Inspirasi di Kaki Sang Legenda

Novia Budiarti 24 April 2015

          Setelah kelas inspirasi mini di kecamatan penempatanku, Parado, kelas inspirasi diadakan kembali bertepatan dengan  peringatan 200 tahun meletusnya sang legenda, Gunung Tambora. Gunung yang dahulu kala memiliki ketinggian sekitar lebih dari 4 KM ini mengalami letusan dashyat tanggal 11 April 1815 lalu dan menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan membuat perubahan drastis pada dunia. Masa itu dikenal dengan masa “One Year Without Summer”. Dua abad berlalu, dan sangat kebetulan sekali peringatan tersebut dapat dihadiri oleh para pengajar muda, khususnya pengajar muda kabupaten Bima. Di Kecamatan Tambora, ada 4 orang teman seperjuangan sesama pengajar muda yang ditempatkan di 4 titik. Dusun Tambora, Dusun Sori Bura, Oi Marai, dan Labuan Kenanga yang merupakan ibu kota kecamatan.

          Peringatan 200 tahun meletusnya sang legenda, Tambora, tentunya bukan hanya sekedar peringatan yang hiruk pikuk dengan hadirnya wisatawan dari berbagai daerah termasuk wisatawan mancanegara. Bukan pula sekedar meriahnya sambutan masyarakat Tambora kepada Presiden RI yang bersedia hadir di acara puncak peringatan acara tersebut. Namun, pengajar muda memiliki misiyang lain. Dengan hadirnya pihak sponsor dalam acara tersebut, munculah inisiatif untuk mengundang orang-orang yang memiliki profesi unik dari pihak-pihak penyelenggara tersebut, dan kami berhasil mengundang 4 inspirator yang berprofesi sebagai konseptor dari salah satu media massa terkemuka dan staff salah satu perusahaan kartu selular.

          Perjalanan ke Tambora ditempuh kira-kira selama 8 jam. Kami berangkat dari kota Bima pukul 06.00 WITA. Perjalanan pagi itu diselimuti kabut tipis, karena suhu di kota Bima tidak seperti biasanya, sangat dingin. Perjalanan menuju Tambora tentunya harus melintasi Kabupaten Dompu. Semua tidak terasa membosankan, apalagi kami disuguhi pemandangan pegunungan dan laut yang indah walaupun Bus saat itu padat dengan penumpang. Sebelum sampai di Desa Labuan Kenanga, kami juga disuguhi dengan pemandangan pulau Satonda yang indah dan hijau meneduhkan di tengah lautan. Pukul 14.00 WITA, kami akhirnya tiba di tempat singgah, yaitu di rumah keluarga angkat pengajar muda, kawan kami, Ajeng.

          Kelas inspirasi ini diselenggarakan di 2 SD di Desa Labuan Kenanga. Yang pertama, SDN Labuan Kenanga 1 yang juga merupakan SD penempatan Pengajar muda. Yang kedua, SDN Labuan Kenanga 2 yang terletak persis di tepi pantai. Dari SDN Labuan Kenanga 2 nampak jelas pulau Satonda yang menghijau dan meneduhkan. Kami, pengajar muda yang terdiri dari 8 orang, membagi diri menjadi 2 untuk melaksanakan kelas Inspirasi bersama para inspirator di dua SD yang berbeda tersebut.

         Sungguh menyenangkan bisa melihat anak-anak kelas 4, 5, dan 6 yang tinggal di kaki gunung yang melegenda tersebut ceria bersama para inspirator. Cita-cita mereka sungguh luar biasa, mulai dari dokter, guru, dan sebagian besar ingin menjadi polisi dan tentara. Mereka juga awalnya bingung dengan profesi yang dikenalkan oleh para inspirator yang begitu asing di telinga mereka. Namun, mereka tidak lagi bingung setelah para inspirator menjelaskan dengan video, simulasi, dan beberapa permainan pemicu semangat. Bahkan cuaca tepi pantai yang panas tak mereka hiraukan siang itu. Ya....mereka kini mengenal profesi lain selain profesi yang mereka tahu selama ini.

          Pengalaman tak terlupakan, semoga suatu saat nanti akan terdengar kabar gembira, bukan sekedar “Tambora Menyapa Dunia”, tetapi “Anak-anak Luar Biasa dari Tambora Menyapa Dunia”. Semoga di masa depan, muncul para profesional yang membanggakan negeri yang berasal dari anak-anak luar biasa di kaki gunung Tambora. Semoga saja, Aamiin ^_^. Tak lupa apresiasi untuk kehadiran inspirator luar biasa yang jauh-jauh datang dari Jakarta dan juga daerah lain. Tepuk salut untuk kalian semua J


Cerita Lainnya

Lihat Semua