Bendera itu tetap “Berkibar”
Nopri Hidayat 17 September 2024Bendera itu tetap “Berkibar”
Opy Pengajar Muda XXV
SDN 13 Kemboja
Pengajar Muda mengantarkan ku pada proses memaknai nasionalisme dengan “sederhana”. Senin 26 Agustus 2024 adalah hari yang akan selalu ku ingat, pasalnya itu adalah senin terakhirku menjadi pengajar muda di SDN 13 Kemboja dan juga sebagai pembina upacara. Tapi bukan itu yang menjadi moment penting, melainkan tali bendera kami putus disaat kami ingin melaksanakan upacara bendera. Saya mencoba menyambungkan kembali tali tersebut namun tidak berhasil dikarenakan sudah termakan usia, tak hanya sampai disitu akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan (mohon maaf) tali rafiah sebagai tali cadangan tiang bendera kami.
Masalah baru muncul bagaimana caranya memasang tali tersebut dengan waktu yang cepat, agar kami bisa segera upacara bendera. Namun kekhawatiranku tiba-tiba terjawab ketika ada seorang siswaku menawarkan diri untuk memanjat tiang bendera, yaps kalian tidak salah dengar ia memanjat tiang tersebut.
Namanya Yuda siswa kelas IV SDN 13 Kemboja, ketika di kelas ia hanyalah siswa biasa pada umumnya, namun pagi itu ia menjelma bak seorang pahlawan berkat inisiasinya memanjak tiang bendera tersebut. “Pak Opy boleh ndak e yuda panjat tiang bendera tu?” Ujar Yuda. Aku awalnya ragu takut tiang bendera yang terbuat dari kayu akan patah ketika ia memanjat, tapi aku tak punya pilihan, ini adalah upacara terakhirku bersama guru dan siswa SDN 13 Kemboja. Denga setengah yakin aku mengiyakannya, “Aok, panjat am” Ujarku”. Dengan lihai ia memanjat tiang bendera yang hampir roboh itu, ia pun berhasil memasang talinya, sehingga kami dapat melanjutkan upacara.
Aku terdiam sejenak melihat moment ini, sebab belum pernah aku mengalaminya, dan akhirnya pengajar muda membawaku menyaksikkan langsung peristiwa tersebut. Sedikit bercerita di SDN 13 Kemboja yang terletak di Desa Kemboja, Kec Pulau Maya memiliki kondisi geografis dimana curah hujan akan meningkat dan air parit akan meluap di bulan November hingga Mei ke beberapa daratan desa, tak terkecuali halaman SDN 13 Kemboja. Selain karena kondisi alam, kurangnya pengelolaan sarana dan prasarana sekolah membuat fasilitas kurang layak untuk digunakan, termasuklah tiang dan tali bendera sekolah kami.
Kondisi ini yang membuat kami tidak bisa leluasa melaksanakan upacara bendera merah putih setiap hari senin, padahal upacara merupakan hal mewah untuk mereka dan sangat istimewa. Aku termenung sejenak, di saat daerah perkotaan upacara sering kali di hindari dikarenakan panas dan waktunya yang kadang lama, hal tersebut berbanding terbaik dengan siswa siswi SDN 13 Kemboja yang punya semangat nasionalisme yang tinggi di tengah berbagai keterbatasan. Aku akhirnya sadar, memaknai kemerdekaan tak mesti dengan hal mewah atau bahkan fasilitas mewah, tetapi dengan semangat dan keinginan besar maka berbagai hambatan akan bisa dilewati.
Seperti kisah Biak (anak-anak) hebat ku dari SDN 13 Kemboja, Desa Kemboja, Kec Pulau Maya yang selalu merawat ibu pertiwi dari pelosok negeri.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda