Jangan Dibiasakan Mengeluh
Kristian Patrasio 22 Februari 2014Siang itu udara begitu panas. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00. Saya memasuki kelas untuk memulai pelajaran matematika, pelajaran terakhir di hari itu. Sesuai rencana pembelajaran, saya akan mengajarkan materi KPK dan FPB dalam bentuk soal cerita. Mulailah saya menuliskan 2 contoh soal di papan tulis. Tidak lupa saya menginstruksikan kepada murid-murid saya untuk mencatatnya di buku mereka. Ternyata reaksi mereka adalah mengeluh berjamaah, ada yang menolak mencatat, bahkan sampai melempar pulpen mereka di meja. Saya meledak, memukul-mukulkan penghapus papan tulis ke papan tulis, dan membentak mereka hingga mereka terdiam.
Sejak awal saya mengajar di sekolah saya, segera bisa tertangkap satu karakteristik murid-murid di sana, yakni cenderung mudah mengeluh terhadap tugas dan catatan yang diberikan kepada mereka. Awalnya saya masih mengacuhkan dan bisa bersikap sabar terhadap kebiasaan mereka itu. Tapi lama kelamaan, terjadilah ledakan yang saya ceritakan di atas.
Sejujurnya saya menyesal karena sudah hilang kendali atas emosi saya. Saya pun berusaha mencari tahu mengapa mereka bisa sampai seperti itu. Dari yang saya temukan, saat masih di kelas 5 semester 1, anak-anak tersebut mendapat guru yang metode pengajarannya masih sangat konvensional, dengan catatan yang seabrek dan berbagai larangan-larangan selama proses belajar. Namun memasuki semester 2, guru tersebut mengundurkan diri, dan sempat terjadi kekosongan guru. Dari suasana belajar yang sangat ketat, tiba-tiba murid-murid tersebut seperti mendapat kebebasan yang sebebas-bebasnya. Mereka tidak perlu capek-capek menulis dan bebas bermain serta istirahat seenaknya. Saya pun menyimpulkan bahwa mereka hanya perlu waktu untuk membiasakan diri lagi memasuki suasana belajar yang 'tidak seenaknya'.
Sejak saya mengerti konteks di balik kebiasaan mengeluh murid-murid saya, saya belajar untuk lebih bisa menerima mereka apa adanya. Mereka masih sering mengeluh, namun saya berusaha dengan sabar dan tulus selalu mengingatkan mereka, yang bunyi kalimatnya seperti ini, "anak-anak, jangan dibiasakan mengeluh...". Kemudian saat sudah cukup sering saya ucapkan, biasanya saya tidak akan menyelesaikan kalimat saya, seperti ini, "anak-anak, jangan dibiasakan menge...?", "luuuuuuhhh...", jawab mereka dengan kompak.
Sampai sekarang, memang tidak sepenuhnya kebiasaan itu hilang. Saya pikir itu wajar, namanya juga anak-anak. Saya pun waktu SD sepertinya sering sekali mengeluh saat diberi tugas. Tapi saya cukup bersyukur dengan perubahan murid-murid saya, yakni semakin sedikit dan semakin jarang murid-murid saya mengeluh. Yang lucu adalah ketika saya memberikan tugas atau catatan, dan masih ada yang mengeluh, ada murid lain yang menyeletuk, "eh ingat kata Pak Kris, jangan dibiasakan mengeluh". Saya pun cuma nyengir dalam hati.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda