info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Mengajarkan ‘malu’ untuk maju

Nanda Yunika 23 Januari 2011
12 Januari 2011                                                                                                                                                                                                                                                                  “Nanti kalau nggak juara gimana bu??” “Nanti kalau di tanya, siapa yang ngajar gimana??”, “Nanti nama ibu jadi jelek kalau kita nggak juara...” Aku senang mereka memiliki rasa malu, bahkan hingga berpikir nama guru mereka akan tercemar ketika mereka tidak berprestasi  atau tidak menjuarai suatu lomba. Itu adalah sikap bagus, namun menjadi tidak bagus tatkala niat baik tersebut mengurungkan niat mereka untuk bergerak maju dan menghentikan mereka untuk melakukan sesuatu. Hari ini kelas 5 ku beri pengumuman bahwa besok Jumat akan diadakan seleksi untuk mata pelajaran matematika dan sains. Bagi yang lolos akan di seleksi di gugus dan kemudian yang lolos, lagi-lagi akan di seleksi di di tingkat kecamatan, kabupaten dan kemudian tinggkat nasional. Ajaib! Beberapa diantara mereka sangat antusias bahkan memintaku untuk mengadakan pelajaran tambahan sore hari ini. Adalah anak-anak SD N 08 Bantan Tengah. Nampaknya mereka belum pernah mengenal yang namanya olimpiade. Sebenarnya tiap tahun daerah ini mengadakan olimpiade namun entah karena tidak terpilih atau tidak mengajukan diri, anak-anak tersebut belum mengetagui yang namanya olimpiade. Entah dari mana mereka mendapat kata-kata,”Nanti ibu malu kalau kami ikut dan tak juara...” Mereka anak baik yang peka terhadap lingkungan. “Tidak apa-apa. Ibu tidak akan malu. Ibu justru akan bangga karena kerebanian kalian untuk mengikuti olimpiade,” jawabku. Di sini aku berkesempatan untuk membuat mereka dapat merasakan apa yang namanya kompetisi, sebuah kegiatan yang nampaknya jarang dilakukan di daerah ini. Pada kesempatan yang bernama olimpiade ini aku ingin mengenalkan mereka bahwa mencoba lebih baik daripada menganggap bahwa diri ini tidak mampu sehingga tidak berani maju. Bahkan Thomas Alfa Edison sekalipun harus melalui ratusan percobaan hingga menemukan bahan yang tepat untuk membuat lampu dapat bernyala yang bermanfaat bagi umat manusia hingga kini. Tujuh dari dua puluh satu. Mereka adalah anak-anak baik yang akan ku coba tumbuhkan sayap. Akan ku bukakan pintu lebar-lebar untuk mereka supaya merekadapat melihat ‘dunia’ yang sebenarnya. Mungkin jika mereka tak terpilih, mereka akan malu. Namun demikian dari rasa malu tersebut mereka telah belajar banyak hal. Belajar bagaimana cara mengerjakan soal yang mungkin sebelumnya tak pernah mereka temui atau di berikan oleh guru mereka. Belajar persaingan yang sehat. Dari rasa malu itu mereka akan tahu bahwa dunia begitu luas dan unik. Aku ingin mengenalkan itu pada mereka. Supaya meraka tahu. Di sini aku juga ingin mengajarkan pada mereka betapa ‘malu’ dapat diucapkan tanpa huruf ‘l’ dengan penuh percaya diri: Pada awalnya mereka ‘malu’ untuk maju dan kini mereka ‘mau’ maju. Setelah ‘mau’  maju, akan ku kenalkan mereka dengan rasa ‘malu’ karena tidak tahu. Setelah mereka mengenal rasa ‘malu’ karena tidak tahu, aku akan mengajak mereka untuk ‘mau’ tahu akan segala hal baru dan saat ini aku sedang berada pada tahap ini. Setelah mereka ‘mau’ tahu akan hal-hal baru, akan ku dorong mereka untuk memiliki rasa ‘malu’ karena tidak berani mencoba hal-hal baru diluar yang biasa dilakukan. Setelah mereka ‘mau’ melakukan hal-hal baru di luar yang biasa mereka lakukan semisalmengikuti olimpiade atau lomba-lomba lainnya, aku akan mengenalkan mereka dengan rasa ‘malu’ karena belum berprestasi. Dari rasa malu tersebut kelak aku ingin anak-anak ini menjadi anak-anak yang ‘mau’ berprestasi dan ‘mau’ mengejar mimpi masing-masing untuk menjadi. Kebanggan dan keberanian adalah nilai yang akan ku tanam di dalam hati anak-anak kelas 5 tempat sekolahku mengabdi ini. Semoga niat baik ini dapat tersampaikan dan terealisasi sebelum purna tugasku di sini. *Aku selalu membuat mereka keluar dari zona nyaman tanpa mereka sadari. Dan beberapa dari mereka tidak menyadari itu sehingga dengan senang hati bersedia keluar dari zona tersebut hingga menjadi berprestasi. Itu yang sedang ku lakukan kini dan akan selalu ku lakukan hingga kelak nanti.

Cerita Lainnya

Lihat Semua