Rina: Status dan Umur Tak Batasi Pendidikan

Nur Laili Nahdliyah 23 Februari 2014

Jika pendidikan dibuat dan diberikan hanya untuk anak muda, itu adalah pendapat yang sangat salah. Buktinya, disini, di desa yang saya tempati, ada satu sosok perempuan luar biasa yang memiliki cita-cita luhur untuk terus mengenyam pendidikan di bangku kuliah walaupun dia sudah menikah dan mempunyai anak.

Rote Ndao, 23/02. Namanya Rina Bengu. Salah satu perempuan yang sudah menikah dan berumah tangga di desa saya Bebalain, kabupaten Rote Ndao. Saat kali pertama bertemu, saya sudah terkesan dengan perempuan ini. Dari balik kacamata yang saya pakai, terlihat dengan jelas saat saya di rumahnya, dia berusaha dengan keras membaca lembar demi lembar buku pedoman kuliah yang dia dapat dari kampusnya. Saya mulai kagum dengan sosok perempuan ini.

Saat ini, dia sedang aktif kuliah di Universitas Nusa Lontar kabupaten Rote Ndao. Dia mengambil jurusan PGRI Sejarah. Suatu hari, saat saya tanya alasan kenapa dia memilih jurusan itu, dia menjawab dengan antusiasnya “Sejarah adalah hal yang paling penting yang tak boleh dilupakan. Hal-hal penting itu tertulis di buku-buku atau bahkan ingatan manusia, satu cuil kejadian lampau tak akan luput dari sejarah. Sejarah menjadi potret penting untuk melihat banyak hal. Dan pendidikan menjadi akar dalam setiap aspek kehidupan ini” Tuturnya. Terbayang bukan? Salah satu orang di desa saya memiliki pemikiran yang luar biasa seperti ini? Dengan statusnya yang sudah menikah dan memiliki anak?

Kisah diatas adalah bukti yang riil. Bukti bahwa pendidikan masih dipandang penting bagi sebagian orang. Bukti bahwa masih ada orang yang peduli terhadap pendidikan. Walaupun dia hanya seorang perempuan yang hidup di pulau miskin, terpencil dan terselatan di negeri ini. Potret dimana masih ada salah satu perempuan yang mau dan tetap setia mengenyam dan memperjuangkan pendidikan hingga bisa menjadi sarjana adalah, tak lebih dari alasan karena dia berharap dia bisa menjadi manusia yang lebih baik dari pada orang-orang sebelumnya, orang-orang yang masih buta akan huruf di daerahnya.Orang-orang yang tak mau mengembangkan potensi yang ada pada diri dan lingkungan mereka. Orang-orang yang masih berkutat pada persoalan “mengisi perut” saja. Orang-orang yang malah membiarkan generasi penerusnya menjadi kuli pada kondisi ketidakberdayaan mereka.

 Sebenarnya, apa itu pendidikan? Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Sejatinya mendapat pendidikan adalah kewajiban bagi setiap orang. Tak memandang usia, status, atau yang lainnya. Bahkan agama juga mengharuskan manusia untuk terus mendapatkan pendidikan. Betapa pentingnya pendidikan yang harus kita enyam karena memiliki efek yang hebat bagi kehidupan manusia. Coba saja list contoh manfaat yang paling sering kita harapkan ketika seseorang sudah berpendidikan. Coba jabarkan sendiri manfaat pendidikan yang telah kita dapat. Disini, secara garis besar diantara manfaat pendidikan adalah sebagai jalan untuk mewujudkan cita-cita kita. Selain itu dengan pendidikan kita bisa memenuhi kebutuhan kita akan ilmu dan pengetahuan. Serta untuk mempermudah pekerjaan kita.

Status pernikahan dan seabrek tanggung jawab yang harus dilaksanakan di rumah tangga adalah hal kuat yang menjadi alasan, kenapa sebagian besar orang-orang Indonesia bahkan belahan bumi yang lain, tak ingin melanjutkan pendidikan mereka setelah menikah. Kesibukan untuk bekerja bagi kaum lelaki, serta mengurus rumah tangga bagi kaum hawa adalah hal yang dijadikan alasan atau persoalan untuk tidak mau melanjutkan pendidikan. Tapi dibalik alasan ini, pasti juga ada kisah-kisah hebat dari seorang suami atau istri dan pasangan suami istri yang mampu menyelesaikan pendidikan mereka saat sudah menikah. Pernikahan bukan hambatan untuk seseorang melanjutkan pendidikannya. Asal ada niat yang kuat dan upaya untuk mengatur waktu dan keuangan dengan baik di dalam rumah tangga. Seperti apa yang Rina dan suaminya lakukan.

Selain itu,usia juga merupakan alasan yang klise bagi kebanyakan orang untuk tidak mau melanjutkan pendidikannya. Padahal sebenarnya usia bukanlah penghambat untuk orang yang sudah berumur atau yang lanjut usia untuk melanjutkan tingkat pendidikan. Usia yang sudah lanjut ternyata tak menjadikan dia hambatan untuk tetap mengais ilmu. Alkisah ada tiga guru dari SD Inpres Bandu Rote Ndao. Umur ketiga guru tersebut sudah berusia diatas 50 tahun, usia yang hampir lanjut usia. Namun karena mereka menyadari pentingnya memperoleh pendidikan yang lebih, ternyata mereka meluangkang waktu mereka untuk meneruskan kuliah disamping mereka mengajar. Singkat cerita tersebut, sekali lagi saya ingatkan kembali bahwa pendidikan itu penting. Bagi siapapun dan dikonsisi apapun.

Walau sebenarnya pendidikan tak hanya melulu diambil dari bangku sekolah maupun kuliah, dan banyak cara untuk memperoleh pendidikan, tetapi pendidikan dari lembaga formal itu harus diprioritaskan sebagai upaya peningkatan mutu dan keberlanjutan minat. Kita harus ingat bahwa faktor maju atau mundurnya negara adalah tergantung pada pada pendidikan. Sebab kita harus sadar pendidikan itu dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas sekaligus dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti. Oleh sebab itu, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan. Nah, jika kita bisa tetap melanjutkan pendidikan di lembaga formal, dengan mengatur kebutuhan dan waktu yang baik, kenapa tidak? Sila direnungkan. (Nad).


Cerita Lainnya

Lihat Semua