Membangun kembali PAUD TPQ Miftahunnajah
Nur Wahidah 27 Oktober 2013Pak Abu Samad dan Ibu Nafsiah adalah pasangan suami istri yang merintis pengadaan PAUD TPQ (Taman pendidikan Quran ) di desa pangkalan nyirih. PAUD ini sudah berdiri sejak tahun 2003 dengan segala keterbatasannya. Bangunan PAUD ini meminjam kelas MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) tiap sorenya. Guru-guru yang mengajar disana pun hanya ada empat orang dengan status honorer dengan gaji seadanya dari masyarakat. Tapi hal-hal di atas tidak memudarkan semangat pasangan suami istri ini untuk terus mengembangkan pendidikan anak usia dini di desa Pangkalan Nyirih, khususnya yang berwawasan keislaman. Karena mereka berdua menganggap bahwa pelajaran calistung bisa diajarkan di usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi pelajaran akhlak dan kecakapan hidup lainnya apabila tidak diajarkan sejak dini maka akan sangat susah mengejarnya saat dewasa.
Berangkat dari keinginan mengembangkan PAUD inilah, maka pasangan suami istri ini meminta bantuan kepada Pengajar Muda untuk memberikan bekal bagi guru-guru PAUD dan memberikan contoh pengajaran PAUD yang bisa membuat anak-anak menjadi senang untuk belajar. Tentu saja aku menyambut hal ini dengan suka cita. Tapi bukan berarti tanpa kendala. Kendala paling utama dari PAUD ini adalah dengan murid yang cukup banyak (53 orang anak usia sekitar 3-5 tahun) tapi dengan sarana dan prasarana yang seadanya. Kelas PAUD kami hanya memiliki bangku meja dan papan tulis. Itupun bangku mejanya tidak sesuai dengan ukuran anak-anak PAUD di sekolah ini. Kendala yang tak aklah krusialnya adalah izin operasional PAUD ini yang masih menggantung, karena ada urusan politik di Desa yang menyebabkan izinnya susah untuk dikeluarkan.
Dengan kendala sebanyak itu, aku merasa Pak Abu dan Ibu Nafsiah sungguh kuat dalam mengurus PAUD ini. Kepercayaan masyarakat menitipkan anaknya di PAUD ini merupakan salah satu sumber semangat bagi pasangan ini untuk terus berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini.
Pelan tapi pasti, perubahan terasa di PAUD TPQ sejak kehadiran Pengajar Muda. Metode mengajar yang awalnya berupa menulis yang dipaksakan berubah menjadi calistung sambil bermain. Penyisipan pelajaran akhlak pun tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah saja, tapi melalui pembiasaan bersama, pemberian contoh dari guru dan orangtua serta melalui dongeng. Perubahan sebesar ini tidak akan mungkin terjadi tanpa peran dari orangtua murid. Maka, dengan inisiasiku serta guru-guru maka diadakanlah rapat orangtua untuk memberikan penjelasan konsep PAUD yang sekarang dijalankan. Rapat PAUD perdana ini akhirnya menjadi candu bagi orangtua murid. Di minggu-minggu berikutnya, kami rutin mengadakan pertemuan orangtua yang akhirnya disepakati menjadi semacam “parenting class” .
Sungguh senang saat melihat komponen-komponen penyukses pendidikan dapat bergabung bekerjasama untuk kemajuan. Orangtua, kepala sekolah, guru, masyarakat, adalah komponen penyukses itu.
Jadi, duduk meratap dan mengutuki kelamnya fasilitas disini bukanlah jalan yang aku ambil sebagai Pengajar muda. Tapi ikut turun langsung, menjadi katalis untuk mendorong terjadinya perubahan di masyarakat, itulah jalan yang kuambil. Memang tidak mudah, tapi aku yakin apabila Pengajar Muda tidak ada lagi di desa ini, sistem yang terbentuk ini akan terus berjalan karena komponen-komponennya terus tumbuh dan saling melengkapi.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda