Sebuah Perayaan Yang Prematur
Mutia Hapsari 2 November 2010
Prematur: pre.ma.tur/ prematur
Belum (waktunya) masak (matang); sebelum waktunya; belum cukup bulan; pradini.
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang tebal itu mendefinisikan istilah prematur sebagai sesuatu yang terjadi sebelum waktunya atau terlalu cepat. Ketika sesuatu terjadi terlalu cepat, maka bisa dipastikan adanya ketidaksiapan.
Seperti layaknya bayi yang lahir prematur, maka kondisi fisiknya pastilah akan sangat berbeda dengan bayi yang dilahirkan tepat setelah sembilan bulan dalam kandungan. Untuk memulihkan kondisi si bayi, maka dimasukkanlah ia ke dalam kotak inkubator.
Kondisi belum siap untuk dilahirkan tetapi sudah harus keluar menghirup dunia mungkin merupakan sebuah analogi yang tepat untuk menggambarkan kondisi dua minggu terakhir ini. Semuanya bermula ketika acara konfrensi pers di Plaza Bapindo, 20 Oktober lalu. Sejak acara akbar itu, kegiatan pengajar muda seakan menjadi sorotan media. Banyak pihak yang memuji dan menilai kami sebagai “pahlawan”. Rasanya aneh menjadi sosok yang mendapat pujian padahal belum melakukan apa-apa.
Maka tepat rasanya jika segala perayaan dan perjamuan yang diberikan kepada kami dikatakan sebagai sebuah perayaan yang prematur atau terlalu dini. Belum saatnya, tetapi akhirnya terjadi juga.
Padahal, dalam kenyataanya perjalanan yang harus kami lalukan untuk menjadi pantas menerima segala pengharagaan tersebut masihlah panjang. Dan semakin hari, aku semakin menyadari bahwa rasanya perjalanan itu semakin sulit untuk dilalui.
Sebuah nasehat dari guru SD
Pengalaman menjalani praktik mengajar di sekolah membuatku semakin terhenyak bahwa aku masih jauh untuk mencapai taraf seorang pengajar yang baik. Hal tersebut dibuktikan ketika pada hari pertama mengajar kelas IV di SD Cikreteg I, Ibu Emi, guru kelas tersebut memberikan banyak kritikan, yakni:
- Sebelum memulai suatu pelajaran, jangan lupa mengabsen siswa. Setelah itu, tulius nama mata pelajaran dan materi yang dijarkan saat itu di papan tulis, sehingga siswa fokus terhadap apa yang diajarkan.
- Berikan ice breakeryang berakaitan dengan materi pelajaran hari itu.
- Dalam memberikan pelajaran sebaiknya disertai alat peraga, sehingga musik tidak berpikir secara abstrak atau hanya “mengawang-awang” tetapi langsung merasakan pengalaman tersebut.
- Ketika membentuk siswa menjadi beberapa kelompok diskusi, maka berikanlah instruksi secara jelas, seperti siapa ketua dan sekretaris dalam setiap kelompok. Buatlah panduan berdiskusi yang ditulis di papan tulis, sehingga siswa mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan.
- Berikanlah pekerjaan rumah kepada murid.
- Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (oh, that scary words) maka harus disertakan soal-soal yang diberikan kepada siswa. Soal tersebut, tentunya harus pula dilengkapi dengan kunci jawaban.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda