Bukit Signal

Putri Rizki Dian Lestari 5 Juli 2011
“Ibu, mau ikut ke Hutan? cari rumput dan kayu” sampai hari ini Ibu Misrurah, ibu angkatku masih memanggilku Ibu, sungkan sekali ia memanggil namaku saja, aku pun tidak mau memaksa dan membuatnya tidak nyaman. Ajakan ke hutan, tentu ku sambut gembira. Terlebih saat beliau menambahkan “bawa hpnya bu, ada signal disana”. Mendengar aku akan ke hutan, anak-anak juga mau ikut, pasukan yang berangkat hari itu adalah Nain, Laila, Fajar dan Husain. Kami menlusuri hutan hutan bambu dan kebun rumput. Jangan kaget soal kebun rumput teman, yang ku maksud adalah rumput gajah yang menjulang mirip pohon tebu. Rumput-rumput itu dipelihara dengan baik untuk pakan ternak sapi. Berani potong rumput ini tanpa izin, bisa dianggap mencuri. Semakin ke atas, jalan semakin kecil, menengok ke kiri, gunung-gunung lain mulai terlihat, gagah dan anggun. Konon ada 99 gunung di Pulau Bawean. Tiba kami di sebuah padang rumput, bapak dan ibu angkatku tidak punya kebun rumput untuk sapi mereka, kami memotong rumput liar di atas bukit. Seperti biasa aku selalu ingin mencoba menjadi bagian dari hidup mereka, aku minta sabit dan mulai ku potong, dasar amatir, rumput kecil pun mampu melukai tangan ku. Ibu ku yang baik bilang “sudah Bu, cari signal saja sama anak-anak” dalam bahasa Boyan, Ibu meminta anak-anak mengajakku ke bukit yang lebih tinggi. Dengan semangat para guide bukit Tanah rata, mengajakku, “ayo bu, bagus bu diatas, bisa lihat laut bu”, seru Fajar. Benar saja, bergerak sedikit, telepon genggam ku mulai berdering, tanda pesan pendek yang tertunda telah berdatangan. Makin lama, signal bertamah sedikit demi sedikit. Akhirnya ku temukan juga bukit signal di Dusun Tanah Rata. Kami terus mendaki, dan sampailah kami tiba di bukit paling tinggi, signal? Jangan di tanya, banyak sekali. Tapi, Kawan, pemandangan di bukit ini, mengalahkan kebahagiaanku menemukan signal. Di depanku laut Jawa terhampar luas biru mempesona, perahu-perahu nelayan yang bersandar di tepi dan  Pulau Gili terlihat jelas. Tunggu, itu belum seberapa, di belakangku, hamparan pegunungan Bawean berbaris gagah, hijaunya rimba raya membuat mata ku tak lepas memandang. Surga kawan, aku serasa hidup di surga. Seperti mimpi rasanya aku bisa hidup di tempat ini. Semngat dan kebaikan anak-anak yang membawaku ke tempat ini, ku bayar dengan kursus singkat fotografi (baca: cara menggunakan kamera digital). Sambil mengawasi mereka, aku berhubungan dengan dunia luar. 25/6/2011

Cerita Lainnya

Lihat Semua