Mereka Ingin Keliling Dunia

Nicko Rizqi Azhari 8 April 2014

Bagi murid-muridku, Pulau Rupat, pulau mereka tinggal ini adalah dunianya. Dunia yang dikungkung oleh selat-selat. Selat-selat yang harus dilalui oleh kapal-kapal. Kapal-kapal yang harus dibayar cukup mahal. Cukup mahal untuk sekadar mengalami ”dunia luar”. Dunia luar yang kebanyakan hanya mereka lihat dan dengar. Melihat dan mendengar, dan bukan mengalami. Mendengar dari perkataan orang-orang, melihat dari buku-buku di perpustakaan, dan melihat dari siaran televisi, yang terkadang juga datang dari negeri seberang, Malaysia.

Hari ini, aku membawa beberapa surat dan kartu pos kiriman teman-temanku di luar negeri. Ada beberapa kartu pos dari Federasi Rusia, sebuah surat dari Swiss, dan sebuah surat dari Australia. Aku ingin mengajak murid-muridku keluar dari “dunia”-nya. Aku ingin mereka bukan hanya melihat dan mendengar tentang dunia luar. Hari ini aku ingin mereka mengalami dunia luar itu. Kubawa globe dan gulungan besar peta dunia bersama kiriman pos dari teman-temanku itu ke kelas III.

“Siapa yang hari ini mau ikut Bapak jalan-jalan?” tanyaku.

“Saya pak, saya pak!”

Kelas menjadi gaduh. Seperti biasa, mereka berlomba mengangkat tangan tinggi-tinggi dan menjawab keras-keras pertanyaanku.

“Jalan-jalan ke mana, pak?” tanya salah satu muridku penasaran.

“Kita akan keliling dunia. Siapa yang mau jalan-jalan ke luar negeri?” tanyaku.

Kulihat ke sekeliling kelas, semua mengangkat tangan.

“Kenapa mau ke luar negeri?” aku bertanya penasaran.

Banyak jawaban bersahut-sahutan. Yang kudengar, ada yang ingin melihat salju, gedung-gedung tinggi, bunga-bunga cantik, gunung-gunung, ada juga yang ingin belajar bahasa Inggris. Belum tenang riuh jawaban yang keluar dari mulut mereka, kukeluarkan lembaran-lembaran kertas dari dalam tasku. Murid-muridku semakin penasaran. Anak-anak yang duduk di belakang tak sabar, melongok sambil berdiri dari tempat duduknya.

“Kita dapat kiriman semangat dari Federasi Rusia,” ungkapku sambil menunjukkan beberapa lembar kartu pos.

Aku berjanji pada murid-muridku untuk membacakan dan menunjukkan gambar-gambar yang ada di kartu pos-kartu pos itu. Namun, aku mengajukan satu syarat. Aku meminta murid-muridku menemukan letak Indonesia di peta dunia dan globe, lalu membuat jalan udara agar kami bisa terbang ke Federasi Rusia.

Syaratku diterima murid-muridku. Mereka langsung berkerumun di depan kelas. Sebagian menjelajahi peta dunia, sebagian lagi berkeliling dunia dalam globe yang kuletakkan di meja guru. Mereka pun berbagi tugas dalam pencarian itu. Yang membaca peta, sebagian menyisir di bagian kanan peta, sementara yang lain di bagian kiri peta. Demikian pula anak-anak yang mengerumuni globe. Mereka membagi tugas untuk menyisir setiap sisi globe.

Tak cukup lama, letak Indonesia dan Federasi Rusia mereka temukan. Kuminta lagi untuk melihat negara-negara mana saja yang mereka lewati ketika menuju Federasi Rusia. Sambil menyisir jalan di dalam peta, belasan nama negara tersebut dari mulut mereka. Merasa syarat terpenuhi, mereka menagih janjiku untuk membaca dan menunjukkan gambar-gambar yang ada di dalam kartu pos.

Mereka pun ku ajak berjalan-jalan di Rusia. Kami berkunjung ke Moskwa, St. Petersburg, Astrakhan, Kazan, dan beberapa kota lain. Dalam perjalanan itu, mereka juga berjumpa kakak-kakak yang mengirim kartu-kartu itu. Mereka mendapat suntikan semangat dan inspirasi yang luar biasa.

“Teruslah bermimpi dan kejar cita-citamu. Terus semangat belajar. Kakak tunggu kalian di Rusia,” pesan salah seorang kakak yang mereka temui dalam perjalanan itu.

Aku ajak mereka pulang ke dunianya. Aku janjikan dua surat yang belum kubuka untuk kubacakan dan kutunjukkan ke mereka esok pagi.

“Besok kita berkeliling dunia lagi ya? Besok kita akan berkunjung ke Swiss dan Australia,” janjiku.

Baru saja mereka mengalami dunia luar mereka. Bukan hanya melihat dan mendengar, tetapi juga merasakan dunia luarnya itu. Mengalami semangat yang ditularkan oleh orang-orang yang berhasil menjangkau dunia luarnya karena mimpi, usaha, dan kerja kerasnya. Mereka tersenyum. Dari mata mereka aku membaca sebuah semangat. Semangat yang akan membuka jalan mereka mengalami dunia luar, suatu saat nanti. Semoga.


Cerita Lainnya

Lihat Semua