Merah Putih Pertama di Hari Pendidikan Nasional

Mansyur Ridho 8 Mei 2011
Upacara Bendera Hari ini, 2 Mei 2011, tepat diperingatinya Hari Pendidikan Nasional Merah Putih untuk pertama kalinya berkibar di lapangan kayu seluas 15 meter x 14 meter SDN 005 Tanjung Harapan Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Tak ingat betul kapan terakhir kali Merah Putih dikibarkan di depan SD yang terletak di atas tanah rawa ini. Seingat Kepala Sekolah terakhir kali 17 Agustus 2008, kata salah seorang guru 17 Agustus 2007, yang jelas setelah lapangan kayu hasil swadaya guru ambrol sudah tak ada upacara lagi. Entahlah kapan tepatnya, sudah tidak menjadi terlalu penting bagi saya. Satu yang pasti bagi saya Merah Putih harus berkibar di SD Negeri yang mendidik 123 murid ini. Di saat upacara sudah menjadi rutinitas yang wajar di banyak sekolah, bagi saya dan murid-murid pesisir timur kalimantan sangatlah istimewa. Lalu bagaimana refleksi Hari Pendidikan Nasional bagi murid-murid kami yang sebagian besar masih tak beralaskan kaki ini? Refleksi kami sederhana. Kalau dulu Ki Hajar Dewantara memperjuangkan dengan keras agar anak-anak Indonesia bisa sekolah, begitu pula di sini. Bedanya dahulu karena penjajahan Belanda tak banyak anak yang bisa sekolah, tapi di sini karena akses untuk pendidikan minim. Hanya ada satu sekolah di pulau mungil ini, yaitu SDN 005 Tanjung Harapan itu sendiri. Jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi harus rela menyeberang laut ke ibukota kecamatan. Bagi para nelayan ini menyeberang pulau memang mudah, tapi menyeberang untuk menyekolahkan anak-anaknya itu cerita lain. Kesadaran yang relatif rendah para penduduk makin menguatkan rantai kemiskinan di sini. Terkadang saya atau guru di sini harus memutar otak bagaimana caranya mengajar 2,3 kelas atau bahkan 1 sekolah sekaligus. SK penempatan guru PNS memang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat, namun SK tinggal SK, tak ada sumber daya manusia. Ada yang sempat satu tahun mengajar lalu pergi ke kota dan tak kembali, ada yang satu minggu mengajar, pamit ke kota dan tak kembali, bahkan ada yang hanya kirim nama tapi tak ada wujudnya. Yah..inilah sekelumit cerita dari pesisir yang kaya hasil tangkapan lautnya. Ini bukan cerita tentang saya, tapi tentang kita, tentang pendidikan bangsa kita. Pemerintah harus bertanggung jawab akan hal ini. Tapi apakah dengan mengatakan demikian, masalah selesai? Pendidikan memang tangggung jawab pemerintah, tapi bukan satu-satunya. Pendidikan itu bukan hanya dari sekolah, oleh guru, dan untuk siswa tapi Pendidikan itu dari-oleh-dan untuk semua. Saya percaya bahwa mendidik adalah tugas orang-orang terdidik. Lalu sebagai orang-orang terdidik sudahkah kita melakukan tugas kita? Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu pelecut bagi saya untuk menjadi Pengajar Muda dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Mencoba untuk terjun langsung memberikan yang kita punya daripada beretorika, menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.  Mari bersama mencoba memberikan yang terbaik untuk pendidikan bangsa kita yang lebih baik.

Cerita Lainnya

Lihat Semua