info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Memulai untuk menanam...

Nanda Yunika 23 Januari 2011
13 Januari 2011 Betapa percayanya mereka ketika ku jelaskan mengenai simbiosis mulualisme antara manusia dan tumbuhan kala sore itu... anggukan penuh antusias sebagai janji bahwa mereka akan mulai menyayangi tumbuhan sebagai teman adalah bukti fisik bahwa mereka paham betul ilmu yang ku berikan, yakni mengenai fotosintesis yang kemudian meluas menjadi simbiosis mutualisme antara tumbuhan dan manusia. Sore ini 9 anak penuh antusias menunggu kehadiranku di kelas. Yup, mereka adalah anak-anak hebat yang bahkan menyediakan waktunya untuk mengikuti pelajaran tambahan selepas pelajaran tambahan di sore hari (baca: sekolah sore). Pukul empat lebih lima belas aku sampai di gerbang sekolah. Di depan ruang kelas 5 terdapat deretan sepeda murid sebagai pertanda bahwa terdapat tanda-tanda kehidupan di sekolah sore itu. Dengan gesa ku langkahkan kakiku menuju ruang kelas 5. Di sana aku melihat ada 9 anak penuh semangat telah siap menerima pelajaran tambahan guna persiapan olimpiade. Denggung rasa pesimis memang selalu ku dengar di sekolah ini. Tidak hanya rasa pesimis yang terlontar dari murid-murid sendiri, bahkan pengajar dan kepala pengajar di sekolah inipun pesimis terhadap kemampuan anak didiknya. “Tidak apa-apa pak. Minimal mereka akan belajar mengenai hal yang selama ini belum pernah mereka pelajari, yaitu percaya diri dan keberanian untuk mencoba,” kataku menguatkan hati pemimpin sekolah ketika pembicaraan kami mengarah pada rasa pesimis beliau terhadap kemampuan anak-anaknya. Biarlah... karena sore ini anak-anak itu membuktikan bahwa mereka mempunyai semangat belajar yang tinggi. Ketika ku bawakan buku-buku komik Kuark mereka dengan penuh antusias membacanya, mengerjakan soal-soalnya, dan dengan riang kembali membaca buku Kuark lain ketika mereka telah selesai membaca. Amazing! Beberapa diantara mereka dapat menyelesaikan soal-soal dengan sedikit kesalahan. Memang mereka ku biarkan untuk membolak balik cerita komik Kuark tatkala mereka menjawab soal. Namun itu adalah jawaban dari rasa pesimis yang tidak beralasan. Mereka punya semangat yang hebat, tinggal usaha kita sebagai pendidik membuat mereka dapat menyalurkan rasa semangat itu ke arah yang tepat! “Ibu, mengapa Ice man yang sudah meninggal 5000 tahun (jasadnya) masih utuh?,” tanya seorang anak yang penasaran saat membaca artikal dalam majalah tersebut. Apakah ini adalah pertanyaan anak-anak yang biasa saja? Mereka penuh tanda tanya yang mungkin jika di patik sedikit akan keluar ribuan pertanyaan-pertanyaan unik nan ajaib sebagai indikasi bahwa mereka adalah anak-anak yang cerdas. Ketika aku kecil, bukulah yang mencerdaskanku dan orang tua ku menyadari itu hingga setiap bulan sekali ayah mengantarkanku menuju toko buku. Tanggal 25 adalah tanggal favoritku kala itu karena itu sama dengan beli buku baru. Hal yang mungkin sangat langka terjadi di sini dan akan mulai ku coba untuk menyisihkan sedikit penghasilanku untuk membeli buku khusus untuk mereka, agar mereka mengenal dunia dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib khas anak-anak yang selama ini mereka pendam dalam-dalam. Jam menunjukan pukul 17.30 WIB. “Ayo sudah mau magrib, kita akhiri ya nak...,” kataku yang disambut dengan triakan ”Waa...” dari mereka sebagai tanda tak rela. Satu per satu mereka mengumpulkan buku ke meja tempatku berada. “Ibu, besok les lagi?,” tanya seorang anak penuh harap. Pertanyaan tersebut kemudian menghentikan langkah teman-teman lainnya dan semua anak diruang tersebut terdiam menunggu jawabanku dengan tatapan mata penuh harap. Apa yang kalian lakukan jika mengalami kejadian seperti ini?

Cerita Lainnya

Lihat Semua