Hujan Ciuman Pagi Itu...

Nur Wahidah 26 April 2013

Pangkalan Nyirih 26 April 2013

 

Aku pulang... Dari Rantau... Bertahun-tahun di negeri orang...

Ohh.. Malaysia...

Suara radio malaysia membangunkanku subuh ini. Kulihat jam, dan barulah pukul tiga dinihari. Diluar kamarku sudah terdengar bunyi gaduh. Aku keluar dan hari ini keajaiban terjadi di rumah hostfamku. Semua anggota keluarga melek pukul tiga dini hari. Kubasuh wajahku untuk mengumpulkan kesadaran sehabis tidur, belumlah selesai keherananku subuh ini, makin bertambah heran lagi aku melihat adik angkatku ”Tony” yang sudah berpakaian seragam merah putih lengkap dengan dasi dan sepatu. Ditambah dengan mak wo yang sudah memasak di subuh buta ini. Ada senyum tersungging saat dia menggoreng ayam sambil bernyanyi.

Oh ya, barulah aku ingat hari ini adalah hari keberangkatan anak-anak peserta semifinalis OSK 2013 ke Bengkalis. Tahun ini semifinal OSK terasa sangat berbeda, di gugusku ada 52 anak yang lulus ke semifinal. Di sekolahku sendiri (SDN 28 Pangkalan nyirih) ada 11 anak ditambah lagi dengan anak-anak binaanku SDN 5 Pangkalan Nyirih sebanyak 26 anak. Cukup banyak juga.

Tahun lalu, semifinalis OSK dari pulau Rupat mendapat kehormatan menggunakan kapal perang menuju lokasi semifinal di Bengkalis. Tahun ini, lupakanlah tentang kapal perang, yang ada hanya dua buahpompong (kapal kayu) yang siap mengantarkan kami ke Bengkalis. Tentu saja dengan berbagai resiko diantaranya mabuk darat, cuaca buruk, dll.Prediksiku, acara semifinal OSK tahun ini akan menjadi hal yang dipandang sebelah mata oleh beberapa orangtua di desaku karena kami tidak menggunakan kapal perang seperti tahun lalu. Tentu saja nilai prestisenya jauh lebih rendah naik pompong dibandingkan naik kapal perang. Akan tetapi, apa yang aku lihat di rumahku subuh ini membuatku berpikir lain.

Ini bukan soal anak berangkat dengan naik apa ke Bengkalis. Ini juga bukan soal anak pulau Rupat akhirnya bisa ke Bengkalis. Tapi, ini tentang kebanggan yang memuncak dari hati tiap orangtua. Kebanggaan bahwa anaknya bisa melampaui apa yang telah mereka lakukan di saat kecil. Ini juga tentang cinta, penghargaan terhadap anak, dan sekali lagi aku melihat itu semua di dermaga Pangkalan Nyirih. Dermaga kecil itu seakan-akan hampir roboh dengan orangtua dan anak serta penduduk desa dan grup kompangan yang mengantarkan anak-anak ini dengan puji-pujian serta doa keselamatan. Aku bertemu dengan hampir ratusan orangtua dan keluarga yang mengantarkan anaknya. Ada hujan ciuman di pagi itu, ada tangis bahagia yang keluar, ada begitu banyak pelukan dan nasehat yang keluar dari mulut orangtua anak-anak hebat ini. Pelukan itu, hujan ciuman itu, seakan menjadi kalimat “Bapak-Ibu bangga dengan kamu nak...”

Apresiasi yang akhirnya keluar dan insya Allah akan terus tumbuh dari orangtua-orangtua di Pulau Rupat. Apresiasi yang mungkin sudah lama terkumpul dalam dada kepada anak-anak hebat ini, yang mungkin karena adat istiadat dan budaya jarang memuji yang membuat orangtua disini hanya memendamnya saja, hari ini bisa tersampaikan kepada anak-anak hebat ini.

Berada diantara hujan ciuman di dermaga pagi ini, membuatku teringat sosok Bapak dan Ibu. Tentu sehatkan di Makassar? Anakmu sungguh rindu disini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua