Peringatan: Semua Juara!
Pascalis Jiwandono 6 Mei 2015Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Kampung Onim Sari, Distrik Bomberay, Fakfak, Papua Barat dilangsungkan dengan mengadakan upacara bersama dari satuan pendidikan tingkat SD, tingkat SLTP hingga tingkat SLTA. Upacara yang dilaksanakan tersebut berjalan lancar meskipun dengan persiapan yang belum matang. Antusiasme para siswa dan guru mengalahkan persiapan yang dianggap seadanya menjadi upacara yang menarik. Anak-anak SD bersama MTS tampil membawakan lagu-lagu Nasional dengan memainkan anak musik rekorder dan pianka. Sedangkan siswa-siswi Madrasah Aliyah berperan sebagai petugas upacara dibantu oleh guru-guru. Hal sangat positif yang kulihat dari adanya upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional tersebut adalah inisiasi kegiatan dan pelaksanaan kegiatan dilaksana secara mandiri oleh mereka. Kebersamaan para guru menjadi nilai tambah yang dilhat oleh siswa sebagai perilaku positif.
Setelah mengikuti upacara, para siswa SD kembali ke sekolah. SD Inpres 03 Bomberay membuat acara lomba menggambar Ki Hajar Dewantoro, khusus dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. Kegiatan tersebut diikuti oleh siswa Kelas 3 sampai kelas 6. Para siswa kelas 1 dan kelas 2 menjadi penonton dan memberi dukungan kepada kakak-kakak kelasnya yang mengikuti lomba. Sebenarnya aku cukup kasihan kepada mereka ketika mereka bertanya, “Kami tidak ikut lomba Pak Guru?”. “Kalian bersabar ya, mudah-mudahan tahun depan kalian bisa ikut lomba mewarnai.” Jawabku mencoba menenangkan hati mereka.
Di antara empat kelas yang mengikuti lomba menggambar tersebut, para siswa kelas 3 yang paling bersemangat. Mereka segera meminta diberikan kertas gambar sesaat setelah kuumumkan bahwa akan ada lomba menggambar. Karena tidak sabar ingin menggambar, beberapa di antara mereka mengikutiku ketika aku masuk ke kelas-kelas lain untuk mengumumkan hal yang sama.
“Pak Guru, boleh gambar Naruto kah? Susah sekali gambar Pahlawan”. Tanya Ijar, salah satu murid kelas 3. “ Kamu boleh buat gambar Naruto, tapi kamu tidak ikut lomba menggambar ya.” Jawabku. Ketika Ijar bertanya padaku, hal yang sama kuingat terjadi padaku saat masih SD. Aku paling suka menggambar. Tapi yang paling kusuka adalah gambar suasana alam pegunungan dengan semarak air terjun dan sawah. Apabila diminta menggambar hal yang lain, biasanya gambarku hasilnya jelek.
Keterbatasan akan alat gambar, tak menghalangi semangat mereka untuk menggambar Pahlawan Pendidikan, Ki Hajar Dewantoro. Meskipun ada yang punya satu pinsil harus dipotong menjadi dua, penghapus satu batang digunakan untuk satu kelas, semangat mereka untuk menyelesaikan gambar mereka begitu besar. Keyakinan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk belajar dan berjuang adalah hal yang kudapatkan dari anak-anak muridku. Aku pun belajar dari mereka. Pada Hari Pendidikan kali ini aku mendapatkan inspirasi dari anak-anak muridku sendiri.
Kegiatan lomba tersebut diinisiasi oleh kepala sekolah dan sekaligus menjadi jurinya. Aku membantu untuk menyiapkan perlengkapan perlombaannya. Setelah kegiatan lomba menggambar hari itu, aku menyerahkan hasil gambar para siswa ke kepala sekolah. Sebelum menyerahkan gambar para siswa, aku sempat melihat gambar-gambar anak-anak muridku. Beberapa gambar mereka begitu lucu, ada yang salah menuliskan nama, ada pula yang menggambar Ki Hajar Dewantoro dengan versi mereka sendiri. Hiburan tersendiri melihat karya seni goresan tangan mereka. Semuanya menjadi pemenang di Hari Pendidikan ini. Setiap anak yang mengikuti lomba menggambar mendapatkan sebuah buku tulis dan untuk tiga anak yang dianggap gambar paling mirip dengan Ki Hajar Dewantoro mendapatkan masing-masing dua buku tulis. Mereka semua merasa senang dan merasa sebagai juara di Hari Pendidikan Nasional.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda