info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Ujian kesabaran di kelas satu

Nanda Yunika 15 Desember 2010
Rabu, 24 Nopember 2010 Pertama saya masuk anak-anak tampak antusias dengan berkata,”Bu guru baru datang... Bu guru baru datang...” sembari berlarian ke tempat duduk masing-masing. Suasana masih tampak aman terkendali. Setelah mengucapkan salam saya meminta salah satu anak untuk memimpin doa. Namun tunggu dulu, di sudut kiri belakang ada sosok pria yang saya yakin dia bukan murid kelas satu. Dia bertubuh tinggi besar dan tidak mengenakan seragam batik seperti yang sedang di pakai oleh anak-anak di pagi itu. Saya mendatanginya dan bertanya siapa dia pun juga mengapa dia berada di ruang kelas ini. Ternyata dia adalah kakak dari salah seorang murid. Ketika saya memintanya untuk menunggu di luar diapun berkata,”Adik saya cengeng. Nanti dia nangis kalau di tinggal.” Saya terdiam beberapa saat dan berpikir apa sebegitu cengengnya si adik tadi. Saya lalu melihat anak yang disinyalir adalah si adik. Secara sepintas dia memang terlihat malu-malu dan selalu menundukan kepala saat saya lihat. Saya jadi teringat,”Oh, jangan-jangan anak ini adalah anak perempuan yang dulu pernah tidak berani masuk sekolah gara-gara ada guru yang pernah menyuruhnya maju, namun karena dia sangat malu dan tidak berani menjawab si anak ini di marahi di depan kelas hingga beberapa waktu tingak mau sekolah.” Okelah kalau begitu, mungkin si kakak ingin melindunginya dan mengawasi saya sebagai guru baru agar tidak ‘galak’ pada adiknya. Dengan komposisi kelas yang terdiri dari 23 murid + 1 mas-mas saya memulai pelajaran di pagi itu. Perkenalan diri di mulai. Saya berkata,”Halo nama saya Nanda. Alamat saya di Yogyakarta. Siapa nama kamu?” Dari proses perkenalan itu saya mendapatkan nama-nama mereka. Adalah Pipi, Nisa, Diki, Zulkarnaen, Nando, Yuyun, Kharisma, Rian, Heni, Putri, Sintia, Ipah, Nanda, Laili, Zila, Dimas, Asta, Feri, Eko, Pindi, Sari, dan Halim. Menurut RPP yang cercatat dikepala, setelah berkenalan saya ingin mengajarkan abjad pada mereka. Baru setelah itu saya masuk ke materi utama, yakni mengenai hewan. Pengenalan mengenai ABC saya lakukan menggunakan lagu dengan nada standar, yakni nada lagu twinkle-twinkle little star dan liriknya adalah sebagai berikut: ABCDEFG HIJKLMN OPQRSTU VWX YdanZ Yuk belajar ABC Bisa baca hati gembira! Saat inilah dimulainya saat dimana suasana kelas menjadi tidak kondusif. Saat saya meminta mereka untuk menulis pada awalnya semua mengikuti instruksi dengan menulis di buku masing-masing. Namun tak berapa lama kemudian ada suara triakan dari arah kanan. Kemudian disusul dengan triakan dari arah yang lain. “Ibu diponten (dinilai_red)?” kata seorang anak sambil mendekat ke arah saya.”Ibu pensil saya diambil si A,” triak seorang anak perempuan dari arah lain. “Ibuuuu... Sepatuku di lempar si B,” teriak anak laki-laki yang duduk di pojok depan sebelah kiri diiringingi dengan suara tawa si B dan beberapa anak lain. “Ibu....,” triak yang lain. “Ibu ini di tulis bu?, ” tanya yang lainnya lagi. Oh my God! Salut untuk bu Lena dan guru-guru kelas 1 lain yang telah bersedia mendedikasikan sebagian hidupnya untuk menjadi pengajar tetap di kelas 1 pun tetap sabar menghadapi hari-hari bersama celoteh anak yang seakan tidak ada habisnya saat memasuki ruang uji kesabaran ini (baca: ruang kelas 1). Pada awalnya satu-persatu keajaiban yang timbul dan di timbulkan oleh anak-anak itu dapat ku tangani. Namun demikian, tak berapa lama kemudian keringatpun mengucur deras dan akupun berpikir,”Oke, tampaknya tidak bisa jika harus terlalu fokus menenangkan anak-anak yang berenergi ekstra dan menterlantarkan anak-anak yang telah siap menerima materi.” Akhirnya aku berkata dengan suara lirih ke arah beberapa anak yang melihat ku,”Jika mendengar suara ibu, tepuk tangan satu kali! Jika mendengar suara ibu tepuk tangan dua kali...” instruksi tersebut aku lakukan hingga anak-anak yang mendengarkan instruksi semakin banyak dan melakukan apa yang saya minta. Dan cara itu pun berhasil! Anak-anak yang sebelumnya diam menunggu pelajaran menjadi bersemangat dan bertepuk tangan. Merasa tidak diperhatikan anak-anak dengan energi ekstra tersebut mulai mengikuti instruksi dengan menepuk tangan mereka dan akhirnya kelas dapat terkendali. Dari sini aku dapat menarik kesimpulan bahwasanya anak yang ramai biasanya adalah anak kreatif yang sedang mencari perhatian. Dia ingin mendapat perhatian lebih sehingga melakukan aktivitas yang berlebih dibanding dengan anak-anak lain. Satu cara jika kita ingin ‘menangani’ mereka dengan cepat agar materi yang ingin diajarkan dapat masuk pun teman-teman yang telah siap menerima pelajaran tidak terlalu lama menunggu adalah : 1. Untuk beberapa waktu lepaskan perhatian dari mereka (cuekin mereka beberapa waktu) 2. Berfokuslah pada anak-anak lain yang telah siap menerima materi 3. Beri instruksi pada anak-anak yang telah siap belajar dengan perintah sederhana dan semenarik mungkin sehingga anak-anak tersebut akan senang melakukannya. Misal: “Jika mendengar suara ibu tepuk satu kali, dst” atau “lagu-lagu sederhana yang dinyanyikan bersama” ATAU langsung masuk ke materi dengan tetap berfokus pada anak-anak yang mau mendengarkan. Dalam kondisi umum, biasanya anak normal yang memiliki energi ekstra akan merasa tak terperhatikan dan kemudian berangsur mengikuti instruksi yang di perintakhan untuk mendapat perhatian dari gurunya lagi. Nah, setelah mendapat momen terrsebut barulah saya dapat melanjutkan materi. Memang, dunia anak adalah dunia bermain. Dan keunikan masing-masing individu membuat proses belajar secara konvensional tidak dapat mengakomodir beberapa anak dengan segala keunikan masing-masing. Seperti kata Bobby,”Visual, Auditory, Kinestetik” memang harus senantiasa dipakai guna mengakomodir keunikan belajar anak-anak tersebut. Catatan: Berdasar uji coba yang langsung diterapkan secara dadakan tanpa terencana tadi, proses pengkondisian tersebut hanya bertahan sekitar 10 hingga 15 menit dan kemudian kondisi chaos-pun dimulai lagi. Salah satu modal utama yang wajib dimiliki seorang guru kelas satu selain keterampilan mengajar adalah kesabaran yang luar biasa. 

Cerita Lainnya

Lihat Semua