Jamaah... Oooyy Jamaah!!!

Prawinda Putri A 9 November 2014
Peci dan Sarung. Dua benda ini melekat di tubuh anak-anak setiap sorenya. Setelah mandi di pancuran, tepat pukul 16.00 WIB anak-anak beramai-ramai menuju langgar untuk mengaji. Bagi sebuah desa yang penduduknya cukup banyak, desa kami memiliki tiga langgar untuk mengaji. Mengaji dilaksanakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00. Desa saya memang sangat agamis. Seratus persen penduduknya muslim. Setiap Jumat saya mengajar di TPA Nurul Huda. Tempat mengaji paling besar di dusun dan sudah di daftarkan secara resmi di Kabupaten. Sedangkan setiap Sabtu saya mengajar di langgar milik Neneng (Kakek) sekaligus datuk yang bertugas mengumandangkan adzan dan memukul beduk lima kali setiap harinya. Sayangnya, masjid desa ini masih sering sepi.Paling ramai ya kalau Jumatan saja. Entah apa yang menyebabkan warga dan anak-anak kurang bersemangat untuk sholat berjamaah. Akhirnya, saya memutuskan untuk menggalakkan sholat berjamaah setiap maghrib. Pada awalnya, saya mengajak mereka sholat maghrib berjamaah selepas mengaji. Karena mengaji sore berakhir pada 17.30 dan maghbrib sekitar pukul 18.00. Selain itu, karena posisi rumah saya yang agak jauh dari pusat keramaian desa. Jadi malas rasanya kalau ingin kembali. Biasanya selepas mengaji, saya bermain sebentar bersama anak-anak. Terkadang ke rumah murid. Duduk di pinggir kolam di belakang rumahnya, sementara anak-anak memanjat pohon mencari buah markisa yang telah masak. Lalu saya tinggal menangkap buah markisa tersebut dari bawah. (bahagia itu sederhana :p). Jika datuk sudah mulai menyalakan radio yang mengkumandangkan suara orang mengaji, saya langsung mengajak anak-anak untuk mengambil air wudhu. Saat kembali memang langit sudah sangat gelap. Jujur saya saya agak takut kembali ke rumah sendiri. Karena itu saya selalu siap sedia headlamp. Ya, walau terkadang ada beberapa murid yang menemani saya sampai rumah. Ternyata jika saya sholat maghrib di masjid, banyak sekali murid-murid yang bersemangat untuk sholat berjamaah juga. Biasanya hanya beberapa anak laki-laki yang berjamaah. Tapi sekarang banyak anak perempuan yang mulai ikut sholat. Dan meskipun saya hanya sholat berjamaah di masjid hari Jumat dan Sabtu saja, anak-anak ternyata mulai terbiasa setiap hari sholat maghrib di masjid. Sekarang malah mereka yang memarahi saya karena saya hanya sholat di masjid hari Jumat dan Sabtu saja -_- Selain itu saya juga mengajarkan mereka kultum ketika di langgar. Tidak peduli apa yang mau di sampaikan, yang penting berani dulu kultum di hadapan teman-temannya. Mungkin karena terlalu sering menonton acara ceramah di TV pada pagi hari, mereka senang sekali menirukan slogan “Jama’aaaahh.... Ooooyyy Jama’ah. Alhamdulillaaahh....”. Pada awalnya hanya murid kelas tinggi yang berani kultum. Eh, lama-lama murid kelas 2 juga ingin kultum. Apa yang mereka sampaikan? Tidak ada! Hanya pembukaan dan langsung penutupan saja. Tapi tidak apa-apa. Lumayan kan untuk melatih keberanian, sekaligus menambah suasana humor di langgar. Sekarang, mereka yang awalnya harus dipaksa untuk menyampaikan kultum, kini setiap mengaji menagih saya untuk menunjuk mereka menyampaikan kultum lagi. Ayaayy!

Cerita Lainnya

Lihat Semua