info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Libur telah usai anak-anakku....

Putri Rizki Dian Lestari 1 Oktober 2011

Liburan telah usai, masa libur kugunakan untuk mencari solusi bagi semua masalah kelas yang ku hadapi beberapa minggu ini, mencari bahan lewat teknologi internet, mencari strategi baru dengan berkonsultasi dan sharing sana-sini. Akhirnya ku merasa siap masuk kelas 6.

 

Hari pertama, tidak seperti guru-guru lain yang memulai dengan meminta maaf, aku mulai kelas ku dengan memperkenalkan dua kata keramat. UJIAN NASIOAL. Aku rasa mereka sudah harus mulai berpikir tentang UN. Aku bawa buku kumpulan soal UN ke hadapan mereka dan minta mereka lihat dan perhatikan. Bahwa seperti inilah yang akan mereka hadapi 8 bulan ke depan. Apakah mereka mampu? Semua menjawab tidak mampu.

 

Cerita UN ini memang ku balut sedikit horor. Mereka aku takut-takuti dengan istilah UN. Ku katakan pada mereka, “Kalian tahun siapa yang membuat soal?” mereka jawab “Ibuuuuu” maksudnya aku. Aku tersenyum dan bilang “bukan... yang buat soal nanti dinas pendidikan yang ada di Gresik, bapak ibu guru yang ada di Gresik, soalnya dikirim ke sini, kalian kerjakan lalu dibawa lagi ke Gresik, nanti kalian tinggal tunggu hasilnya. Kalau nilai kalian dibawah 7 (aku mengarang bebas) ya... harus mengulang kelas 6 lagi” mereka mulai diam, ku perhatikan wajah berpikir mereka.

 

Aku lanjutkan dongeng ku “terus, waktu kalian ujian, siapa yang menemani? Siapa guru yang akan mengawasi kalian disini?” lagi-lagi menreka menjawab “Ibuuuu” aku cukup menggeleng dan mereka ubah jawabannya “Pak Ainuuuun” (Beliau adalah guru kelas lima) aku menggeleng lagi. Mereka mulai bingung dan bertanya “lalu siapa bu?” dengan santai aku menjawab “Ibu juga tidak tahu” mereka makin bingung. “Ibu tidak tahu siapa yang akan mengawasi kalian ujian yang pasti bukan guru dari SDN 3 Kepuh Teluk. Pak Ainun, Ibu dan Bapak Ibu guru lainnya akan mengawas di SD lain, jangan sekali-sekali berpikir kalian mau nyontek. Karena soal kalian akan diambil pengawas dan langsung dinyatakan tidak lulus” Aku semakin liar mendongeng.

 

Kalian mau lulus tidak?

Semua menjawab pelan “Mau”

“Nah lulus tidak bisa datang sendiri, harus dengan belajar yang lebih keras” aku bilang sama mereka aku hanya bisa membantu sampai hari sebelum ujian artinya, sekitar 8 bulan lagi. Ketika ujian aku tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi ketika ada yang dinyatakan tidak lulus.

 

Aku tanya pada mereka “Kalau kalian lulus, Ibu ikut senang tidak?” semua menjawan keras “Ikuuuuuut” aku bilang “pastinya, ibu akan senang sekali”. Aku tanya lagi mereka, “Kalau kalian tidak lulus, ibu ikut susah tidak?” tricky question mereka lagi-lagi menjawab “Ikuuut” aku tersenyum nakal dan menjawab “Ya enggak lah, kenapa Ibu ikut susah? Paling ibu Cuma sedih sebentar, bilang haduuuh kasihan anak ibu tidak lulus, ibu Cuma akan bilang, sabar ya... Irfan, Nain, kalian belajar lagi dikelas 6 sampai tahun depan. Setelah itu apa? Ibu pulang ke Jakarta” mereka tertawa mendengarnya, tapi belum selesai “terus, yang sekolah lagi siapa?” yang musti tidak jadi anak SMP siapa?” mereka kecut.

 

Nah semuanya ayo bilang yang keras “Aku mau lulus....” ayo bilang “Aku mau belajar yang rajin...”

Percaya atau tidak sejak saat itu semua belajar rajin. Kecuali satu anak, yah ku ceritakan nanti.


Cerita Lainnya

Lihat Semua