"Kitong Juga Mau Pintar Toh, Ibu..."

Namira Assagaf 27 Desember 2016

Luisman namanya. Butuh waktu agak lama memang hingga akhirnya anak ini mencuri perhatian saya. Berkali-kali saya bingung memanggil namanya karena belum akrab di telinga saya. Hingga akhirnya pada suatu kesempatan kami hanya berdua dan anak-anak lain sedang disibukkan dengan tugasnya masing-masing, dia berbisik halus "Ibu.... Luisman". Saya terharu dengan niat baiknya untuk mengoreksi saya saat anak-anak lain sedang fokus dengan kesibukannya masing-masing. Manis ya?

Walaupun hanya memiliki sepasang seragam, seragam merah putih, yang selalu dipakainya dari Senin hingga Sabtu, Luisman semakin lama semakin rajin sekolah.Saat hanya ada dua anak Kelas V yang masuk sekolah, Luisman hadir. Apabila hanya ada satu anak yang hadir, hampir bisa dipastikan Luisman adalah anak satu-satunya itu. Makin lama ia pun makin lancar membaca. Walaupun sempat agak tertinggal, bahkan dibanding adik-adik kelasnya, Luisman tetap rajin datang dan percaya diri tampil di depan kelas.

Luisman tidak tinggal dekat dengan sekolah. Luisman tinggal di kampung sebelah. Itu berarti ia harus mendaki 2 bukit dan melewati tanjung yang cukup menantang setiap sekolah. Saat laut surut, bisa memutar dengan menyusuri tanjung dan pantai. Tapi tetap saja, jarak dan medannya lumayan. Suatu hari, ada longsor di salah satu bukit sehingga jalan tertutup dan siklus pasang-surut laut pun berubah sehingga berbeda dari biasanya, hanya surut di sore hari. Saya pun pernah mengurungkan niat ke kampung sebelah karena longsor tersebut menutup jalan kesana, sedangkan tidak memungkinkan juga untuk memutar menyusuri tanjung dan pantai pun karena laut sedang pasang. Hingga akhirnya beberapa waktu belakangan ini, saya biasa meminjam perahu lalu mendayung atau menumpang perahu motor warga desa. Namun, Luisman selalu berhasil mengatasi segala tantangan tersebut dan hadir dengan senyum cerianya ke sekolah...

Suatu waktu, saat seluruh siswa/i sekolah sedang libur kecuali Kelas I dan Kelas II (kelas saya), anak-anak Kelas I dan II masuk seperti biasa. Luisman pun hadir seperti biasa disaat seharusnya ia libur. Saya mendengar beberapa anak Kelas IV yang tinggal di sekitar sekolah berkata kepada Luisman, "Ko libur sudah!" (berarti "Kau libur saja!"). Luisman menjawab, dengan senyum khasnya, "Kitong juga mau pintar toh, Ibu" sambil melirik saya. Ternyata tidak hanya saya yang terkesima dengan jawaban itu, anak-anak Kelas IV yang semula mengomentari Luisman pun berbalik. Mereka berganti pakaian lalu datang menyusul ke sekolah...


Cerita Lainnya

Lihat Semua