Kebiasaan Saat Masuk Kelas dan Sebelum Pulang Sekolah
Nur Azizah Nasution 10 Agustus 2020
Mulai bulan September 2019, jika saya sedang di sekolah, saya terbiasa memulai pelajaran dengan berdoa dan menanyakan atau meminta anak menuliskan bagaimana perasaan mereka saat itu. Kenapa? Saya mau membiasakan mereka untuk mengenal emosi mereka sendiri dan sadar jika mereka sedang memegang emosi tersebut. Memang yang saya minta adalah jenis emosi yang sangat sering didengar seperti senang, marah, takut, sedih, tapi tidak apa-apa toh namanya juga pelan-pelan kita sama-sama belajar psikologi anak hehehe.
Biasanya saya meminta anak kelas 1-6 menuliskan nama, lalu menggambarkan kondisi emosinya saat itu, lalu menceritakannya didepan kelas. Jika malu, saya meminta anak untuk menceritakannya kepada saya saja. Kenapa sih harus bercerita? Saya ingin dekat dengan anak, menjadi ibu bagi anak-anak, dan membiasakan mereka untuk bercerita kepada orang yang mereka percaya, contohnya adalah orang tua. Bayangkan saja jika selamanya anak tidak pernah bercerita dengan siapa-siapa, betapa penuhnya otak dan hati mereka di masa depan.
Namun, ada yang berbeda dengan hari ini. Saya mencoba metode lain yaitu dengan menulis surat. Saya meminta anak-anak menyatakan perasaan atau emosinya pada hari ini dengan surat yang diberikan kepada saya (maaf saya tidak fotokan karena menurut saya surat ini personal sifatnya). Dan memang ada beberapa yang mengejutkan, mungkin karena tak selamanya semua bisa diucapkan langsung oleh mulut, butuh media yang lain agar bisa menggali si anak.
Saya cukup rutin melakukan hal ini karena saya senang. Semoga anak-anakpun senang juga dan merasakan efek sampingnya di masa depan, untuk anak cucu mereka nanti.
Ohiya, ada juga tambahan kegiatan saya dan anak-anak sebelum pulang sekolah. Saya meminta anak-anak memilih: senyum, tos, joget bersama saya, atau peluk. Saya ingin sekali mengapresiasi mereka dalam bentuk lain selain "terima kasih sudah datang ke sekolah hari ini". Dan beginilah cara saya.
Setelah saya laksanakan kegiatan sebelum pulang tersebut, saya menghitung bahwa lebih dari setengah anak setiap kelasnya yang memilih "peluk". Ternyata bentuk kasih sayang mereka inginkan dari saya adalah berbentuk peluk, saah satu bentuk dukungan yang menguatkan.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda