info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Mereka (Bukan) Anak Nakal

Nurul Hidayah 4 Desember 2011

Hampir satu bulan anak-anak kelas 1 SD Negri Waya memanggil saya Ibu Guru... Dalam satu bulan ini pula saya masih mencoba mengenali satu persatu murid-murid kecilku itu. Hari-hari bersama mereka satu bulan ini saya lalui dalam banyak kondisi, dengan berbagai warna....

Sebagai anak-anak, mereka adalah makhluk-makhluk paling aktiv yang pernah saya temui. Seolah tenaga mereka tak pernah habis untuk berlarian sepanjang hari.

Hari itu pelajaran telah selesai di kelasku. Sewaktu anak-anak muridku merapikan alat tulis mereka, aku tinggalkan kelas menuju ruang kelas 6 yang berada di ujung koridor.

Begitu saya kembali dari kelas 6, terdengar suara riuh dari ruangan kelas 1. Saya begitu penasaran, apa yang terjadi dalam waktu beberapa menit kelas saya tinggalkan hingga begitu membuat suara riuh terdengar dari luar kelas.

Saya masuk kelas, dan di depan kelas ada seorang anak muridku sedang memanggul seorang murid lagi di pundaknya. Dan itulah pemandangan yang membuat murid-murid yang lain riuh rendah bersorak-sorak.

Melihat pemandangan di kelasku itu, sejenak ada rasa frustasi yang hampir sedikit lagi meledak dari diri saya. Bagaimana tidak? Setelah sepanjang hari mengerahkan tenaga membuat kelas yang berisi anak-anak super aktiv ini belajar dengan baik, kini hanya tinggal saatnya bersiap pulangpun masih terjadi "kekacauan" yang harus dihadapi.

Namun saat aku ingin melontarkan teguran pada kedua murid yang berpanggulan di depan kelas tersebut, terlintas rasa penasaran di benakku, apa yang sebenarnya kalian lakukan Nak?

Penasaran, maka aku memutuskan untuk diam di ambang pintu kelas dan mengamati keriuhan di dalam kelasku. Satu detik... dua detik... beberapa detik kuamati tingkah polah mereka.

Dan, astagaaaaaaaaaaaaaa.........

Kuucapkan syukur yang tak terhingga bahwa beberapa detik sebelumnya tak jadi aku tegur mereka. Karena jika tidak, mungkin aku akan menyesali apa yang kulakukan itu. Karena, taukah kalian apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh dua bocah di depan kelas yang tampak membuat keributan itu?

Jadi, setelah aku mengamati beberapa detik lamanya di ambang pintu, barulah aku mengerti mereka bukan sedang bermain-main sekedar membuat ricuh. Ai (anak yang dipanggul di atas pundak), sedang menghapus tulisan di papan tulis kelas. Karena biasanya setelah selesai mengajar, aku memang selalu membersihkan tulisan atau coretan-coretan yang aku buat disana. Namun saat meninggalkan kelas waktu itu, papan tulis belum aku bersihkan. Sehingga memancing Ai untuk membersihkannya. Namun karena badannya tidak sampai untuk menghapus tulisan-tulisanku sampai ke atas, Ferdi membantunya dengan mengangkat Ai naik ke pundaknya.

Bayangkan apabila beberapa detik sebelum itu aku dengan gegabah menegur dua siswa tersebut. Dua orang siswa yang dengan ringan hati membantuku membersihkan papan tulis dengan usaha keras mereka, yang bahkan membuat baju seragam mereka kotor karena berpanggulan. Mungkin jika itu terjadi, selamanya aku telah membuat mereka menjadi orang yang menganggap sikap menolong adalah suatu kenakalan.

Aku menghela nafas, menghampiri kedua muridku itu. Kubersihkan baju kotor mereka, kuucapkan terimakasih pada mereka. Terimakasih sesungguh-sungguhnya dari dasar hatiku. Dalam hati aku berkata,

Terimakasih Nak... hari ini kalian bukan hanya membersihkan tulisan di papan tulis itu. Hari ini kalian bahkan telah membersihkan pandangan mata Ibu tentang "kenakalan" kalian yang selama ini mungkin tak pernah Ibu mengerti.

Selama ini mungkin sebagai guru, kita sering melihat sikap "ketidakmenurutan" murid sebagai kenakalan. Ketika mereka tidak bersikap manis dan tenang, ketika mereka berlarian dari kursinya, ketika mereka berteriak, ketika mereka tak mengerjakan tugas, dengan gampangnya kita memberi predikat mereka anak nakal. Tanpa sebelumnya coba kita mengerti dunia dalam pikiran dan hati mereka itu seperti apa.

Siang itu, murid-muridku kelas 1 SD Waya telah membuatku belajar satu pelajaran penting dalam peranku sebagai sosok yang mereka panggil Ibu Guru. Bahwa masih banyak yang masih perlu aku pelajari, aku mengerti dari dunia kecil mereka.

Terimakasih Nak.. I will always try to be a better teacher for you Kids.

Promise! :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua