Senyum Pertamamu, Membuatku Jatuh Cinta

Odelia Sinaga 11 Oktober 2015

“Karena hidup ini hanya sekali jadi nikmati dan berbagilah”/

Pertama kali bertemu dan mengenal anak-anakku ...

Senyum ceria anak-anak yang menyambutku sungguh sangat hangat kurasakan. Mereka sama sekali tidak memandangku sebagai seorang asing. Aku dapat merasakan bahwa mereka sangat antusias dengan apa yang akan kukatakan dan kulakukan. Mereka memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan hangat. Sebagian dari mereka bahkan tak menolak ketika kuajak berbicara. Senyuman mereka adalah senyuman tulus yang pernah kurasakan. Bahkan tak lebih dari satu jam, mereka tak segan untuk mulai memegang tanganku dan berlomba duduk di sampingku.

Setelah beberapa bulan mengenal mereka...

“Ibu, enakkah tinggal di Jakarta?”

“Ibu, torang suka sekali bermain deng ibu!”

“Ibu, ayo kita nanti mandi air masin (berenang) dang!” 

Celotehan mereka mulai terdengar riuh dan akrab di telingaku seakan-akan kami sudah lama saling mengenal. Seakan aku telah bertahun-tahun menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Mereka bercerita sangat antusias tentang daerahnya, tentang rumah, dan tentang pantai di pulau mereka.

Oh ya, aku lupa menceritakan selama setahun ini, aku akan menjadi sosok guru, kakak, sahabat, bagi anak-anak Indonesia yang tinggal di Pulau Kalama, Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan belajar banyak hal dari saudaraku yang tinggal di pulau terdepan paling utara Indonesia. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Sangihe di Pulau Kalama dan ternyata tempat ini akan menjadi tempat tinggalku selama setahun ke depan. Sungguh Sang Pencipta sangat luar biasa ketika menjodohkanku dengan pulau ini.

SDN Kalama menjadi tempatku untuk belajar dan bermain dengan anak-anakku. Ya tentu saja sekarang mereka telah menjadi anak-anakku. Tentu saja mereka sekarang akan menjadi kekuatan dan semangatku untuk memberikan yang terbaik selama setahun ini. Tentu saja aku tak akan rela ketika ada yang menganggap mereka tidak mampu belajar dengan baik. Dan di atas segalanya itu, tentu saja aku tidak rela ketika ada orang yang mengatakan anak-anakku tidak akan pernah bisa meraih mimpi mereka.

Ya, aku sadar bahwa sekolahku bukan sekolah dengan embel-embel nasional, internasional, atau apapun itu. Sekolahku tidak memiliki fasilitas yang memadai. Sekolahku tidak memiliki halaman yang cukup luas untuk mereka berlari-lari atau berkreasi melalui permainan. Dan boleh kukatakan, apa yang kudapatkan ketika aku duduk di bangku sekolah dasar sangat jauh lebih baik dibandingkan keadaan anak-anakku ini.

Akan tetapi, dari awal aku bertemu dengan mereka, tak ada keluhan dari mulut mereka tentang sekolah ini. Mereka telah menjadikan sekolah sebagai rumah kedua dalam hati mereka. Mereka telah sangat nyaman dengan kondisi sekolah dan sama sekali tidak menuntut. Mereka anak-anakku yang luar biasa.

Seketika, aku teringat pesan dari salah satu sahabat “Del, berikan yang terbaik untuk anak-anakmu ya, jangan kecewakan mereka,” Ya aku berjanji tak akan pernah mengecewakan mereka. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mereka. Hal tersebut akan kulakukan sebagai penghargaanku atas kekuatan dan semangat mereka untuk terus menuntut ilmu dengan segala keterbatasan. Aku akan menjadi pendengar yang baik untuk setiap celotehan-celotehan mereka nantinya. Kami akan belajar dan bermain bersama selama setahun ini.

Sungguh tak sabar rasanya ketika aku akan menikmati dan berbagi dalam hidupku dengan mereka. Aku percaya, aku akan mendapatkan banyak ilmu dari anak-anakku. Mereka akan mengajariku tentang ketulusan, kekuatan, semangat, dan ceria dalam menghadapi apapun yang terjadi. Ya bukankah anak-anak adalah sosok yang paling tepat untuk belajar tentang ketulusan?

Mengapa aku melakukan semua ini? Mengapa aku sangat bersemangat bercerita tentang anak-anakku itu? Mengapa aku sudah sangat tidak sabar untuk bermain dan belajar dengan mereka? Mengapa aku ingin segera melukiskan ceritaku dengan anak-anakku? Ya karena aku telah JATUH CINTA dengan mereka sejak pertama kali aku mendapatkan senyum tulus itu. 

“Bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu. Rasanya semua begitu sempurna sayang untuk mengakhirinya...”/ – Sahabat Kecil


Cerita Lainnya

Lihat Semua