info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Untukmu Guru...

Valisneria Utami 3 Desember 2011

 

Minggu, 18.00 WITA 27 November 2011

Saya baru saja pulang dari Tatibajo dan Malunda untuk bertemu dan (baca : jalan2) rapat bersama ke tiga teman saya, Arif, Veri, dan Aci ketika sebagian murid kelas 5 dan 6 datang ke rumah sambil membawa buku tulis dan pulpen. “Les kah bu?” begitu tanya Reki, murid kelas 6. Saya diam sejenak. Sebenarnya tidak ada jadwal les setiap sabtu dan minggu malam karena di dua malam itu saya gunakan untuk berisitirahat tapi sebagai pengajar muda yang baik hati, rajin menabung dan rada nggak nyambung..:P saya tidak ingin mematahkan semangat mereka yang sudah datang lebih cepat dari jadwal yang sudah saya tentukan (les malam biasa dimulai pukul 19.00 – 20.30). “ Kalian suka menggambar atau mewarnai?” saya balik bertanya. “ Ya bu, saya mau..” begitu jawab mereka serempak.

Mendengar jawaban mereka, saya langsung masuk kamar, ganti baju dan mengambil beberapa kertas mewarnai, pensil warna, dan crayon peninggalan PM I dan buru – buru kembali ke ruang tengah, tempat biasa saya dan anak – anak belajar.

“Malam ini kalian tidak les tapi kalian boleh mewarnai atau menggambar disini” begitu kata saya sambil membagikan beberapa kertas kepada mereka. “ Yang tertib ya, jangan berebut..” ucap saya lagi. Saya tinggalkan mereka yang mulai rusuh dan rebutan pensil warna dan kertas gambar menuju tempat favorit saya, “dinding ruang tamu”...:-)

 (Saya jadi ingat buku LOA (Law Of Attraction) yang berteori bahwa ketika kita mengucapkan kata jangan maka justru hal itulah yang cenderung dilakukan/terjadi, contohnya: jangan lupa, maka justru lupalah yang terjadi. Jadi barangkali, ketika saya ucapkan kata “jangan berebut” tadi hanya kata “berebut” yang ditangkap mereka..). 

Tak berapa lama, Buyak (Buyaksono) murid kelas 5 menghampiri saya dan menunjukkan gambar yang telah selesai diwarnai. “ Sudah selesai bu...” begitu katanya. “Eh, anak ini pintar sekali mewarnai, rapi dan bagus..” ucap saya dalam hati. Tiba – tiba didalam kepala saya timbul sebuah ide dan voila!! Saya merasa kepala saya ini seterang bohlam lampu..:D

“Kalian, ibu tugaskan menjadi panitia kecil untuk perayaan besok..” ucap saya. “Memang besok hari apa Bu?” “Hari Senin..” jawab saya asal sambil tertawa diikuti oleh tawa murid – murid lain. “Begini, sebenarnya hari Jum’at kemarin itu kita memperingati hari Guru tapi kemarin tidak semua guru datang hanya Ibu, Pak Rasyid, dan Bu Ana kan? Jadi kita akan peringati hari Guru besok bersamaan dengan upacara bendera..”

Saya lalu menugaskan Supriyadi, murid kelas 6 untuk membuat puisi tentang guru dan menantang ia untuk membacakannya besok ketika pelaksanaan upacara bendera, kebetulan dia juga bertugas sebagai pemimpin upacara. Reki, Fikram, Sandi, Febri, Maslim, dan Buyak tergabung dalam tim poster alias membuat tulisan sederhana dan gambar – gambar lucu untuk mereka tunjukkan ke gurunya besok. Singkat cerita, saya dan panitia kecil ini malam itu sibuk untuk membuat untuk memperingati hari Guru esok. Mereka menggambar apa saja yang mereka mau. Beberapa dari mereka mencoba menggambar wajah gurunya masing – masing (termasuk saya) walau hasil akhirnya lebih mirip gambar tokoh kartun daripada gambar seorang guru, hahahaha. Sementara yang lain menyumbangkan ide tentang apa yang ingin mereka tulis di poster tersebut. Fikram menulis permintaan maaf, Reki mengucapkan terima kasih, yang lain menuliskan kami sayang Bapak dan Ibu.

Lalu bagaimana kabar Supriyadi dan puisinya? Beberapa kali saya lihat ia menggaruk – garukkan kepala dan mencoret – coret kertas yang saya berikan. “Kamu bisa Supriyadi...” begitu ucap saya kepadanya. Dia hanya tertawa memperlihatkan giginya. Saya tidak sabar ingin membaca puisi yang ia buat. Hampir satu setengah jam saya dan anak – anak bekerja membuat poster dan puisi akhirnya jadilah karya singkat kami. Untuk poster, saya acungkan jempol buat mereka yang telah sukses membuat saya tertawa melihatnya. Gambar (seperti) guru, bendera terbalik, bunga yang lebih kecil dari potnya, serta tulisan pembuat gambar tersebut seperti “ini yang gambar Maslim” atau “Gambar Sandi G, kelas 6”..:P

Jujur saya sempat takut kalau harus memperlihatkan gambar ini kepada guru – guru disekolah besok...:-(

 

Hari Senin, 28 November 2011

Tepat sebelum pembina upacara meninggalkan lapangan upacara, saya memberikan kode kepada protokol agar memberikan waktu sedikit kepada Supriyadi untuk membacakan puisi yang ia buat. Inilah puisi karangannya..

Surat Untuk Guru

Guruku...

Engkaulah pahlawanku

Engkau memimpin dan membimbing kami

Guruku...

Engkau memikirkan kami siang dan malam

Tiada bosan – bosannya engkau memberi ilmu

Guruku...

Engkau sangat baik

Kepada murid – muridmu dan kami bangga padamu

Kami ucapkan terimakasih

Untuk Bapak dan Ibu Guru

Upacara bendera pun ditutup dengan menyanyikan lagu “terimakasih guruku” dan bersalam – salaman. Saya lihat guru – guru tampak kaget dengan acara ini, apalagi bapak Kepala Sekolah nampak haru dan tersenyum. Yah meski (sangat) terlambat tapi toh semuanya nampak bersenang – senang di Senin pagi ini. Saya benar – benar bangga kepada panitia kecil kemarin malam. Di momen ini juga, saya mulai melihat pelan – pelan murid terlihat akrab dengan guru. Berani untuk tersenyum dan mencium tangan Bapak Ibu gurunya. Hmm, saya berharap ada hal – hal dan kebiasaan baik muncul setiap harinya...:-)

Tidak ingin melewatkan momen bagus, saya menuju ruang guru dan mengambil kamera.” Cis kacang buncis!!!!!” begitu teriak mereka, begitupun juga guru – guru.

“Selamat hari Guru, Selamat mengabdi wahai pahlawan pendidikan!!!”

Dusun Katumbangan, Rura.

29 November 2011, 12.29 WITA

* Special thanks buat pak Guru Agus Arifin yang sukses membuat saya dan bapak iri setengah mati sama peringatan hari guru di sekolahnya. Hahaha. Terimakasih banyak sudah menginspirasi saya.....^_^ 


Cerita Lainnya

Lihat Semua