Tulisanmu, Penyemangatku

Odelia Sinaga 11 Oktober 2015

 “Aku harus belajar giat. Aku tidak boleh putus sekolah terutama dari SD, SMP, dan SMA. Sesudah itu saya harus kuliah. Saya sudah naik kelas enam sedikit lagi saya sudah SMP, saya tidak mau putus sekolah...”

Namanya Meivi Tassya Kaletuang, biasa dipanggil Indah. Dia salah satu siswaku di Kelas VI SDN Kalama, Kecamatan Tatoareng, Kabupaten Sangihe. Anaknya tinggi dan berambut panjang. Dua kebiasaan yang paling sering dilakukannya di kelas saat belajar adalah membuka sepatu dan berteriak. Yaa, Indah sangat suka berteriak bila ada temannya yang ribut atau ketika meminjam sesuatu. Karena itu, sering kali ketika bercanda dengannya aku berkata “Nama Indah, hobi mapulu (suka) berteriak” Ketika mendengar candaku, dia hanya tertawa sambil berkata “Nyanda (tidak) ibuuuuuu!”

Tulisan di atas adalah hasil karyanya ketika aku memberikan tugas untuk membuat karangan saat pelajaran Bahasa Indonesia. Saat itu aku memberikan tugas kepada kelas VI untuk membuat karangan mengenai apa saja yang ingin mereka tulisankan. Jumlah siswaku di kelas VI ada tujuh orang, satu laki-laki dan enam perempuan.

Ketika karangan dikumpulkan sebagian besar anak-anakku menuliskan tentang Pulau Kalama dan hal-hal yang dilakukan mereka sehari-hari di sekolah maupun di rumah. Hasil karya Indah sangat berbeda dengan teman-temannya. Dia menuliskan impiannya untuk bisa menjadi dokter dan pergi ke Brazil. Ya, negara yang sangat ingin dikunjunginya adalah Brazil. Alasannya sederhana, dia suka negara itu karena Brazil merupakan asal pemain bola favoritnya, Neymar. 

Akan tetapi, hal yang membuatku terdiam dan terus mengingat isi dari karangannya adalah paragraf yang kutuliskan di atas, khususnya kalimat “Aku tidak mau putus sekolah” Ada perasaan kagum kepada anakku ini dengan tulisan yang menurutku sangat tulus dari hatinya. Ada rasa haru ketika dengan jujur dia menuliskan keinginan hatinya untuk tidak mau putus sekolah. Bahkan keinginannya untuk kuliah. Jujur, hatiku sangat mengapresiasi hasil karya anakku ini.

Indah tidak tinggal bersama dengan orang tuanya. Di Kalama, dia tinggal bersama Oma (neneknya) dan Nani (pangggilan untuk ibu baptisnya). Kedua orang tuanya tinggal di Pulau Bitung (pulau yang berdekatan dengan Manado) dan mencari nafkah di sana. Ketika libur, barulah Indah diantar oleh Naninya untuk mengunjungi orang tuanya.

Keseharian dia di sekolah seperti yang kuceritakan tadi. Dia sangat suka membuka sepatu saat pelajaran di kelas. Alasannya “Panas ibuuuuu!” Satu hal lagi yang kusuka dari anakku ini adalah dia sangat suka pelajaran Matematika. Menurutku daya tangkapnya untuk mengerjakan soal Matematika sangat baik dibandingkan teman-teman lainnya. Akan tetapi, kadang masih saja dia salah menghitung soal dan bila kutegur, dia hanya tersenyum sambil berkata “Iya ibuuu, maaf”

Kesukaannya terhadap pelajaran Matematika membuatnya terus berkata kepadaku “Ibuu, dorang mau soal lagi” bahkan ketika aku akan mengajarkan pelajaran lain dia mengatakan “Ibu, belajar Matematika saja,” tentu saja aku mengatakan kepadanya kalau pelajaran lain juga sama pentingnya, tidak hanya Matematika. Nilai dia di pelajaran lain pun sangat baik bahkan sering kali bila aku mengadakan kuis di pelajaran lain, nilainya yang selalu paling tinggi.

Kembali ke hasil karangan dia tadi, tulisan mengenai keinginannya untuk tidak mau putus sekolah membuatku sangat terharu. Keinginannya untuk mau terus belajar bahkan sampai kuliah membuatku kagum akan pikiran anakku ini. Kagum dengan pikirannya yang ternyata telah mengerti bahwa sekolah itu penting.

Satu hal yang pasti, hasil karya anakku ini memberiku semangat untuk melakukan yang terbaik bagi mereka, anak-anakku di SDN Kalama. Semangat yang berlipat ganda untuk boleh mendidik sekaligus menjadi pendengar dan sosok sahabat bagi mereka. Tulisan tulus dari anakku ini membuatku sadar bahwa keinginannya untuk tidak putus sekolah adalah harapan dan impian. Harapan dan impian yang dituliskannya melalui karangan yang mungkin dia tak sadar telah menambah semangat, energi, dan rasa syukurku.   

“Kasse bue lawo-lawo (terima kasih banyak) Indah untuk tulisanmu ini. Ibu doakan kamu tidak akan putus sekolah dan bisa mencapai cita-citamu. Tulisanmu memberikan semangat berlipat ganda untuk ibu. Kasse bue anakku.”

Keterangan: Sampai saat ini, Indah tidak pernah tahu bahwa tulisannya telah menjadi salah satu penyemangat bagiku secara pribadi.  


Cerita Lainnya

Lihat Semua