Honey, I Shrink My Head (Manajemen Sekolah)
Patrya Pratama 6 Februari 2011
Salah satu prinsip utama saya dalam menginisiasi sesuatu di SD 002 Labuangkallo adalah selalu bertanya “apakah hal tersebut mungkin dilakukan ketika saya telah pergi dari sekolah ini?”. Prinsip tersebut saya pegang sehingga tidak ada yang free lunch, atau hal-hal yang saya berikan begitu saja dengan mudahnnya. Guru adalah target utama saya dalam mendorong hal ini dan hal itu. Berikut adalah progress selama ini:
1. RPP
Saya memutuskan untuk menyusun RPP setiap hari dengan menyantroni rumah guru, biasanya antara rumah Pak Wahyu atau rumah Pak Amin. Selain untuk mendapatkan gosip-gosip terbaru tentang desa atau info sekolah atau sekadar untuk mendapatkan makanan gorengan gratis, cara ini efektif untuk mendorong guru setempat untuk membuat RPP. Pak Amin misalnya, sebenarnya sudah mampu menyusun RPP dengan lebih baik dari saya, namun tidak ada yang meng-ayo-ayo untuk membuatnya. Pak Wahyu lain lagi, dia memang mau tetapi tidak tahu caranya.
Jadilah saya setiap sore atau malam datang ke salah satu guru tersebut untuk menyusun RPP bersama-sama. Pak Amin bahkan telah berbaik hati menyediakan buku ledger (buku tulis tebal bersampul keras). Jadi kami menulis tangan RPP, bukan dengan mengetik. Saya pikir, apa poinnya mengetik di laptop ketika tidak ada printer dan hanya saya yang bisa membacanya? Buku RPP tersebut juga bisa saling dibaca oleh guru lain yang “belum mendapatkan panggilan”. Formatnya juga saya sederhanakan menjadi sekadar “apa yang harus ente guru kerjakan besok ketika masuk kelas”. Cukup SKKD, indikator sederhana, mau dibuat untuk berapa pertemuan, langkah pembelajarannya apa. Saya tidak berani menjelaskan taksonomi bloom karena takut membuat beban terlebih dahulu.
Tantangan: (1) saya kurang paham mengenai RPP tematik sehingga kurang bisa mengajari RPP guru kelas 1 dan 2. (2). Apakah format RPP yang telah tersederhanakan ini dapat diterima bila ada pengawas yang muncul di kemudian hari? (3) RPP ini bagaimana nasibnya kala mengajar di lebih dari 1 kelas karena ia dapat dengan mudah hancur berantakan
2. Upacara Bendera
Alhamdulillah upacara bendera telah menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap senin sekarang. Sebelum kita mulai, saya dengar upacara bendera terakhir di SD ini adalah saat 17 Agustus 2008. Ada beberapa kemajuan yang berarti setelah upacara bendera telah menjadi kebiasaan ini, antara lain:
- Pak Amin berinisiatif menggilir pembina upacara setiap senin. Bila guru yang bersangkutan tidak hadir maka ia akan langsung menjadi pembina upacara di hari Senin saat ia hadir berikutnya
- Pak Sarpin yang biasanya diam-diam saja bahkan berani menegur Pak Wahyu untuk mengenakan sepatu saat mengajar atau minimal saat upacara. Pak Wahyu memang seringkali bersandal ria saat upacara dan teguran Pak Sarpin tersebut bahkan membuat tertawa seluruh guru saat kumpul waktu itu.
- Guru-guru berani untuk tampil ke depan dan melakukan persiapan. Saya tersentuh saat dengan tidak sengaja melihat coret-coretan tangan Pak Sarpin mengenai isi amanah upacara yang ia tulis sebelumnya. The man prepared his 5 minute-speech! Senang.
- Murid-murid kelas 4-6 telah digilir menjadi petugas upacara. Pak Wahyu adalah guru yang paling rajin melatih upacara bendera dan Pak Amin juga telah mengajak guru lain untuk ikut melatih menemani saya dan Pak Wahyu.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda