Parado Sayang Parado Malang

Novia Budiarti 8 Februari 2015

Parado..........

Banyak orang yang mengenal kecamatan paling kecil dan terletak di paling selatan pulau Sumbawa ini sebagai sebuah surga dunia. Banyak orang yang bercerita jika nama Parado berasal dari nama “Paradise” yang berarti surga.

Sekitar 8 bulan yang lalu, aku menginjakkan kaki untuk pertama kalinya disini. Sepanjang perjalanan, pemandangan indah terpampang jelas di sisi kanan dan kiri jalan. Hutannya begitu hijau, pohon yang begitu rimbun, ditambah udara yang dingin dan sejuk, walaupun jalanan saat itu sangat tidak nyaman dilewati. Memang akses menuju Parado saat itu masih buruk dengan jalan yang rusak berat, lubang jalan yang menganga lebar, ditambah lagi sisi jalan yang berupa jurang membuat setiap yang lewat harus ekstra berhati-hati.

Namun semua itu berubah sejak sekitar beberapa bulan yang lalu. Alhamdulillah jalan menuju Parado sudah diperbaiki sehingga sekarang jalan sudah halus, tidak lagi berlubang, sehingga sudah nyaman dilewati dan perjalanan menuju pusat kota Bima menjadi lebih cepat. Perubahan itu ternyata berbanding terbalik dengan keadaan Bumi Parado saat ini. Parado yang dulu sejuk, kini berubah panas. Hutan di sisi kanan dan kiri jalan kini terlihat gundul. Beberapa kali aku melihat beberapa orang datang ke hutan kemudian menebang pohon, tidak satu atau dua pohon, tapi jumlahnya cukup banyak. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa Parado yang kata masyarakatnya dulu hampir setiap hari diguyur hujan dari intensitas rendah sampai tinggi, kini panas sekali. Bahkan musim hujan pun terlambat datang.

Kini, sebelum musim hujan datang di tanah surga ini, sungai dan bendungan mulai mengering, hutan yang tadinya berwarna hijau kini berwarna cokelat. Sumur-sumur warga masyarakat juga sudah mengering. Bahkan Ina (Ibu) angkatku harus menyambung pipa pemompa air karena air di sumur depan rumah tidak kunjung naik.

.................................................................................................

Akhir November lalu, hujan mulai turun di tanah surga ini, walau tidak setiap hari.

Ya...ini merupakan tugas berat untuk menanamkan kepada anak-anak sejak dini mengenai kepedulian terhadap lingkungannya. Bila tidak sekarang, kapan lagi? Haruskah label tanah surga yang diberikan pada Parado dicopot? Haruskah menunggu hutan Parado gundul? Haruskah menunggu sampai bendungan dan sungai tidak berair lagi?

Semoga saja, 20 atau 50 tahun lagi Parado masih bisa bertahan, tetap menjadi tanah surga di Kabupaten Bima ini. Tentunya kita tidak boleh berdiam diri, bertindak nyata untuk lingkungan tercinta ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua