Cerdas Mereka adalah Modal Bangsa

Bella Moulina 27 Oktober 2013

    “Kecerdasan berada di atas, jauh lebih baik dari sekedar mendapatkan angka 10.”     Saya meyakini dari dulu, setiap anak yang diciptakan oleh Allah Swt di dunia ini cerdas. Terlahir di selembar kertas putih, diibaratkan bahwa anak lahir ke dunia tanpa modal apa-apa, putih, bersih, dan belum tersentuh hal-hal duniawi yang ia mengerti. Kita, para dewasa, yang diyakini bisa membentuk kertas putih itu jadi lebih baik, bertanggung jawab karenanya. Kecerdasan itulah yang kita perjuangkan pada anak didik.

    Kemarin, saya mengajak anak-anak saya pergi ke pantai. Bagi saya, pergi ke pantai adalah satu aktivitas yang menyegarkan pikiran. Pun begitu anak-anak. Setelah kami disibukkan oleh ujian tengah semester dan tugas sekolah, saya dan anak-anak pun berangkat ke pantai. Kali ini ke pantai bukan hanya untuk bermain saja, namun saya punya tujuan untuk melihat seberapa besar potensi kecerdasan siswa saya.

    Akhirnya disana saya membagi anak-anak menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berminat untuk menulis puisi. Kelompok kedua diperuntukkan bagi mereka yang hobi menggambar. Sedangkan kelompok ketiga menjadi kuasa penuh mereka yang ingin belajar foto dari kamera digital saya menggunakan tripod. Anak-anak tidak sabar memulainya. Teriakan mereka ke saya untuk segera memulai acara pun menjadi pompaan semangat nan cepat.

    Dalam aktivitas di tepi pantai itu, ternyata anak-anak di setiap kelompok tidak puas hanya di satu kelompok itu saja. Contohnya saja Rival, meski ia berada di kelompok pertama yaitu menulis puisi, dia juga ingin mencoba belajar foto. Ada juga Cindy, yang selalu merengek-rengek untuk memegang kamera atau tablet saya untuk diajarkan fotografi, meski ia sendiri telah menulis puisi dengan baik.

    Cerita pertama datang dari pos kedua, menggambar. Kebanyakan anak-anak di kelompok menggambar mengguratkan pensil dan tinta warnanya dalam lukisan batu hun, batu termanu, pantai, dan laut. Saya menyukai beberapa gambar anak-anak yang meski tidak saya ajari dengan tepat, ia mampu menggambarkan suasana pantai kala itu. Acungan jempol atas kecerdasan spasial (gambar) yang ia miliki membuatnya tersenyum malu-malu.

    Lain halnya pos pertama yang notabene menulis puisi. Mereka rata-rata diam di tempat, malu-malu juga jika saya lihat mereka sambil menulis puisi. Ada yang duduk di atas pasir, di atas perahu, dan di atas batang pohon yang telah mati. Mereka mencoba mencari inspirasi dari lingkungan alam di sekitarnya. Alhasil inspirasi itu menghasilkan sesuatu yang baik. Meski penulisan puisi masih tersangkut dalam diksi dan penulisan kalimat, namun yang mereka buat lahir dari dalam diri mereka, karena sesungguhnya mereka besar dari tempat itu, pantai dan laut.

    Bagaimana dengan kelompok ketiga? Ternyata antusiasme justru datang dari kelompok ini. Khususnya Carlos dan Agung, dua anak yang paling banyak mengambil momen dengan kamera, sekaligus foto mereka pula yang banyak di tablet dan kamera saya, haha.. Terlihat sekali bahwa mereka antusias dengan barang baru ini, begitu juga anak-anak lain. Mereka berebutan untuk memegang kamera, tripod, dan sangat memperhatikan saya sekali ketika menunjukkan cara-cara mengambil foto dan video.

    Ketika saya mengatakan ini: “Ada ko sonde yang mau jadi fotografer besar nanti? Nanti dia selalu foto-foto pakai kamera.”  Kemudian Carlos menjawab sambil malu-malu, “Iya Bu, mau. Enak foto-foto.” Carlos termasuk anak yang cepat menangkap ilmu fotografi dari saya. Ia mengambil foto dengan bagus, untuk sekelas anak SD sepertinya. Ahh, semoga saja cita-citamu tercapai ya Nak :’)

    Mengutip dari tulisan awal saya di atas, saya menunjukkan rasa respect saya bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan seperti yang diutarakan Howard Garner (ada 8 kecerdasan). Meski memang nilai 10 pada tugas latihan dan PR selalu menggoda, entah kenapa saya percaya modal mereka di masa depan bagi bangsa ini adalah kecerdasannya. Saya rasa itu jauh lebih penting untuk melejitkan potensi minat dan bakat mereka. Doakan kecerdasan anak-anak saya membawa berkah bagi hidup mereka di masa depan ya. Karena saya yakin, itu adalah modal negeri ini untuk setingkat lebih baik di level dunia.  


Cerita Lainnya

Lihat Semua