info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Envy (part three)

Nila Ningtias 1 Maret 2011
Bolehlah saya iri, bolehlah saya lupa atau tidak peduli, bolehlah.. Tapi sebentar saja. Cukup sebentar saja. Setahun disini bagai momen kontemplasi. Seolah saya berhenti sejenak untuk melompat lebih jauh. Seolah sebuah langkah kecil untuk lompatan lebih besar. Dari mereka saya belajar, untuk mereka akan saya salurkan hasil belajar saya. Semoga setahun ini bisa menyampaikan yang terbaik. Walau belum tentu bisa menyelesaikan segala masalah yang ada, tapi mereka tahu bahwa tiap masalah akan ada solusinya. (aiiihhh.... Sok berteori pula... hehe). Saya tahu saya selalu kesulitan memahamkan tentang matematika pada mereka. Tapi akhirnya saya belajar lebih sabar dan telaten mendatangi bangku mereka satu per satu, menanyakan dan menjelaskan lagi hal yg mereka belum paham. Juga tidak memaksa mereka atau menakut-nakuti dg nilai jelek. Saya tahu mereka selalu salah mengucapkan kata dalam bhs inggris, tp mereka senang saat saya ajak mereka bermain dan bernyanyi dlm bhs inggris. Saya tahu beberapa anak sulit membaca tapi mereka sangat bersemangat meminjam majalah2 saya dan bertanya ini apa itu apa, lalu mereka pun bersemangat lagi utk belajar baca lebih lancar. Saya tahu beberapa anak lebih suka olahraga daripada pelajaran2 lainnya, tapi saat saya bebaskan ia bergerak di kelas tanpa mengganggu teman yg lain, ia jadi lebih bersemangat maju ke papan tulis utk menuliskan jawaban soal atau PR, walaupun salah tapi ia tidak malu utk bertanya dan belajar lalu mulai berlarian lagi di dalam kelas. Iya, saya tahu. Anak-anak ini memang pembelajar sejati. Saya juga kadang sedih saat tidak bisa membuat mereka mengerti apa yg saya ajarkan atau saat saya trpaksa tdk mengajar krn ijin rapat dg dinas, pertemuan kepsek, sakit atau lainnya. Mendadak saya hanya ingin memfokuskan diri pada dua hal, dua hal yg mulai konkret dalam pikiran saya, utk anak2 ini dan kampung ini. Semoga. Bismillah.

Cerita Lainnya

Lihat Semua