Gambar Kami untuk Kisah Rasul

OkkyAmelia Pratiwi 1 September 2015

Sudah sering kita lihat di media tentang penggambaran wujud dari para rasul. Baik disertai dengan cerita yang positif maupun negatif, tergantung tujuan dari si pembuat informasi. Mari kita kesampingkan hal tersebut. Kali ini saya hanya ingin berbagi cerita bahwa siswa-siswi didik saya di sekolah menyukai kisah-kisah rasul dan ternyata mereka bisa menjadi pencerita yang baik.

Siswa-siswi saya berkarakter pemalu. Oleh karena itu, saya penasaran dan ingin menggali kemampuan bicara mereka. Saya yakin mereka bisa. Sayang, tidak ada yang berani maju ke depan kelas untuk bercerita. Metode pun diganti. Saya meminta mereka untuk menggambar tentang salah satu kisah rasul yang mereka ketahui.

Bermodalkan kertas dan pensil warna ala kadarnya, mereka antusias menggambar. Ada beberapa diantara mereka yang merasa gambarnya tidak bagus. Namun selalu saya terapkan kepada mereka bahwa setiap gambar bukan hanya dilihat dari “gambar” saja tetapi ada “arti” dari gambar yang telah mereka buat.

Tidak mudah memang menanamkan pemahaman seperti itu. Pemahaman bahwa setiap karya yang mereka buat memiliki ciri khas tertentu dan bisa diapresiasi dengan caranya masing-masing. Namun apa salahnya jika diterapkan sedini mungkin.

Karena mereka menggambarkan rasul, saya memberi arahan agar wajah rasul tidak dibuat dengan jelas. Mereka bertanya kenapa. Dengan ilmu saya yang tidak seberapa ini, saya hanya bisa menjelaskan bahwa rasul adalah manusia pilihan dan mulia di mata Tuhan. Jadi, biarkan hanya Tuhan dan manusia pada zamannya yang tahu bagaimana wajah rasul. Mereka pun mengangguk dan melanjutkan menggambar.

Sekitar empat puluh lima menit berlalu, gambar pun selesai. Saya meminta satu persatu dari mereka untuk bercerita menggunakan gambar tersebut. Sungguh jauh lebih mudah membuat mereka yang tadinya sangat pemalu untuk bicara, hingga akhirnya mau bercerita. Sedikit menahan senyum dalam diri ketika melihat gambar mereka dan cerita yang dituturkan. Khas sekali gambar anak-anak, sederhana tetapi banyak makna.

Ada keyakinan di dalam diri saya, bahwa mereka hanya butuh “cara lain” untuk sampai ke tujuan. Kita sebagai orang yang lebih dewasa hanya perlu membantu mereka mencari “cara lain” itu. Pemalu bukan berarti menjadi halangan untuk menjadi seorang penutur cerita yang baik. Bahkan, banyak orang bisu di luar sana yang bisa berkisah dengan gambar.

Rasa penasaran dan tujuan saya untuk menggali kemampuan mereka akhirnya terpenuhi. Terimakasih, Nak. Kalian sangat membantu Ibu Guru.

15 Januari 2015

Cerita Lainnya

Lihat Semua