Pasar Penuh Makna

Nesia Anindita 17 Juli 2011
Libur semester dan tahun baru! Bersama sepuluh pengajar muda tim Bengkalis, kami bersama-sama mengunjungi Kota Pekanbaru, dan lanjut ke Bukittinggi bersama pengajar tua (kata beliau-beliau ya ;p) Tante Yul dan Om Syafril, yang merupakan orang tua dari teman kami pengajar muda yang bertugas di Halmahera Selatan. Sekejap waktu libur untuk merefresh pikiran, tenaga, serta semangat! Ngarai Sianuk, Jam Gadang, Danau Singkarak, Sate Padang, Benteng Fort de Kock, Itik Lado mudo, Kebun Binatang Bukittinggi, berbagai tempat kami datangi. Namun justru kunjungan yang paling membekas diingatan saya bukanlah Jam Gadang, ataupun danau Singkarak, tak lain tak bukan adalah Pasar. Ya, sebuah pasar kecil di Bukittinggi. Saya ingat sekali. Pagi hari, dengan udara yang luar biasa sejuknya ala Bukittinggi, bahkan hanya berbekal gigi yang sudah disikat dan muka yang sudah diusapkan dengan air, kami berangkat ke pasar tersebut. Sambil menyusuri jalan setapak dan tangga-tangga batu, kami serasa memasuki dunia lain. Suasana warna kemerahan akibat sinar matahari yang bersinar menembus terpal merah, serta aroma semerbak pasar mulai dari wangi buah-buahan, ayam yang sibuk mengepak-ngepakan sayapnya di dalam kandang, hingga suara celotehan ramai antara penjual dan para pembeli. Entah kenapa saya langsung teringat adegan di film Spirited Away-nya Studio Ghibli. Pasar, saya ingat pelajaran di buku IPS saya dulu saat SD. Pasar adalah tempat terjadinya proses jual beli antara penjual dan pembeli. Tapi siapa sangka, yang saya rasakan dari suasana di pasar tersebut justru jauh lebih dari itu! Pikiran saya langsung melanglangbuana berterbangan kemana-mana. Pasar. Dengan berbagai macam isinya, dari para pembeli yang memiliki kebutuhan berbeda-beda, dari para penjual daging, penjual buah, penjual cabai, penjual beras, penjual ikan, penjual biji-bijian, penjual gelas dan piring plastik. Masing-masing memiliki perannya masing-masing dalam pasar tersebut. Sungguh, sama halnya seperti apa yang kita ini, manusia lakukan di dunia. Kita memegang peranan kita masing-masing. Ada yang menjadi bankir, ada yang menjadi seorang dosen, ada yang menjadi desainer, ada yang menjadi sopir angkot, ada yang menjadi PNS, ada yang menjadi fotografer, ada yang menjadi politikus, ada yang menjadi wartawan, ada yang menjadi penulis, ada yang menjadi tukang koran, ada yang menjadi sekertaris, ada yang menjadi model iklan, ada yang menjadi artis, ada yang menjadi office boy, ada yang menjadi direktur utama perusahaan besar, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi pengacara. Di dunia ini, semua memiliki perannya masing-masing. Masing-masing peran saling melengkapi, dan seperti pasar yang juga memiliki tujuan akhir, kita masing-masing juga memiliki tujuan akhir kita sendiri,untuk berbuat sesuatu, berbuat sesuatu agar menjadi lebih baik, untuk mengkontribusikan sesuatu. Untuk siapa? Untuk apa? Untuk diri kita, untuk keluarga kita, untuk negara kita, untuk Indonesia. Kita memiliki peran kita masing-masing dalam berbuat sesuatu untuk sesama, untuk negara kita Indonesia, tak terkecuali. Peran manusia sungguh berbeda-beda, tidak masalah apa yang engkau lakukan kini,karena tiap orang memiliki caranya sendiri dalam membangun Indonesia, untuk membuat segalanya lebih baik untuk bersama, saling berbagi dan saling melengkapi. Sambil berjalan-jalan melewati jalan kecil dan para penjual yang sibuk bersahut-sahutan menawarkan dagangannya saya tersenyum kecil dan menghela napas. Satu tahun ini, adalah pilihan saya untuk berbuat sesuatu bagi sesama, sesuatu yang kecil, namun saya harap dapat memiliki arti, khususnya bagi anak-anak murid saya. Saya semakin sadar, kesempatan ini sungguh amanat yang besar, sungguh Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah, saya telah diberikan kesempatan untuk dapat melakukan semua ini (:


Cerita Lainnya

Lihat Semua