Perjalanan Menuju Negri Lautan

Nurul Hidayah 8 November 2011

PERJALANAN MENUJU NEGRI LAUTAN

Matahari masih malas-malas bangun dari tidurnya saat Garuda besi mulai menerbangkan kami ke angkasa pagi itu. Pukul 05.40 WIB, kami bersepuluh mengudara menuju Maluku Utara.

Halmahera Selatan, disanalah rumah baru kami menunggu. Dimana keluarga baru, saudara baru, dan seluruh alamnya akan menjadi satu dengan hidup kami yang baru.

Saya duduk dibangku kapal udara itu dengan perasaan campur aduk. Seperti antara mimpi dan nyata bahwa kami akan memulai hidup yang baru di pulau kecil yang selama ini hanya kami kenali dalam peta Indonesia.

Pesawat yang membawa kami bersepuluh, sempat transit di Bandar Udara Manado beberapa saat sebelum melanjutkan perjalanan menuju Ternate. Sekitar pukul 12.40 WIT, sang burung besi mendaratkan kakinya di mantan ibu kota Maluku Utara itu. Disana kami telah disambut Aji dan Dika (Pengajar Muda angakatan 1) dengan 3 mobil sewa yang salah satunya langsung penuh sesak dengan semua barang kami. Hari itu kami menikmati kecantikan dan kuliner kota Ternate sampai malam harinya. Dimana malamnya kapal yang akan membawa kami ke Kota Labuha telah siap menunggu.

Selama 8 jam kami berada di atas kapal menuju Labuha. Sekitar pukul 06.00 WIT, setibanya kami di Ibu Kota Kabupaten Halmahera Selatan itu, ada 2 orang lagi Pengajar Muda angkatan 1 yang telah siap memandu kami. Aheng dan Jun segera mengantar kami ke penginapan untuk bersiap menghadiri acara penyambutan di Dinas Pendidikan Halsel pagi itu juga.

Satu hari di Kota Labuha itu adalah masa orientasi bagi kami. Mulai dari acara penyambutan yang berlangsung sederhana di balai Dinas Pendidikan, sampai pengenalan pada tokoh dan tempat-tempat di Labuha yang nantinya akan banyak bersinggungan dengan kami selama satu tahun ke depan.

Esok harinya, Sabtu 5 November 2011, adalah hari dimana semua akan benar-benar kami mulai. Itulah hari dimana kami mulai berpencar ke desa kami masing-masing bertugas. Saya sendiri akan bertempat di Desa Waya, salah satu desa di Pulau Mandioli, sebuah pulau kecil di Halmahera Selatan.

Saya diantar paling pertama menuju Desa Waya, sebelum mengantar 4 teman lainnya yang satu perahu dengan saya. Ada perasaan gugup membayangkan bagaimana tempat dimana saya akan tinggal nantinya. Perahu Jonson yang kami tumpangi melintasi laut dimana kawanan lumba-lumba suka memberi pertunjukkan gratis bagi kami yang melintas. Sejauh mata memandang, alam di sekeliling pulau-pulau disini adalah sketsa yang Pelukis Agung goreskan dengan sangat sempurna.

Kurang lebih 2,5 jam, sampailah kami di Desa Waya. Keluarga Ompala (Kepala Desa) menyambut saya dengan hangat. Senyum warga di sepanjang saya berjalan adalah hadiah selamat datang yang makin meneguhkan hati saya untuk memupuk cinta saya pada tempat ini dan segala hal yang akan saya lalui disini. Ya! Disini, di negri kecil yang dikelilingi lautan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua