info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tunjukan pada mereka... Luasnya dunia... Luasnya dunia... Lihat mereka bisa!

Nanda Yunika 15 Desember 2010
Rabu, 24 Nopember 2010 Jam ke 3 dan 4 adalah jadwalku mengajar pelajaran IPS di kelas 5. Hari ini aku berencana untuk mengobservasi cara guru mengajar di kelas terlebih dahulu, baru setelah itu minggu depan mulai mengajar (antisipasi kekacauan di kelas 2). Ternyata oh ternyata, karena begitu percayanya dengan kemampuanku, pak guru tersebut langsung memberi kepercayaan padaku untuk mengajar di kelas tersebut. “Ibu kan lebih bisa... Saya harus pergi untuk mengurus sertifikasi,” kata si bapak merendah sambil menyodorkan buku paket IPS. Owalah, ternyata ada udang di balik bakwan. Haha. “Materinya apa pak?,” tanyaku kemudian. “Ini bu,” kata bapak tadi sambil menunjuk ke halaman tertentu. Keanekaragaman kenampakan dan pembagian wilayah waktu di Indonesia adalah bab yang di sodorkan bapak tersebut padaku. “Minggu lalu materinya adalah mengenal keragaman kenampakan alam Indonesia menggunakan peta bu. Simbol-simbol ini sudah. Nanti ibu bisa lanjut dari kenampakan alam dari sini sampai sini (menunjukan halaman 54 hingga 78). Nanti ibu bisa langsung memberikan tugas merangkum saja,” kata pak guru itu kemudian. Hemm... materi yang sangat banyak dan padat yang tak mungkin di selesaikan dalam tempo 2 x 35 menit. “Seandainya saya beri mereka tugas kelompok dan meminta mereka membuat peta dan rangkuman masing-masing daerah. Setelah itu saya akan meminta mereka mempresentasikan hasil kerja mereka dan menempelkanya di tembok kelas. Kira-kira bagaimana pak?,” tanya saya sambil menyodorkan konsep kasar RPP yang saya buat beberapa saat yang lalu. “Mereka belum pernah presentasi bu. Mungkin bisa ibu coba,” kata bapak tadi sembari menampakan raut wajah ragu-ragu. Percakapan tadi ternyata di dengar oleh pengawas yang kebetulan sedang melakukan evaluasi di sekolah ini dan beliau pun menimpali,” Di sini berbeda dengan di kota bu. Anak-anak tidak sepintar dengan yang ada di kota karena di sini bahan ajar terbatas.” Tampaknya kedua bapak ini nampak ragu-ragu ketika saya menyodorkan konsep pembelajaran yang mungkin terhitung baru. “Tidak juga pak, di Jawa ketika saya latihan mengajar di SD Cikreteg 3 dengan alat ajar yang ala kadarnya mungkin masih lebih lengkap dengan alat ajar yang ada di sini dan murid-muridnya bisa dilatih untuk presentasi pak. Saya coba dulu ya pak?,” kata saya kemudian sembari meminta ijin untuk masuk kelas tersebut karena jam telah menunjukan waktu masuk kelas. Kelas 5 adalah kelas ke-3 yang saya masuki. Di sana terdapat dua anak bernam Eka dan Ema yang minggu lalu mendatangi saya ke rumah untuk minta les matematika. kelas yang memiliki jumlah siswa 21 orang ini hari ini dihadiri oleh Elvi, Sari, Aya, Een, Riki, Randi, Arip, Selamet, Adam, Irfan, Cimpau, Rahim, Awir, Rina, Dina, Ijah, Febri, Ema dan Eka. Untuk Huda dan Piyot tidak tidak masuk. Walau terdengar slentingan mengenai beberapa anak yang di cap ‘nakal’ oleh guru kelas, pada pertemuan pertama ini aku tidak menemukan kenakalan itu. Setelah perkenalan singkat aku segera memberi penjelasan bahwa kali ini kelas 5 akan melakukan pembelajaran tematik, yakni gabungan antara IPS dan KTK. Setelah memberikan pengantar singkat mengenai pulau-pulau di Indonesia dengan menggambarkanya di papan tulis, saya lalu membagi mereka menjadi 5 kelompok (sesuai dengan jumlah pulau besar di Indonesia). Sembari mereka menuliskan jumlah anggota kelompok, saya bergegas menyobek kertas untuk membuat kertas undian yang berisikan nama-nama pulau yang akan menjadi nama kelompok mereka. “Bagi yang sudah selesai menulis nama kelompok, ibu minta ketuanya untuk maju dan mengambil undian ke depan,” kataku yang kemudian di susul dengan gerak cepat ketua kelompok masing-masing. “Tapi di kelas tidak ada peta buu...,” kata seorang anak laki-laki yang kebetulan maju untuk mengambil undian berisikan nama pulau yang harus mereka gambar dan beri keterangan. “Nah, karena tidak ada peta makanya sekarang ayo kita buat peta Indonesia,” kataku yang kemudian disusul dengan senyum sumringah si anak tadi sambil mengulang apa yang aku katakan barusan kepada teman-teman sekelasnya,”Kalau tidak ada peta, ayo kita buat peta!” 4 JP (jam pelajaran yang terdiri dari 2 JP IPS dan 2 JP KTK) kami habiskan untuk membuat peta beserta penjelasannya. Mereka tampak antusias dan bersemangat. Sesekali aku sengaja berputar untuk melihat perkembangan pekerjaan mereka. Mereka benar-benar tampak serius dan kompak mengerjakannya. Konsep kerja kelompok yang efektifpun secara otomatis terpelajari disini. Si anak yang pintar menggambar mengambil alih pekerjaan menggambar peta. Si anak yang memiliki tulisan terbaik di kelompoknya menjadi juru tulis dan sisanya mencari keterangan kenampakan alam yang ada di Indonesia sesuai dengan penugasan kelompoknya. Tak ada anak yang duduk diam. Tak ada anak yang bosan dan menjaili teman. Di ruang ini mereka semua mendapat peran sesuai dengan kompetensinya. Dan kegiatan inipun kita lakukan hingga lewat waktu istirahat siang. Ketika bel berbunyi dan aku mempersilahkan mereka yang mau istirahat dulu boleh main keluar, dengan kompak mereka menjawab,”Nanti buu... Sebentar buu... sebentar... Di selesaikan dulu... nanggung... dst.” Mereka pun melanjutkan kegiatan dengan penuh antusias hingga pelajaran berakhir. “Tunjukan pada dunia, mereka bisa... mereka bisa...” Seperti lirik lagu “Lihat senyum mereka” adalah keadaan yang saya hadapi pagi tadi. Namun demikian sebelum itu kita harus menunjukan pada mereka mengenai luasnya dunia “Tunjukan pada mereka... luasnya dunia... luasnya dunia... lalu lihat senyum mereka.” Nb: maaf teman2 liriknya ku ubah dikit di tulisan ini 

Cerita Lainnya

Lihat Semua