ternak)

Aku        : aku hanya bisa tertawa speechless

 

Setting : Rumah

 

Sila         : “Tak usah pulang ya Bu, kita pasti sediiiiih semua”

Aku        : “Ibu juga pasti sediiih tapi kalau ibu tidak pulang-pulang kasihan donk keluarga ibu kangen

  semua. Kalian juga kalau emak atau Hupa di Malaysia gak pulang-pulang pasti kangen kan?”

Laila       : “Begini saja bu, bulan juni ibu pulang, 1 bulan terus ibu kembali lagi ke sini, ngajar 1 tahun

   Lagi, nanti pulang lagi, kembali lagi”

Aku        : “Gak bisa sayang, pokoknya Ibu harus pulang, dan kalian pasti akan senang kok sama bapak

  atau ibu guru baru”

Nain       : “Ibu janji ya bu, main-main ke sini lagi”

Aku        : “Insya Allah, kalau ibu punya rezeki, punya waktu ibu pasti ke sini lagi”

Atim      : “Ibu bilang saja kalau gak punya uang, nanti kita ramai-ramai kumpulin uang buat beli tiket

  kapal untuk ibu” (di menit ini aku ingin masuk kamar karena takut berlinang air mata)

Ulil          : “Ibu jangan ganti nomor telepon ya Bu!”

Aku        : “Bener ya Ul, ibunya di telpon”

Ulil          : “Iya, nanti aku telpon-telpon ibu, pokoknya bilang ya bu kalau ganti nomor”

 

Dari semua permintaan, Cuma permintaan Uul yang bisa segera ku jawab dengan pasti. Aku pasti akan sangat merindukan Lobby-lobby mereka ini.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua