info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pemilunya Pemalu

Novandi Kusuma Wardana 5 Maret 2017

Situasi desa sedang rami-ramainya, pace mace, tete, sampai anak remaja yang sudah memiliki hak pilih pun sudah terbagi dalam kelompok kandidiat tertentu. Tahun ini tahun politik, dan tabuh genderangnya akan berlangsung di bulan ini. Tanggal 15 Februari 6 kandidat calon pemangku kepentingan tertinggi Kabupaten Kepulauan Yapen untuk periode 2017-2022 akan beradu strategi pemenangan. Siapakah yang akan menang? Hanya Tuhan yang tahu.

Disiang bolong anak-anak pun ramai dalam suasana yang sama. Permainan mereka pun menjadi lebih politis. Bumbu kompetisi semakin mewarnai permainan gicik misalnya, “Kam lihat, nanti itu pace ….. yang menang, saya tikam dia” tidak kalah argumen, anak yang lain pun membalas “tara ada, kalau saya tetap tikam pace …….. !” maaf tidak bisa disebutkan nama kandidat yang jelas diantara pasangan nomor 1 sampai 6. Anak-anak baku tarung argumen, namun tidak saling bertengkar. Batu andalan tetap dilempar ke arena kotak bermain gicik. Permainan tetap berjalan.

Akhirnya hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Bilik suara dari papan tulis pun telah disusun berdiri dengan meja tulis sebagai penahan. Anak-anak kelas 4, 5, dan 6 sedang sibuk mempersiapkan kelengkapan pemilihan, dari surat suara sampai pada teknis pelaksanaan. Abner si Bengal pun sudah bersiaga didepan bilik suara, menjaga keamanan. Siapa tahu ada oknum murid yang berusaha melakukan serangan tidak terduga.

Pemilu yang tadinya akan dilaksanakan serentak tanggal 15 Februari ini dimajukan sehari ke tanggal 14. Pemajuan ini tanpa harus menunggu persetujuan dari KPU pusat. Karena ini adalah Pemilunya Pemalu, pemilu yang mungkin paling jujur di seantero daerah pelaksanaan pemilu. Di pemilu ini 3 kandidat akan bersaing. Pasangan nomor satu yaitu Nahor Horota dan Daniel Wihyawari – atau yang dikenal dengan pasangan NaDi. Pasangan kedua adalah kolaborasi siswa kelas 2 Rio Horota dan kelas 3 Piron Wihyawari, pasangan tersebut tidak ada singkatannya karena penulis tidak menemukan singkatan yang pas. Dan pasangan terakhir nomor urut 3 adalah Pasangan kelas 6 dan kelas 3. Lewi Kirihio dan Deminggus Horota. Sebelum pemilu dimulai para pasangan calon berjibaku dalam penyampaian visi msisi. Yang menarik pasangan nomor 2 “Kalau nanti saya jadi bupati saya akan beli gula-gula untuk semua!” semua anak bersorak, sorakan menunggu pemimpin yang ditunggu-tunggu. Dimana hari-harinya akan penuh gula-gula – manis!. Begitulah kampanye, yang dapat dijelaskan sebagai promosi kepada anak-anak.

Akhirnya segala persiapan pun selesai, KPPS Pemilunya Pemalu pun memberi kode bahwa pemilu siap dilaksanakan. Sesuai urutan kelas anak-anak maju, dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebelumnya anak-anak telah mendengarkan penjelasan dari Pak Guru Nikson tentang cara penggunaan surat suara. Sampai setelah selesai mencelupkan jari kedalam tinta. Di belakang Pak Guru Melky yang juga penjaga sekolah mengatur anak-anak supaya tertib dan tenang. Satu persatu anak pun maju. Saksi-saksi dari masing kandidat juga mulai bersiap karena setelah pemilihan akan ada perhitungan. Saksi itu adalah Boel Horota (Kelas 3) dan Mariana Wihyawari (Kelas 6). Semua anak telah menyelesaikan gilirannya, hingga 55 anak yang hadir telah selesai menggunakan hak mereka.

Perhitungan pun dimulai, satu persatu suara dilihat. Jika penggunaannya sesuai tata cara mereka berteriak “saaaaahhhh!”. Perlahan namun pasti surat suara yang dihitung pun selesai. Coretan angkat yang diikat per lima suara penuh di kandidat nomor dua, diikuti kandidat nomor satu dan tiga. Setelah semuanya cocok, kesesuaian dengan jumlah surat suara. Semuanya pun menyatakan pasangan nomor urut 2 Rio Horota dan Piron Wihyawari adalah pasangan sah yang memengangkan Pemilunya Pemalu. Karena tidak bersedia maju untuk dilantik, dan malah menunjukan wajah merah kemudian lari keluar kelas akhirnya pasangan terpilih nan pemalu itu pun tetap dianggap sah memengangkan pemilu. Semua khalayak siswa sebagai rakyat senang, bahagia. Gelak tawa canda terus menyelimuti suasana ruang kelas 5 dan 6 yang digunakan hari itu. Meski berbeda pilihan namun tetap keluarga. Pemilu berjalan dengan tenang hingga pulang sekolah anak-anak lupa membereskan meja dan papan tulis yang digunakan untuk kegiatan.

Suasana hening, anak-anak sudah lari pulang kerumah. Selamat bekerja Rio dan Piron, kami tunggu janji gula-gula mu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua