#1 Sehari Untuk Setahun

Pemi Lestari 15 Juni 2011

“Jangan pernah remehkan satu langkah, karena tanpanya sebuah perjalanan panjang tidak akan dimulai”

Hari ini adalah hari keberangkatan Pengajar Muda. Sebenarnya sudah dimulai sejak kemarin oleh tim Bawean, tapi hari ini adalah hari spesial untuk saya karena sayalah pelakunya. Ya, saya yang akan berangkat ke daerah penempatan. Bersama 3 rombongan daerah penempatan lain, kami bertolak dari wisma di jakarta dini hari. Sampai di lantai bawah (kamar saya di lantai 3) ternyata anak-anak sudah berkumpul, baik yang akan berangkat maupun yang akan melepas. Suasana, tentu saja haru. Untuk beberapa teman yang memang memiliki kedekatan atau interaksi yang lebih air mata tidak bisa dibendung lagi. Waktu 7 minggu lebih ternyata cukup membuat kami begitu dekatnya sehingga sebuah perpisahan berat rasanya untuk dilakukan. Malam sebelumnya, Shally (PM daerah penempatan Bima) datang ke kamar untuk menemui saya. Namun sayangnya saat itu saya sudah sangat lelah sekali sedemikian rupa sehingga tidur adalah satu-satunya hal yang ingin saya lakukan. Tidak bersedia menerima tamu, bahkan meski tamu itu membawa hadiah sekalipun. Karena saya harus menghemat energi untuk packing barang yang dimuat dalam tas sejumlah lebih dari jumlah jari yang ada di satu tangan saya. Dini hari Shally datang lagi, beberapa menit setelah saya bangun dan mulai packing. Timingnya pas banget, batin saya. Dia memberi saya hadiah, sebuah buku. Bukan isinya yang utama, tapi bagaimana hubungan kami, terutama di minggu-minggu terakhir pelatihan. Sebuah ucapan singkat dia tulis di bagian depan buku itu. Lucunya, dia tulis di kamar saya, di depan saya yang mondar/ir packing, dengan meminjam pulpen saya, hahah. Membaca beberapa kalimat itu benar-benar membuat saya terharu “gonna miss our chat! Untuk akhwat yang selalu berusaha tawadzun ” Tentang saya dan tawadzun, mungkin hanya Shally manusia yang tahu. Ah, rasanya jadi ingin loncat ke Bima dan menemuinya. (lebay tapi bener) Begitulah hari ini. Banyak sekali saya dibuat terharu. Di bandara seorang teman yang mengantar bilang “udah jangan nangis terus, nanti air matanya habis” Saya jawab “stock air mata gw banyak ko”. Tahun depan kami akan bertemu dan kemudian dipisahkan kembali. Momen itu pasti akan jadi momen penuh air mata juga. Dan dengan entengnya saya jawab lagi “tenang, gw punya waktu 1 tahun untuk ngumpulin air mata”. Muah muah! Waktu sampai di bandara Polonia pun begitu. Ketika handphone saya nyalakan kembali, beberapa sms teman masuk, mengucapkan selamat jalan, doa barokah, salam, dsb. Mata saya berkaca-kaca lagi. Sungguh, saya tidak sangka mereka akan ingat jadwal keberangkatan saya dan kirim sms begitu. Dan semua hal ini, sms itu, hadiah Shally, nasihat perpisahan Dissa, wejangan Sazi, dan banyak lagi, membuat saya menyadari bahwa ada banyak orang yang menyayangi saya. AlhamduliLLAH. Ada satu hal menarik ketika mengawali perjalanan ke Aceh ini. Dari awal, saya suka cerita ke Bapak di rumah, kalau daerah penempatan pengajar muda adalah daerah pelosok, bahkan saking pelosoknya ada pulau yang tidak jelas berapa lintangnya, atau ada pula yang tidak tercantum di peta. Menjelang keberangkatan, saya telepon keluarga dari bandara. Saya bilang (sekali lagi) ke Bapak bahwa saya akan ditempatkan di kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Dan bapak saya menanggapi itu dengan “oh iya, itu ada ko di peta” Weleeeh. Selama daerah tempat tinggal saya ada di peta, maka Bapak akan tenang hatinya. Hari ini, kaki saya menjejak bumi Aceh Utara untuk pertama kalinya. Melangkah di jalan bumi Aceh Utara untuk pertama kalinya. Memulai sebuah fase lain dalam kehidupan saya. Perjalanan baru saja dimulai kawan. Sehari untuk setahun. Setahun untuk seumur hidup. BismiLLAH.. Salam haru dari barat Indonesia, Pemi Ludi

Cerita Lainnya

Lihat Semua