Jendela Dunia Bagi Anak Talang

Ibda Fikrina Abda 3 Januari 2017

Buku adalah jendela dunia. Pepatah inilah yang mungkin pas untuk siswa-siswi SDN 19 Rambang yang baru saja mendapatkan pengetahuan baru dari buku-buku di perpustakaannya. Hari ini mereka takjub dengan ilmu yang baru saja mereka tahu seperti asal usul bumi, air, hewan-hewan, susunan tubuh manusia, dan kata-kata Bahasa Inggris sederhana.

Selama enam bulan menjadi Pengajar Muda, baru kali ini saya melihat senyum semangat anak-anak yang berhamburan menuju perpustakaan sekolah yang saat ini disulap menjadi Taman Baca Inovator Guglielmo Marconi. Ruangan berukuran 2 meter x 5 meter tersebut berisi 300 judul buku anak dan ensiklopedia bergambar yang menarik perhatian seluruh siswa dan guru.

“Ai Bu, bagus nian bukunya,” ujar Oliv, siswa kelas III saat melihat buku dongeng bergambar.

“Sabar, jangan behebut (berebut), bebaris (baris) dulu,” kata Tarsih, guru honorer yang ditunjuk sebagai staf TBI mencoba merapikan kerumunan siswa.

Dengan suara lantang, mereka membaca cerita bergambar. Ada yang tertawa setelah membaca, ada yang terkejut karena terdapat tebakan di dalam buku, ada yang dengan serius memandang buku-buku di tangannya.

Saya merasa beruntung, beruntung bisa melihat wajah-wajah penuh tanda tanya dari anak-anak talang ini. Dibantu guru-guru SDN 19 Rambang, saya ingin membiasakan budaya membaca bagi siswa-siswi sebelum dan seusai sekolah. Mereka bisa membaca apapun yang ada di taman baca, bahkan warga sekitar juga boleh mencari pengetahunan baru di gudang ilmu tersebut.

“Bu, Guglielmo Marconi itu siapa” tanya Yomi, siswi kelas V kepadaku.

“Ah, kamu punya Radio di rumah?” tanyaku.

“Au (Iya) ade (ada), Bu,” jawabnya.

“Nah, Marconi yang pertama kali menciptakan radio,” terangku.

“Iya kah Bu? Wah hebat nian (hebat sekali) Marconi itu Bu!”

“Kamu juga bisa menjadi seperti Marconi, asal mau belajar dan tak pantang menyerah,” timpalku.

Semoga saja Guglielmo Marconi bisa menginspirasi siswa-siswi SDN 19 Rambang, khususnya untuk anak-anak Talang Tebat Rawas. Setidaknya, meskipun mereka hidup di tengah hutan karet yang jauh dari pusat kota, pengetahuan mereka tak kalah dengan anak-anak seusianya di belahan dunia manapun. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua